Suara langkah kaki terburu buru terdengar jelas di antara koridor gedung fakultas hukum yang entah kenapa siang itu lumayan sepi. Langkah itu terus beradu dengan ubin, menuju ruangan berukuran sedang di ujung koridor. Tak lama, sebuah suara pintu terbuka menyapa sang indera pendengaran.
"Kau telat, Julia!"
Yang diteriaki hanya bisa meringis kecil, lalu menaruh tasnya di atas meja. Rambut cepolnya yang agak berantakan ia abaikan begitu saja.
"Maaf"
Ia lalu duduk, dan membuka laptop serta buku miliknya.
"Tugas dari prof. Hans kali ini apa?" tanya Julia.
" Analisis kasus lagi."
"Lagi?! kau yakin Angkasa?!" tanya Julia. Yang ditanya menganggukkan kepalanya. Gadis dengan rambut cepol itu langsung saja memegang kepalanya. Angkasa, yang tepat di depannya, hanya tersenyum kecil, lalu kembali memfokuskan pandangan pada laptop di depannya.
"Kasus kali ini tak serumit kasus kasus sebelumnya kok. Ini kan hanya tugas tambahan, karena waktu itu Prof.Hans tak bisa mengajar 2 pertemuan" Hannah yang berada di samping Julia berusaha menenangkan temannya. Julia langsung menyenderkan kepalanya di bahu Hannah. Entah kenapa, bau parfum dan conditioner Hannah mampu menenangkan Julia.
Julia dan Hannah memang sahabat dekat, namun sangat berbeda. Julia yang setiap hari memakai sweater dengan rambut ceopolnya dan make up tipis, berbeda dengan Hannah yang berpakaian modis dengan rambut panjang coklat terurainya.
"Tapi tetap saja, walaupun ini tugas tambahan, nilai kalian di tugas ini harus bagus. Ini mata kuliah pidana, bahaya jika nilai kalian kecil."
Julia dan Hannah hanya bisa mengangguk lesu, Karena diantara mereka semua, nilai mereka berdua bisa dibilang paling kecil.
"Bisakah kau sedikit lebih tenang, Luna?" kata Angkasa berbisik, mencoba mengingatkan Luna.
"Aku setuju dengan Angkasa. Cobalah lebih santai sedikit dengan teman temanmu."
"Iya, Angkasa, David" jawab gadis berambut pendek dengan kacamata itu. Ia lalu kembali memfokuskan dirinya dengan laptop dan bukunya.
Hening seketika, sampai seseorang membuka suara, "Eh? Bukankah seharusnya Vero dan Gilang sudah kembali dari tadi? Kenapa memesan makanan depan kampus saja lama?"
David langsung melihat ke arah jam dinding ruangan itu, "Julian benar. Vero dan Gilang tumben sekali lama."
Tak lama, suara pintu dibuka terdengar kembali. Dan, dua orang masuk ke ruangan itu dengan beberapa kantong berisi ayam dan cola.
"Kalian beli ayam dimana sih? Kenapa lama sekali?" protes David sambil mengambil ayam bumbu pedas miliknya.
"Tempat makan depan kampus hampir penuh semua. Jadi kami tadi mengantri" jawab Vero, yang juga disambut anggukan kepala Gilang.
"Sudah, yang penting kan makanan kita sudah datang" kata Angkasa menenangkan David.
Julia baru saja mau mengambil jatah cola miliknya, ketika Angkasa dengan jahilnya mengambil duluan cola itu.
"Hey! Itu milikku!"
"Ambil sini kalo berani" jahil angkasa sambil mengacungkan cola itu tinggi tinggi. Ia terus menggoyang - goyangkan cola itu, hingga cola itu hampir saja jatuh mengenai Luna yang kebetulan duduk disamping Angkasa.
"M-maafkan aku...." kata Angaksa pelan.
"Makanlah dengan tenang. Kalau cola itu kena barang elektronik kan bahaya" kata Luna pelan. Dan, jika Luna sudah berbicara pelan seperti itu, maka tak ada yang berani membantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justiciabelen
Fanfiction(INSPIRED BY LAW SCHOOL AND VAGABOND) - Mampukah kedelapan mahasiswa hukum ini menguak kebenaran dibalik kematian salah satu dosen favorit kampus mereka?