Kalau aku punya satu alasan untuk pergi dari kamu, maka seribu alasan akan menjadi pembuktian untukku tetap bertahan dan untuk memperjuangkan mu.
"Sekarang gue tanya sekali lagi, apa gue gagal jadi pacar lo?"
-----
Ketika dua hati saling bertolak de...
Yang masih teringat jelas itu tidak mudah terlupakan begitu saja.
-----
"Gue udah di bandara, lo dimana?"
Kedua mata nya mengedar, mencari petunjuk tempatnya saat ini. Satu tangannya yang lain memegang koper lumayan besar, sedangkan satu tas ransel nya tersampir di pundak. Ia berdecak, dari setengah jam lalu masih berdiam diri disini menunggu jemputan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue di depan lo, agak jauhan. lo jalan lurus aja nanti gue panggil." Ucapnya pada seseorang diseberang telfon.
Tak lama ia melihat orang itu perlahan mendekat kearahnya, dengan masih memegang ponsel di samping telinganya.
"Woi gue disini!"
Pemuda itu terhenti, sudut bibirnya terangkat membuat senyum lebar. Melihat sosok pemuda lain yang tampak kesal karna kelelahan itu.
Dengan cepat ia berlari lalu menubruk tubuh tinggi itu, menyambutnya dengan pelukan hangat. Sudah sangat lama ia tidak bertemu, membuatnya sedikit rindu dengan canda tawa mereka.
Pemuda tinggi itu perlahan membalas pelukan kakaknya, Yap kakaknya.
JemdraDanarien, namanya. Manusia yang suka tebar senyum. Kalau kata Gara.
"Gue kira lo nggak bakal pulang, dasar bocah nakal!" Ucap Jemdra kesal.
Dua Minggu yang lalu Gara menelfon Jemdra dan mengatakan tidak bisa pulang, Tante nya sangat bersikukuh tidak ingin dia pulang ke Indonesia. Gara mana betah di negri orang.
"Butuh perjuangan biar di perbolehin pulang, tau sendiri tabiat Tante gimana kalau ada ponakan yang berlibur kesana." Ucap Gara menjelaskan.
Kopernya sudah dibawa jemdra, mereka berjalan menuju mobil yang sudah terparkir.
Jemdra memperhatikan bagaimana adiknya ini tumbuh dengan sangat baik. Tampan, tinggi dan pintar. Mendiang papanya pasti bangga melihat Gara yang sekarang.
"Andy, mama sangat khawatir sama lo."
Gerakan Gara terhenti, tangannya sudah membuka pintu mobil. Senyum tipis ia perlihatkan, ia sangat merindukan mama nya itu.