?

6 1 0
                                    




Siang itu, sang langit menangis dengan kencangnya. Suara gemuruh mengikuti, seiring dengan jatuhnya air ke tanah. Mungkin, bagi sebagian orang, hujan siang itu hanya hujan biasa di cuaca yang kebetulan sedang masa penghujan. Namun, bagi delapan keluarga yang sekarang ada di sebuah gedung putih besar dengan tulisan "Rumah Duka" di depannya, cuaca saat itu seperti ikut berduka dengan apa yang terjadi.

"Mah, kak Julia tak akan tenang jika mamah terus menangis seperti ini. Daisy juga tidak menyangka kejadian ini akan terjadi. Tapi mamah yang tenang ya. Kalau begini, bukan cuman kak Julia yang khawatir disana, tapi Daisy juga."

Wanita paruh baya itu menengok, dan memeluk anak gadisnya yang baru berusia 15 tahun itu. Daisy dan Julia mungkin sering bertengkar dan usil, Tetapi, dua duanya lebih dewasa secara mental dari usia asli mereka.

"Kak Julia sudah melakukan hal benar. Ia tak meninggal dengan sia sia" Bisik Daisy yang terus berusaha menenangkan ibunya.

"Apa kak Judy sudah diberi tahu soal ini, mah?"

"Sudah. Ia akan mengusahakan untuk kesini dengan jadwal penerbangan terdekat."

Daisy tersenyum. Ia lalu berinisiatif untuk mengambilkan sang ibu minum. Ia dengan telaten mengambil air dari dispenser. Seketika, kenangan kakaknya dan teman temannya muncul di benak Daisy. Teman temannya Julia sudah Daisy anggap kakak sendiri. Gadis itu meremas gelas di tangannya, dan menggigit bawah bibirnya.

Kak Julia, Kak Angkasa, kak Luna, Kak Hannah, Kak David, Kak Vero, Kak Gilang, dan Kak Julian....

Semuanya orang orang baik.

Tak kan ku biarkan perjuangan Kak Julia dan teman temannya sia sia.

Mereka tak kan lolos selamanya.

Tunggu saja. Akan kupastikan aku masuk Fakultas Hukum, dan akan kubuat mereka membayar apa yang telah mereka lakukan.







JusticiabelenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang