Empat belas

1.6K 249 17
                                    

Jangan lupa vote dan komen, tandain typo jugaa yaa❤
Selamat membacaa cantikkk:)

"Lo duluan aja, jagain tempat. Gue ketoilet dulu, kebelet." ucapku sambil mendorong cerrybella, lalu bergegas ke toilet yang berbeda arah dengan kantin.

Terakhir ketika Damian menemuiku karena Haruto aku jadi jarang berpapasan dengan Damian. Jika berpapasan pun, aku akan pura-pura tidak melihatnya, malas saja.
Kurasa dia juga menjauh dariku, maksud ku ketika kami tidak sengaja berpapasan aku pura-pura tidak melihatnya dan dia pura-pura tidak melihat ku juga. Itu perasaan ku saja sih.

Tentang Haruto, aku menghindarinya juga. Setelah berkata,"Kalo gue maunya haruto, lo bisa apa?" ke damian, aku jadi salah tingkah sendiri ketika melihat Haruto. Entah apa yang aku pikirkan saat mengatakan itu. Semoga saja Damian tidak menceritakan apa yang ku katakan ke teman-temannya.

Saat aku membuka pintu toilet, hal pertama yang aku lihat adalah seorang perempuan berkaca mata yang penampilannya sudah tidak karuan dan basah kuyup dengan dua orang siswi yang berdiri didepannya.

Melihat perundungan ini membuatku muak, aku jadi teringat citra Natasya yang suka membully begini.

Kulihat seorang siswi perempuan yang berdiri itu, aku mengenalnya. Lalu kulihat siswi disebelahnya, mereka sahabat karib. Mereka terlihat terkejut saat mataku menatap tajam mereka.

Tanpa lama berpikir, aku melangkah ketoilet meninggalkan mereka lalu mengambil ember di pojok, yang berisi air bekas pel lantai. Lalu aku siram ke arah dua perempuan yang berdiri itu, mereka terkejut.

Ah, Aku jadi kehilangan rasa kebelet ku.

Aku melangkah mendekati salah satu siswi itu, yang aku kenal. Lalu aku jambak rambutnya.

"Hah, jadi ini muka asli lo sebenarnya." aku menatapnya muak,"Didepan orang banyak lo bersembunyi di balik sikap lo yang lemah lembut kek pantat bayi, dibelakang mereka sikap lo busuk."

Aku melihat siswi yang masih menunduk dilantai, siswi yang menjadi korban bully ini. Aku angkat dagunya lalu kulihat pipi sebelah kanannya memerah karena ditampar.

Plaakk!

Aku menampar pipi siswi didepanku ini,"Ini balasan buat lo yang udah nampar dia." lalu,

Plaakk!

Aku tampar lagi pipi sebelahnya lagi, "Ini buat lo yang bermuka dua."

Lalu, Aku merasakan pergelangan tanganku di cengram kuat oleh seseorang. Tadinya aku ingin menampar dia lagi, untuk yang ketiga kalinya.

Aku tolehkan kepalaku ke samping lalu aku tatap orang itu tajam, Dia Damian.

"Cukup." ucapnya dingin. Lalu menghempaskan tanganku kasar.

Damian melihat ke sekeliling ruang toilet perempuan ini, pojok dekat wastafel seorang siswi terduduk dengan ke adaan basah kuyup dan acak-acakan. Lalu disampingnya berdiri takut-takut seorang siswi yang bajunya basah dengan pipi yang memerah. Lalu didepannya seseorang dia kenal, kinara. Baju basah kuyup, rambut acak-acakkan dengan kedua pipi yang memerah. Sudah dipastikan, ini semua pasti ulah Natasya.

"Lo udah sangat keterlaluan." ucapnya dingin.

Aku membiarkan dia, sedikitpun aku tidak berniat menjelaskan apa yang terjadi. Lagi pula dimatanya aku sudah buruk, mau dijelaskan sampai bagaimana pun aku tetap buruk juga kan dimatanya.

Walaupun tidak jadi menampar sampai tiga kali aku sudah merasa cukup puas.

"Gue kira lo udah berubah. Gue kira lo nggak akan bully orang yang deket sama gue lagi." ucapnya datar.

Kisah NatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang