Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nathan Jaelani Arkandra, dokter muda nan tampan dengan mulut yang selicin sungai membeku memasang senyuman tampannya pada seorang perawat yang menghela nafas lelah.
Kinandra Zahira Shavier, perawat yang bahkan belum bekerja selama satu bulan dirumah sakit itu sudah merasa tidak tenang ditempat kerja barunya.
"Pagi dek perawat." Sapa Nathan ramah masih dengan senyum tampannya.
"Pagi, dokter, mohon maaf, saya sedang tergesa, saya permisi." Kinan langsung melangkahkan kakinya setelah sedikit membungkuk kearah Nathan.
Nathan tersenyum sebelum menarik lengan Kinan agar berbalik menghadapnya.
"Saya belum selese ngomong, dek." Nathan menundukkan wajahnya agar sejajar dengan wajah Kinan yang hanya berjarak satu jengkal tangan.
Beruntung lorong itu sedang sepi, lagipula jam yang melingkari tangan Nathan sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Pagi sarapan bareng yuk." Ucap Nathan masih dengan menggenggam lengan Kinan.
"Maaf, sekarang saat akan pulang dan besok saya kembali siang, saya permisi dulu." Kinan melepaskan cengkraman tangan Nathan dari lengannya sebelum membungkuk dan melangkah pergi dengan tergesa-gesa sambil memeluk erat papan jalan didekapannya.
"Okey, kita makan siang bareng besok ya." Ucap Nathan tidak begitu keras tapi cukup untuk didengar oleh Kinan.
"Lucu." Gumam Nathan sambil berbalik dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
•••
Rafael Jeno Dirgantara, menatap temannya aneh. Sejak tadi Nathan terus menerus menunjukkan senyum manisnya yang membuat Rafa memiliki niat untuk memasukkan Nathan ke rumah sakit jiwa.
"Nath, gue ga bakal baper lo senyumin begitu." Ucap Rafa sambil memandang julid Nathan.
"Sttt diem, gue lagi bahagia~" Nathan menyuap buburnya kedalam mulutnya sebelum tiba-tiba Nathan tersenyum makin lebar.
"Ahh gue bisa gila lama-lama, but i don't care aish." Nathan tersenyum makin manis sambil mengaduk-aduk buburnya.
Sudah seperti anak SMA yang baru merasakan jatuh cinta.
"Bukannya lo udah gila?" Sinis Rafa.
"Iya gila karena cinta~" Nathan melebarkan tangannya seolah menunjukkan kalau dia sedang bahagia.
