[04] Permohonan

6.2K 1K 248
                                    

Hari Minggu kemarin berjalan cukup lama bagi Kio. Biasanya di hari libur akan terasa cepat berlalu, namun kini berbeda. Setelah makan siang kemarin, Orin pergi keluar meninggalkan Kio bersama Ine bersaudara. Kemudian gadis itu kembali pada sore hari dengan banyak pakaian berukuran mini yang katanya untuk anak-anak. Setelah makan malam selesai juga gadis itu pergi keluar dengan membawa tas jinjing yang lumayan besar.

Senin.

Sekarang Kio dapat melihat Orin dengan seragam putih abu-abunya dan bekas luka yang masih merah di sudut bibirnya. Ah, itu katanya bekas latihan boxing kemarin malam. Okay, semoga saja gadis itu tidak berbohong. Ia terlihat makan dengan santai bersama keempat bocah dari masa depan itu, sesekali mereka melemparkan candaan.

Berbeda dengan Orin yang memiliki pagi penuh candaan, sementara Kio, sedari tadi ia hanya diam. Pikirannya tidak tenang karena berencana akan melewatkan sekolah hari ini demi menjaga keempat bocah itu. Semalaman ia sudah berusaha mencari solusi dalam mencari penggantinya untuk menjaga anak-anak selama ia dan Orin memiliki kesibukan di luar. Tapi dari kemarin ia masih belum menemukannya. Jadilah kini ia masih berpakaian rumahan dan makan dengan pelan.

"Yo, lo hari ini ada lomba?"

Kio mendongkakkan kepalanya untuk menghadap Orin, sosok yang baru saja melemparkan pertanyaan padanya. Sebelah alis Kio naik, bertanya akan konteks pertanyaan Orin.

"Kok belum pake seragam? Ada lomba di luar sekolah, ya? Kok di kelas gak rame ngomonginnya?" Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Orin.

"Sok tahu lo apaan yang rame di kelas, sekolah aja jarang," balas Kio menatap Orin malas.

Gadis itu menunjukkan cengirannya, "Jadi bener, lo mau lomba?"

"Nggak," jawab Kio singkat.

"Jangan tahan Bunda, Jer! Jangan tahan, Jer!" Orin rusuh sendiri bertingkah seolah-olah Jerry menahannya untuk menyerang Kio.

"Jerry diem loh, Nda," ucap Jerry pelan dengan makanan yang masih menggembung di pipinya.

Kio dapat menangkap kontak mata Jerry yang menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. Kio hanya membalasnya dengan gelengan kepala dan menggerakkan jari telunjuknya di dahi secara diagonal.

"Jadi lo beneran gak sekolah? Sakit lo? Biar gue izinin."

Kio menggelengkan kepalanya, "Ntar izinnya bikin sakit aja."

"Lah, kok?"

Kio dapat melihat keryitan pada dahi Orin. "Terus mereka yang jagain siapa lagi? Jangan bilang lo ngide biarin mereka sendiri di sini?"

Orin menghela napasnya, "Hadeh, ngobrol dong, ganteng! Di unit, gue udah nyiapin nanny mereka. Dia bakal bantuin jagain nih bocil pas kita di luar."

"Serius?"

Orin menganggukkan kepalanya sembari mengusap bibirnya dengan tisu. "Inget, ya, Yo, kita sebagai orang tua tuh, kita komunikasinya mesti jalan. Kayak gini nih, 'kan lo-nya ribet sendiri."

"Ya, lo juga komunikasinya dong! Lo juga gak bilang apa-apa ke gue!" balas Kio menatap Orin kesal.

"'Kan udah barusan, lo juga sebelum-sebelumnya gak nanya sih!"

Ah, kali ini biarlah Kio yang kalah dalam perdebatan ini. Buru-buru Kio menyudahi acara sarapannya dan segera berlari ke kamar untuk mempersiapkan diri untuk sekolah.

***

Setelah kedatangan mereka di tahun 2019, inilah kedua kalinya Jerry dan Triplets, serta Kio, menginjakkan kaki ke unit apartemen Orin. Di depan mereka terdapat seorang perempuan yang usianya mungkin di pertengahan usia 20.

Bad Girl Is A Good MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang