Akhirnya aku pergi setelah lama berlabuh pada orang yang membuatku merasa tidak diinginkan. Sesaat dianggap ada, sekejap kemudian abu-abu. Meski kamu pemilik mata bagaikan samudra, berat hati aku beranjak darimu. Susah payah berenang ke tepian. Saat sampai, bak pesta perayaan kesedihan yang dimeriahkan air mata. Pura-pura menyeka air mata, padahal hati tidak kunjung tenang. Pura-pura berjalan di tempat, padahal hati masih ingin tinggal. "Lalu, kenapa pergi?" katamu. Aku racun untukmu. Untuk apa bersatu? Yang kuharap pada dirimu hanya rasa senang.
Maaf aku pergi. Mengerti jika hanya menjadi bagian dari kenangan menyakitkan dalam hidupmu. Kuharap kamu dapat menemukan kedamaian untuk dirimu dan perasaanmu.