Bagian 02

31 7 0
                                    

Maira melangkah dengan kepala yang menunduk membuat Faiz yang berada di atas motor tengah menunggu kekasihnya itu mengerutkan kening. Tidak biasanya Maira terlihat murung begitu.

"Kenapa?" tanya Faiz setelah Maira berada di dekatnya.

"Faiz, apa kamu sayang aku?" Bukannya menjawab pertanyaan Maira malah balik bertanya.

"Tentu saja, Mai. Ada apa?"

"Kalau begitu mari kita putus."

Kerutan di dahi Faiz semakin kentara mendengar ucapan Maira.

"Kenapa? Aku ngelakuin kesalahan lagi?"

Maira menggelengkan kepalanya. Gadis itu bergeser saat beberapa orang melewatinya. Parkiran sekolah mulai di penuhi oleh siswa-siswi yang hendak membawa motornya sekarang.

"Ayo naik, kita pulang dulu dan bicara di rumah."

Faiz makin kebingungan saat Maira menjauh darinya saat lelaki itu hendak meraih pergelangan tangannya.

"Aku pulang bersama Naswa."

"Jadi, kamu benar-benar ingin putus dari aku?" tanya Faiz memastikan.

Maira mengangguk.

"Kenapa?"

"Aku baru tahu kalau pacaran itu dilarang oleh Agama Islam."

"Astaga, kata siapa sih, Maira?" tanya Faiz seperti tak habis pikir.

Maira diam saja. Ia tidak ingin membawa Naswa ke dalam masalahnya.

"Apa jangan-jangan karena Naswa? Teman kamu yang so-soan hijrah itu?" tanya Faiz.

Maira menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan. Bukan karena Naswa."

"Maira, pacaran tuh gak papa asalkan gak berlebihan. Lagian kamu pacaran sama aku gak sampai meninggalkan kewajiban kamu sebagai seorang muslim, kan? Aku tetap ingetin kamu sholat dan lain-lain."

"Tapi gak seharusnya perempuan dan laki-laki yang bukan mahram terlalu dekat, Faiz."

Maira meremas tali tas yang sedari tadi ia pegang saat Faiz mendecih. Lelaki itu turun dari motor setelah sebelumnya men-standarkan motornya.

Naswa yang melihat itu dari kejauhan cepat-cepat menghampiri keduanya membuat Faiz menatapnya dengan sinis.

"Maira, ayo pulang."

Baru saja Naswa hendak menarik Maira pergi, Faiz lebih dulu menepis tangannya membuat Naswa terkejut karena tangannya yang tidak tertutupi handsock bersentuhan langsung dengan tangan Faiz sontak membuat Naswa beristighfar meminta ampun kepada Allah SWT.

"Faiz."

Panggilan Maira ia abaikan. Lelaki dengan kemeja seragam yang sengaja di keluarkan itu mendekati Naswa.

"Lo gak usah pengaruhi Maira deh. Kata siapa pacaran gak boleh, ha?" tanya Faiz dengan raut wajah kesal.

"Allah memang tidak memberitahu secara gamblang jika pacaran itu tidak boleh. Karena memang di zaman Nabi gak ada yang namanya pacaran. Kamu tahu sendiri kan jika pacaran itu banyak kemudaratan-nya? Pegangan tangan saja sudah tidak perbolehkan. Chatingan dengan lawan jenis juga termasuk zina hati." Naswa menjelaskan dengan tegas. Tidak ngotot.

"Aku mengingatkan Maira bukan berarti aku melabeli diri dengan kealiman tapi karena gak mau dia mengalami penyesalan seperti aku."

"Terus lo kalau gak pacaran mau nikah gimana?" tanya Faiz masih terlihat kesal.

"Gak perlu khawatir. Aku percaya Allah SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Yang harus kamu lakukan sekarang hanyalah memperbaiki diri."

"Najis!" Setelah mengucapkan itu Faiz langsung saja pergi membawa motornya meninggalkan Maira dan Naswa.

Naswa menghampiri Maira. "Kamu gak papa, kan?"

Maira menggeleng.

"Lihat, Mai. Faiz tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Bahkan tadi dia sempat menarik kasar kamu untuk menjauh dari aku."

Maira mengangguk. "Makasih, Naswa."

Mendengar itu Naswa mengangguk dan tersenyum. "Perempuan itu mulia, Mai. Mereka seperti ratu, hanya orang-orang tertentu yang bisa menyentuhnya."

"Iya, Nas."

"Istiqomah ya, Mai."

Di pisahkan oleh 17:32 dan di persatukan oleh 51:49

Surah Al-isra ayat 32

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."

Surah Az Zariyat ayat 49

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)."

Remember this...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang