Menyesal

20 1 0
                                    

Matahari mulai terbenam seseorang masih saja bermain basket, sampai malam hari pun ia masih bermain basket, sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari mulai terbenam seseorang masih saja bermain basket, sampai malam hari pun ia masih bermain basket, sendirian. Orang-orang berlalu lalang melewati lapangan di sebuah desa, sesekali ada yang menegurnya namun tidak di hiraukan oleh si pemain basket, Bintang. Itulah namanya ia sangat suka bermain basket tetapi ia tidak pernah menyalurkan bakat-Nya, ia memendam-Nya tidak pernah mengikuti lomba atau apapun itu, baginya olahraga basket hanyalah hobinya saja.

Saat pulang dari rumah ia melihat ibunda tersayang-Nya sedang menata makanan di meja makan. Bintang pun menghampiri, memberi salam. Ia melihat di meja makan ada makanan seperti, tempe, tahu ,dan sayur asem. Bintang memutuskan untuk mandi sebelum makan malam. Setelah makan malam Bintang memutuskan menonton televisi

Sebuah acara di televisi membuat Bintang sangat terpukau dengan sosok yang berada di televisi, ia mengamati setiap gerak gerik dari sang atlet, “Sungguh dia benar-benar keren,” ucap-Nya terpukau. Tak berselang lama suara ketukan di pintu membuat Bintang malas untuk membuka-Nya, pada akhir-Nya Bintang membukakan pintu, tak di sangka ternyata dia adalah om-Nya yang sedang berkuliah di Jakarta. Bintang pun mempersilahkan masuk sambil memanggil ibu-Nya.

Mereka bertiga sedang duduk di ruang tamu. Bintang menyiapkan segelas teh hangat, sambil berbincang dengan sang ibu Vino om-Nya meminta izin ingin mengajak Bintang berlibur ke Jakarta. Bintang yang sedari dulu ingin sekali ke Jakarta akhirnya bisa ke sana. Mereka berdua memutuskan berangkat besok, di pagi hari.

Keesokan hari-Nya mereka berdua berpamitan terlebih dahulu kepada ibu Bintang, tak lupa menyalami tangan-Nya, mereka berangkat menggunakan kereta. Siang menjelang sore mereka baru saja sampai di kosan Vino, setelah selesai merapikan beberapa barang, mereka berdua memutuskan keluar kosan mencari makanan. Bukannya makan Bintang ingin bermain basket di suatu lapangan yang ia lewati, mau bagaimana lagi Vino hanya menurut tetapi ia pergi ke seberang untuk membeli makanan.
Bintang sedang asyik bermain basket sendiri tiba- tiba seseorang menghampiri-Nya, ia menawarkan Bintang untuk ikut dengan tim-Nya dan di tolak Bintang, baginya olahraga basket hanyalah sebuah hobi. Tetapi orang tersebut terus saja membujuk Bintang, akhirnya Bintang memutuskan menyeberang menuju Vino yang dari tadi juga penasaran apa yang terjadi.

“Ada apa?” tanya Vino, Bintang mengangkat bahu acuh, “Yeuh cepet bilang.” Vino terus menerus memaksa Bintang untuk cepat mengatakan-Nya, Bintang memutuskan memberi tahu-Nya dari awal sampai dia memutuskan menghampiri Vino. “Kenapa gak di ambil aja, rumayan siapa tahu bisa jadi atlet,” bujuk-Nya tiba-tiba. “Apaan si om. Aku gak mungkin jadi atlet, aku aja gak pernah ikut lomba apapun.” Bantah Bintang, Terdengar helaan nafas dari Vino, “Tang kalo gak coba dari awal pasti sangat menyesal, berbeda kalo udah coba tapi gagal setidaknya masih bisa di perbaiki, itu...” Bintang hanya menatap, aneh. Tidak mungkin Vino sebijak itu.

Selama di Jakarta Bintang menemui banyak hal baru, berbeda dengan di desa. Walaupun Jakarta lebih maju dan banyak benda-benda serba otomatis, Bintang lebih merindukan desa-Nya. Sudah 4 hari akhirnya Bintang pulang ke desa-Nya tentu saja di temani Vino.

Hari-hari berlalu seperti biasa bermain basket dari pulang sekolah sore hari sampai hari mulai gelap. Bertahun-tahun terlewat kan, kini Bintang sudah kelas 1 SMA dia juga mulai mengerti bahwa olahraga basket sekarang lebih dari sekedar hobi. Saat ini dia sedang menonton acara televisi yang selalu dia tunggu. Alangkah sangat terkejut-Nya Bintang ketika melihat seseorang yang dulu menawarkan-Nya untuk masuk ke dalam tim-Nya, ia telah mendapatkan orang yang lebih baik darinya, di sinilah titik yang membuat Bintang begitu menyesal mengapa dari dulu ia tak mengambil-Nya, ia baru menyadari apa kata menyesal itu hari ini. “Benar apa kata om suatu saat aku pasti akan menyesal,” gumam-Nya

5 bulan berlalu...Jujur Bintang masih ada rasa penyesalan, entahlah perasaan menyesal itu tidak pernah hilang. Bintang sedang sendiri di lapangan sekolah di saat semua murid memutuskan pulang, Bintang memutuskan bermain basket untuk melampiaskan segala penyesalan-Nya.

Kumpulan cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang