Bagian 01

35 6 0
                                    

Assalamualaikum...

--------------

"So-soan ingetin orang buat gak pacaran tapi sendiri-nya punya mantan."

Naswa yang mendengar itu menoleh ke belakang untuk melihat seseorang yang baru saja berbicara membuat Fani pura-pura tidak melihatnya.

Menarik kedua sudut bibirnya. Gadis yang memakai kerudung syar'i itu bangkit dari duduknya untuk menghampiri Fani.

"Fani," panggilnya.

Bukannya menjawab panggilan Naswa. Fani malah acuh tak acuh, gadis itu malah sibuk berkutat dengan handphone yang berada di genggamannya.

"Setiap orang itu punya masa lalu dan pernah berbuat salah," ucap Naswa dengan suara lembutnya.

"Ya terus kenapa lo sibuk banget ngurusin hidup orang sedangkan lo sendiri juga masih bergelimang dosa!" balas Fani dengan ketus.

Bukannya marah atau kesal mendengar ucapan Fani yang ketus. Naswa malah semakin mengembangkan senyumnya.

"Jika mengingatkan kebenaran harus suci dan bersih dari dosa mungkin gak akan ada manusia akhir zaman yang berani untuk mengingatkan sesamanya."

Naswa memegang pundak Fani namun segera di tepis oleh gadis berjilbab kerudung segitiga itu.

"Kalau kita bisa memperbaiki diri sama-sama kenapa tidak?" tanya Naswa masih dengan suara lembutnya.

Fani mendongak untuk menatap Naswa. Teman-temannya dan juga Naswa hanya diam menjadi penyimak sedangkan teman-teman kelas lainnya sibuk dengan urusan masing-masing.

"So suci banget lo!" ucap Fani kesal setelah itu bangkit dari duduknya lalu beranjak pergi.

Naswa menghela napas. Menatap punggung Fani dengan sedih. Benar. Hidayah itu hanya Allah yang bisa berikan. Seberapa keras-pun kita mengingatkan jika mereka tidak menginginkan untuk berubah maka mereka akan tetap menolak kebenaran yang telah di sampaikan.

Meski begitu, Naswa percaya Allah lebih mengetahui hati orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Naswa kembali ke tempat duduknya dan di sambut usapan lembut di punggungnya. "Sabar ya," ucap Maira menenangkan.

Tersenyum. Naswa menganggukkan kepalanya. "Iya."

"Kamu gimana? Sudah putus dengan pacar kamu?" tanya Naswa.

Maira merapatkan bibirnya. Ragu-ragu gadis itu menggeleng.

"Maira, apa lagi yang kamu ragu, kan? Tidak akan ada penyesalan setelah kamu putus dari dia karena itu termasuk kamu meninggalkan kemaksiatan demi Allah."

Maira mengganguk. "Iya, Naswa. Pelan-pelan ya? Nanti akan aku putuskan kok."

"Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti Maira? Ingat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi bahkan hanya satu menit ke depan. Jelas kamu tidak ingin mati dalam keadaan masih bermaksiat, kan?"

Maira menundukkan kepalanya. Tidak tahu harus membalas apa.

Naswa tersadar. Apa ia terlalu memaksa ya barusan? Gadis itu cepat-cepat menyentuh punggung tangan Maira.

"Maira, maaf."

Maira kembali menatap Naswa. Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu minta maaf. Kamu benar, Naswa."

"Tapi... aku terlalu memaksa."

Maira menggelengkan kepalanya. "Aku beruntung punya teman seperti kamu. Mengingatkan aku jika aku berbuat salah."

"Karena aku gak mau cuma temanan di dunia sama kamu. Aku mau kita berteman sampai di Jannah-nya Allah."

Maira tersenyum lalu mengangguk. "Aku gak akan marah kalau kamu nasehatin aku karena aku tahu itu buat kebaikan aku sendiri."

"Ketahuilah, orang yang paling sering memberimu nasihat kepada kamu, itulah orang yang paling mencintai kamu."

- Habib Nabiel Fuad Al-Musawwa

- Habib Nabiel Fuad Al-Musawwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Remember this...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang