Prolog

6 0 0
                                    

"Kau tau hari dimana saat aku harus mengangkat kaki dari dalam rumah yang telah membesarkanku selama 15 tahun lamanya, hari itu aku tak bisa menahan hatiku yang menangis hebat. Aku ingin tetap di sana, menunggumu datang dengan kabar bahwa kau akan naik panggung. Menunjukkan betapa bahagianya kau atas pencapaian besar itu. Tapi waktu tak memberiku kesempatan untuk itu. Dengan teganya ia menendang ku pergi.
Satu tahun berlalu. Seperti biasa. Kehidupanku juga telah berjalan cukup baik. Aku punya teman baru yang mengisi posisimu. Ah.... Maaf aku jadi merasa mengkhianati mu. Tapi kau tau aku juga butuh seseorang bahkan lebih. Aku punya tiga orang teman yang cukup dekat. Dan kuakui mereka baik. Ditambah mereka juga adalah penggemar mu.
Hari itu aku sangat senang. Ketika pertama kali melihatmu muncul di televisi. Kau dengan gurat wajah dan lekukan senyum yang masih sama berdiri di sana. Pesonamu yang sejak dulu tetap sama. Mamaku juga senang melihatmu. Teman bermain putrinya kini telah menjadi bintang terkenal. Tentu siapa yang merasa tak bangga pernah mengenalmu.
Di sekolah, tiada hari tanpa membicarakamu. Yah...itu adalah kerjaan teman-teman baruku. Mereka sangat menyukaimu. Bahkan mereka pernah bertanya apakah mungkin aku pernah melihat mu. Aku hanya bisa menggeleng serta tersenyum tipis menandakan 'tidak'. Aku bohong! Benar aku bohong. Karena tidak mungkin ku katakan pada mereka bahwa Minwoo yang mereka lihat di atas panggung itu adalah Minwooku di masa kecil. Tidak mungkin kan?
Waktu terus bergulir. Aku lulus SMA dan masuk kuliah. Aku tetap kuliah di kota tempatku tinggal. Mama tak mengizinkan ku pergi dari sisinya. Padahal aku sangat ingin kembali ke tanah kelahiran ku. Dan tentunya bertemu kau, Minwoo. Tapi semuanya tak akan pernah terjadi. Aku hanya bisa melihat mu dari layar televisi di rumah ku dan layar ponsel di tanganku. Kau benar-benar telah jadi bintang terkenal seperti impianmu yang kau katakan padaku saat kita bermain jungkat-jungkit di belakang rumah ku dulu.
Empat tahun berlalu dan aku lulus kuliah. Kau mungkin sedikit terkejut tapi aku mendapat penghargaan sebagai lulusan terbaik di angkatan ku. Mama sangat bangga dan menangis karena papa tak bisa hadir dan melihatku yang berdiri di atas podium. Sementara aku, hari itu mengkhayalkan kau berdiri di sana dan tersenyum padaku saat melihatku yang tengah diberi penghargaan. Tapi itu semua memang hanya khayalan. Tak akan pernah terjadi.
Aku memasuki dunia pekerjaan. Setelah meluncurkan banyak lamaran akhirnya aku diterima di perusahaan penyiaran berita di ibukota negara tempatku tinggal. Aku tak pernah mengirim surat lamaran ke sana tapi aku diterima di sana. Bukankah itu sangat membingungkan? Yah... itu semua adalah karena aku direkomendasikan oleh dosen pembimbing ku.
Semuanya berjalan seperti biasa. Kehidupan ku juga berjalan seperti air mengalir, tidak sampai saat ada seseorang yang datang dalam hidup ku. Dia datang dan ingin mengambil posisi mu.
Lucu juga, aku hidup 23 tahun dan di usia 23 ini baru pertama kali aku mendapat pengakuan cinta dari seseorang. Dia bukan orang sembarangan. Dia adalah anak dari pemilik perusahaan sekaligus calon direktur pengganti ayahnya. Aku tak tahu hal menarik apa yang dia temukan pada diri ku sehingga ia begitu menyukaiku. Meski aku menghindar dan selalu menghindarinya ia tetap bersikeras mendekatiku. Hingga suatu ketika aku tak tahan dan mengatakan kalau aku tak suka sikapnya, dia membuat ku tak nyaman.
Kau tahu apa yang kudapatkan setelah mengatakan itu padanya. Tentu saja yang berkuasa selalu bisa melakukan apa pun.
Esoknya aku dipecat dari perusahaan tanpa alasan yang jelas dan tanpa uang pesangon. Hidup ku benar-benar telah rapuh.  Pekerjaan ini adalah impian ku sejak SMA dan saat aku telah mendapatkannya aku harus merelakannya hanya karena aku menolak seorang pria. Bukankah itu sangat tidak lucu?
***

Aku kembali ke rumah dan tinggal bersama mama. Waktu kembali bergulir. Aku masih tetap baik-baik saja meski aku merasa impian ku telah hilang. Semua akan naik-baik saja. Tetapi tidak sampai saat aku melihat berita tentang mu di televisi. Skandal-skandal yang bermunculan dan semuanya itu adalah tentangmu. Aku tau Minwoo tidak seperti itu. Aku tau bagaimana perasaan mu saat itu ketika menghadapi banyaknya komentar dan pendapat orang-orang yang salah tentang mu. Hujatan dan bullying dari mereka yang tak tahu apa-apa. Meski aku juga belum tau bagaimana sebenarnya yang terjadi tapi aku percaya kau bukanlah orang seperti itu. Kau adalah Minwoo yang sangat menjunjung tinggi perempuan. Aku tau karena kau sangat menghormati ku meski aku lebih muda dari mu. Kau sangat peduli padaku. Kau sering mengelus lembut rambutku. Tersenyum ramah padaku. Kau sangat menyayangi ibumu dan kau sangat menghormati ibuku. Jadi itulah mengapa aku percaya kau tidak akan berbuat seperti itu.
Hari demi hari, namamu mulai layu. Kau mulai menghilang. Dan digantikan dengan wajah-wajah baru yang hanya memanfaatkan keadaan yang ada.
Aku hanya bisa jadi orang bodoh yang hanya menonton semua dramatisasi kehidupan impian sahabatku. Aku tak bisa berbuat apa-apa untukmu. Aku benar-benar sakit dan kecewa pada diriku. Aku   bisa saja ada sebagai tempat mu bercerita, tempat mu bersandar. Tapi aku malah diam di sini. Sembunyi. Jauh dan tak bisa kau jangkau lagi. Aku merasa menjadi orang terbodoh.  Aku tak berguna Minwoo. Benar-benar tak berguna."
Kedua tangan Minwoo bergetar hebat. Ia tetap memegang halaman buku kusam di tangannya. Bukankah sudah terlambat untuk semuanya? Meski ia telah menempuh jarak beribu-ribu kilometer, semuanya terlanjur terlambat.
Minwoo menoleh pada perempuan yang terbaring di atas bangsal di sampingnya. Selang-selang yang selama ini membantunya tetap hidup terpasang dengan baik. Minwoo meraih tangan yang terpasang infus. Tangan yang telah menjadi dingin dan tampak pucat.
"Aku tau ini terlalu lama. Tapi tak bisakah kau beri satu  kesempatan lagi?" Suaranya parau.  Air bening itu mengalir dari pelupuk matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories Bring BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang