Bunga Jalan

8 3 0
                                    

Cairan kental itu membasahi kedua tangannya. Tubuhnya kini dipenuhi bercak-bercak merah.

Bukan, bukan seperti ini rencananya! Gadis itu menggeleng frustasi. Tangannya menggenggam bilah pisau kuat-kuat.

"Ba-bagaimana ini?" Matanya perih. Gadis itu mencoba merangkak, mendekati tubuh kakaknya yang tak lagi bernyawa.

"Tinggalkan! Kita harus bergegas sekarang,"

Sebuah tangan menarik paksa lengan Nila. Menjauhkan gadis itu dari mayat saudaranya.

"T-tapi bagaimana kakak?" Gadis itu masih gemetaran mencoba berdiri.

"Dia sudah mati bodoh! Kau takkan bisa menolongnya."

"Jangan! jangan tinggalkan ka- "

"Polisi akan segera datang. Kita tak bisa bertahan disini." 

Segera Nila ditarik meninggalkan tempat itu. Tertatih-tatih gadis itu mencoba mengikuti langkah. Pikirannya berkecamuk mencoba menyadarkan akalnya.

Ahh.. malam yang sunyi berhias rembulan. Tak lagi senyum itu terkembang. Karna kini pemiliknya tlah pergi meninggalkan dunia.

***

Brakkk

"KAU BERANI KEMARI HAH?!"

Pria kekar itu melemparkan tubuh mungil Nila. Tumpukan kursi menimpanya, namun gadis itu hanya terdiam tak berani bergerak.

"AKAN KU KUBUR HIDUP-HIDUP KAU," Tak mampu lagi mengendalikan emosi, Rega menarik kerah baju Nila. Menyeretnya keluar.

Adrian menahannya, mencoba menghentikan aksi kawannya. "Jangan Ga, itu bukan kesalahannya "

"Bukan katamu? Bukankah kau sendiri yang melihatnya? Melihat gadis sialan ini membunuh ketua."

"Jika saudaranya tak muncul, sudah habis teman-teman kita!"

Benar, Adrian membenarkan hal tersebut. Namun bukankah gadis itu melakukannya tanpa sengaja? Jika saja kakak Nila tak datang mungkin gadis itu akan membantai setiap orang yang ditemuinya.

"Maaf,"

"Maaf katamu? Pergilah menyusul ayah kau agar permintaan maaf mu kuterima!"

"Hei, hentikanlah. Gadis itu masih kecil lho," kini seseorang juga membela Nila. Gadis itu masih tertunduk merasa bersalah.

Kemarahan Rega telah sampai puncak. Pria itu mulai memaki dan menyeret Nila ketengah lapang.

"AKU TAK AKAN BERHENTI SEBELUM PSIKOPAT INI MATI"

"Gadis ini, lebih baik mati ditangan Ayahnya dulu. Keluarga mereka benar-benar psikopat gila!"

"Psikopat gila?"

Aktivitas Rega yang tengah menggali lubang terhenti. Ia merasakan aura suara Nila yang berbeda dari sebelumnya.

"Astaga, Kau sudah membangunkan macan tidur Ga," Terang Rey, pemuda matang yang sempat menghentikan aksi Rega.

"Hahaha.. Kau memberi nama yang indah." Nila terkekeh. Gadis mungil itu telah berdiri, menghadap tubuh kekar Rega. 

"Bagaimana kita tunjukan, kebenarannya?" Kini gadis itu telah berubah. Ia tersenyum miring, menyeringai.

Apa maksudnya? Rega mulai was-was, mengamati tingkah laku Nila. Ia juga menatap teman-temannya, yang hanya terdiam dan tak berekspresi.

"HEI APA YANG AKAN KAU-- AKH.. "

Sebilah pisau menancap di paha kirinya. Rega terduduk, mencoba mencabutnya.

Sialan, sejak kapan gadis itu menancapkan pisaunya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang