oneshoot

527 57 7
                                    

Sepanjang perjalanan menuju dorm, pikiran Mingi rasanya carut-marut tak menentu. Berkali-kali menatap dengan cemas keluar jendela bus dan menandaskan sebotol air mineral sembari menatap kotak dialog terakhirnya dengan sang pacar. Yunho pasti sedang menunggu di kamar. Begitu sampai di halte terdekat, Mingi segera beranjak.

Mingi tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika membuka pintu kamar pacarnya.

Napas Mingi tercekat, mulut sedikit menganga, mematung di ambang pintu, terpaku, tak menyangka bahwa hampir 4 bulan dirinya tak pernah lagi menginjakkan kaki di dorm, hal yang pertama ia temui ketika sampai di sana adalah pemandangan sang pacar yang berbaring tanpa celana.

Dua kakinya yang putih dan mulus terlipat selagi ia berbaring miring. Saliva Mingi tertahan hanya dengan melihat Yunho yang setengah telanjang. Tampak cantik dan berantakan. Poni hitam yang menutupi keningnya lepek oleh karena bulir keringat.

"Gi—"

Suara Yunho seketika menyadarkan lamunannya. Mingi menelan ludah sembari menutup pintu di balik tubuhnya. Menahan napas ketika berjalan separuh berjinjit mendekati sosok Yunho yang berbaring di atas ranjang.

"Bangsat."

Itu yang terlepas dari kerongkongannya yang mendadak kering begitu mendapati pemandangan di hadapan matanya. Tiba-tiba Mingi merasa haus, rasa dahaga yang sukar dijelaskan sebab ia ingat sudah minum sebotol air mineral sebelum turun dari bus.

Mingi bukan lelaki brengsek yang tak tahu diri. 4 bulan ia hiatus dari panggung hiburan dan meninggalkan dorm untuk sementara waktu, dan hari pertama ia datang kemari justru menghadapi bayi besarnya yang menggemaskan tengah horny.

Jika member lain mengetahui, bisa dipastikan ia akan diadili oleh Hongjoong sendiri dan staff seagensi. Namun di saat yang sama, ia tak kuasa untuk menolak Yunho dan seluruh pesonanya yang membuat Mingi merindukan kekasih besarnya itu.

Yunho berbaring. Napas tersengal dan menatapnya dengan bola mata cemerlang yang tampak berkaca-kaca. Kaus putih tersingkap hingga ke dada dan sisanya tak berbusana. Paha muskular dengan sepasang kaki jenjang putih nan mulus terekspos tanpa tertutup sehelaipun benang. Kulitnya yang sedikit berkeringat mengilap di bawah cahaya lampu kamar yang temaram.

Yunho tampak begitu indah. Mingi merasa berdosa hanya dengan menatap figurnya.

"Yunho-ya..." bisik Mingi lirih, serak, dengan suaranya yang lebih dalam dari samudera. Hampir tertahan di kerongkongan. Matanya tak bisa berhenti menatap bagaimana satu tangan Yunho berada di antara kedua kakinya yang terbuka sementara satu tangannya yang lain meremat seprei.

"Mingi akhirnya kau datang... aku kira  bercanda.. Aku kira kamu ga bakalan datang walaupun aku chat kayak tadi, gi."

Mendengar racauan Yunho yang setengah merengek membuat sesuatu dalam celana Mingi ikut menyempit. Mingi tak paham bagaimana Yunho melakukannya. Bisa membuatnya sebegitu terangsang hanya dengan satu kalimat sederhana yang diutarakannya dengan sepasang mata besar seperti mata anak anjing yang berkaca-kaca.

Mingi sinting hanya dengan membayangkan Yunho yang sejak tadi bermasturbasi selama mereka chatting seraya mendesahkan namanya dengan putus asa. Mingi tahu ia tak seharusnya merasa sehorny itu. Namun tak memeluk dan mencium tubuh kekasihnya selama berbulan-bulan menimbulkan efek stimulasi yang luar biasa.

"Iya.. Aku dateng, tadi langsung ke sini abis kamu chat barusan. Don't worry." Mingi berkata pelan, merambat di atas tubuh Yunho yang berbaring kemudian berbisik di telinganya.

"Do you miss me?" Suara Mingi yang dalam dan masih agak serak membuat Yunho mendesah kecil. Tak menyangka bahwa Mingi memang membuatnya sebegitu merindu.

✔ Missing You [minyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang