Bab 15 - Ayah, Belikan Aku Gedung!

9.8K 1.7K 63
                                    

"Siapa bocah lugu ini? Apa dia anakmu?" Bellanca mengangkat dagunya, begitu tinggi dan sombong. Kebiasaannya yang suka merendahkan orang lain sangat sesuai dengan deskripsi dalam novelku.

Aku tersenyum mengejek, menanggapi pertanyaan Bellanca. "Apa matamu katarak, Kakak? Bagaimana bisa aku mempunyai anak sebesar ini di usiaku yang masih belia?" balasku. Punya otak itu dipakai buat berpikir dong!

Senyum miring menghiasi wajah Bellanca, terkesan menghina. "Tapi dia mirip denganmu. Persis seperti cetakan! Kecuali bagian bola matanya yang gelap, terlihat palsu," ucapnya seraya menunduk dan mengamati Reynald curiga.

Aku menarik Reynald ke belakang punggungku tuk menyembunyikannya. "Berhentilah meneliti 'adikku' seperti objek penelitian dan mangsa. Kau ingin aku mencungkil keluar mata indahmu itu, Kakak?" ancamku serius.

"Huh! Berani sekali kau padaku. Kau ingin dihukum lagi?" seru Bellanca tidak terima.

Aku maju selangkah, menatapnya dengan sedikit mendongak karena dia tinggi sementara aku masih pendek.

"Aku memang pemberani. Kakak mau melakukan apa padaku? Memukulku? Menjambakku? Memakiku? Silakan saja. Lagi pula aku sudah terbiasa dengan siksaan kalian selama 2 tahun ini."

"Ah~ Apakah aku boleh mengadu kepada Ayah? Mumpung Ayah masih di sini," sambungku dengan kedua sudut bibir terangkat.

Bola mata abu-abu perempuan itu melebar begitu besar, seakan-akan hampir keluar dari rongganya. Aku jadi benaran ingin mengeluarkan kedua benda itu, anggap saja sebagai latihan membantuku terbiasa dengan fobiaku.

Tangannya terkepal dengan badan sedikit bergetar, menahan amarah sepertinya. "Sejak kapan kau jadi berubah kurang ajar seperti ini?!" geram Bellanca.

"Kakakku sayang, seiring berjalannya waktu, manusia pasti akan berubah entah karena kejadian traumatis atau perkataan seseorang. Pada dasarnya ini memang sudah hukum alam," ujarku seraya menyampirkan surai merahnya ke belakang.

Mungkin kalau 'Aileana' tidak koma dan meninggal saat kalian siksa 3 bulan lalu, aku juga tidak akan berada di sini. Dan 'Aileana' yang malang akan tetap hidup menderita selama 5 tahun lamanya, sebelum meninggal.

Jadi, aku yang akan membalas dendam kepada kalian atas nama Aileana yang sudah kalian bunuh. Secara pelan-pelan sampai kalian tidak menyadarinya. Setidaknya ini bisa mengurangi dosaku.

"Aiyo~ Kakak sekarang terlihat bak orang dungu saja yang tidak mengerti pengetahuan dasar kehidupan ini. Ckckck, aku merasa kasihan," lanjutku lagi, tentunya dengan nada dramatis.

"Kau!" Tangan Bellanca terangkat, hendak menamparku.

Namun, berhasil kucegat. Aku mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat sembari mendelik.

"Kakak terkejut dengan perubahanku ya? Ututut~ kasihan, maafkan adikmu ini sudah mengagetkan kakak tercintanya. Leana sungguh bersalah. Tapi Kak Bella..." Aku menggantung ucapanku.

"... coba saja tampar aku," bisikku sinis di bagian akhir, sengaja memancingnya.

Buat apa aku memberitahumu kalau aku sudah berubah? Memangnya kau kira aku Power Rangers yang berubah dengan pemberitahuan tepat di depan musuhnya? Aku tidak sebodoh itu.

Plak!

Tanpa aku sangka, ternyata Bellanca terhasut dengan perkataanku dan sungguh menamparku dengan tangan lainnya. Membuat wajahku langsung tertoleh ke samping. Pipi kiriku terasa begitu panas.

Sialan. Gadis ini ringan tangan sekali ya. Sampai membuatku speechless.

"Wow! Keras sekali, tangan kakak terbuat dari besi ya?" sindirku seraya menyeka darah segar di sudut bibir. Rasa asin itu menjalar ke seluruh rongga mulutku. Fiks, bibirku sobek.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang