28; Konstelasi Gamma yang Tersembunyi

35 8 7
                                    

⚠Mengandung urat emosi⚠

-

-

-

-

💖Happy reading💖

Malam gulita tiba. Keluarga Sandi datang. Tante Lidya masih mengenakan jaket yang mungkin belum dilepas sejak menempuh perjalanan kemari. Om Satria—Ayah Sandi—juga akhirnya kembali menginjakkan kaki di kota ini setelah bertahun-tahun bertugas di negeri ginseng. Lalu, ada satu orang yang kupikir sedang berada di ruang ICU, namun sekarang aku melihatnya tengah berdiri dengan kepala tertunduk di ujung koridor ruang tunggu. 

Aku mencoba mengedipkan mata secara berulang-ulang. Mengucek mataku dan menatap sosok itu lagi, memastikan bahwa aku tidak salah lihat.

"Sandi?" gumamku tidak percaya. 

Mataku terpaku pada sosoknya yang masih berdiri di samping Om Satria. Aku juga menatap Tante Lidya dan Om Satria secara bergantian, bahkan mereka pun hanya bisa terdiam melihat raut kebingunganku. Ingin bertanya tentang siapa orang itu, tapi kuurungkan. Tubuhku kembali lemas.

Tidak hanya Tante Lidya dan Om Satria yang kusorot dengan pandangan penuh tanda tanya, tapi juga Alif. Ia sadar akan kebingunganku, namun sepertinya ia enggan menjelaskan apapun dan memilih untuk membawa Tante Lidya dan Om Satria pergi menemui Arga yang sudah menunggu sejak operasi selesai sore tadi.

"Nad ...," ujar seseorang berwajah sama persis seperti Sandi, ia berjalan mendekatiku.

Masih dengan tatapan dan perasaan tidak percaya, aku menolak tangannya yang hendak merangkulku. 

"Ini sebenarnya ada apa, sih?!" 

Emosiku hampir meletup. Kepalaku terasa pusing. Aku menjauhkan diri dari orang yang wajahnya sama persis dengan orang yang sekarang sedang terbaring lemah di ruang ICU.

"Gue bisa jelasin semuanya, Nad," katanya lagi.

Pikiranku belum bisa fokus karena masih terkejut dengan hal membingungkan yang sedang kuhadapi. Aku berdiri dan berlari tanpa bilang pada siapapun tentang ke mana tujuanku.

"Nad?" Ayah memanggil namaku dari samping Ibu, namun tak kuhiraukan. Aku tetap melangkah tanpa mengindahkan panggilan orang-orang dari ruang tunggu itu.

Kakiku berhenti di sebuah tangga darurat. Aku tau ke mana tangga ini akan membawaku jika kuteruskan melangkah. Rooftop. Tanpa berpikir panjang, aku menaiki satu persatu anak tangga tersebut. Rasanya ingin segera sampai agar aku bisa berdiam diri sendiri di sana.

"Apa cuma gue yang betulan bego di situasi ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa cuma gue yang betulan bego di situasi ini?"

"Sebenarnya ada apa?"

Aku tau kalau kalimatku tadi tidak akan mendapat jawaban, tapi tetap saja kulanjut berbicara karena merasa muak. Aku muak dengan segala kepergian dan kepulangannya. Bingung aku dibuatnya. Berusaha untuk percaya, tapi hanya kecewa yang kudapat. Memilih untuk sekadar tau, tapi sayangnya apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kutau. Semesta, kenapa semua jadi terasa rumit?

GAMMA ✔[SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang