Dear diary ….
Hari ini mereka kembali bertengkar. Aku dan Bianca mendengarkan dari balik pintu. Kami saling bersandar dengan tubuh gemetar. Aku menangis lebih keras dari Bianca. Aku rasa karena aku lebih cengeng dan saudaraku itu lebih kuat. Berbeda denganku, Bianca itu jarang menangis.
Hampir setiap hari papa dan mama adu mulut dengan suara keras. Kami tidak tahu apa yang mereka ributkan tapi Bianca yang lebih pintar dariku mengatakan kalau papa punya wanita lain dan mama tidak suka.
“Wanita lain itu apa?” tanyaku pada Bianca.
“Mama yang lain untuk kita.”
Kami berpandangan dengan sedih. Tidak bisa membayangkan kalau harus punya mama yang lain akan seperti apa jadinya. Kami berdoa setiap malam sebelum tidur, dengan suara keras demi papa dan mama agar tidak ada wanita lain di rumah ini.
Ternyata, Tuhan tidak baik sama kami. Suatu hari, mama menangis dan meraung. Kali ini papa bahkan memukulnya. Satu jam kemudian, mama menyeret koper keluar dan meminta kami berkumpul.
“Kalian ikut mama, cepat kemasi baju kalian.”
Aku dan Bianca menangis. Kami merengek agar mama tidak pergi. Tapi mama bersikap seakan tidak mendengar kami.
“Bianca! Kamu ikut mamamu. Bella, kamu ikut papa.” Papa menghampiriku dan membelai lembut kepalaku. “Kamu anak papa paling cantik, paling nurut, paling lemah lembut. Pasti kamu nggak tega ninggalin papa sendiri bukan?”
Saat itu yang ada di pikiranku, betapa sedih wajah papa. Mama jongkok di depanku dan mengatakan hal yang sama. Tapi, aku lihat Bianca lari ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya sedangkan aku masih bingung. Ingin ikut papa atau mama. Bingung juga kenapa mereka harus berpisah.
Saat itu, aku lihat papa memejam. Ada setetes air mata dan aku merasa kasihan padanya. Akhirnya, aku putuskan untuk tetap tinggal menemani papa.
“Ma, perginya jangan lama-lama. Cepat balik,ya, Ma?”
Mama mengangguk dengan air mata bercucuran. Saat Bianca datang dengan kopernya, kami menangis sambil berpelukan. Pertama kalinya kami berpisah dan ini sangat menyedihkan. Saat Bianca digandengan mama keluar rumah, aku meraung histeris. Papa menggendongku dan membisikkan penghiburan. Malam itu, aku sama sekali tidak bisa tidur. Kerinduan pada mama dan Bianca membuat jatuh sakit hingga berhari-hari. Selama itu pula papa merawatku. Hingga dua Minggu kemudian, papa mengatakan kalau kami akan pindah rumah yang lebih besar dan indah. Tanpa semangat aku mengangguk. Bagiku sama saja kami tinggal, yang terpenting adalah ada mama dan Bianca.
Menggunakan mobil, Papa membawaku ke rumah baru yang indah dan megah. Pertama kalinya aku bertemu dengan wanita itu dan dua anaknya. Saat itulah aku mengerti, apa yang disebut Bianca sebagai wanita kedua. Papaku dan wanita itu, sudah menikah dan menceraikan mamaku.
Aku Bella, dan ini kisah masa kecilku, diary.
**
Bianca terbangun dengan kepala berdentum menyakitkan. Ia memijat pelipis, berusaha mengurangi rasa sakit yang menyerang kepalanya. Ia meraih ponsel dan melihat sudah jam delapan pagi. Orlando bisa jadi sudah berangkat kerja dan ia masih terbaring di ranjang. Duduk di tepi ranjang, ia kembali memikirkan ucapan papanya soal memata-matai Orlando. Ia tidak tahu apa yang direncanakan orang tuanya tapi tetap saja menurutnya tidak bagus.
Pintu kamar mandi menggeser terbuka dan Bianca berjengit kaget. Melihat Orlando berbalut handuk pendek yang menutupi sebagian kecil tubuhnya. Ia memalingkan wajah dengan malu, sama sekali tidak menduga kalau ternyata laki-laki itu belum ke kantor.
“Kamu kesiangan?” tanyanya basa-basi.
Tidak ada jawaban. Orlando melintas di depannya dan membuka lemari. Dari tepi ranjang ia bisa melihat punggung kokoh milik Orlando. Sama sekali tidak ada lemak di sana, hanya berupa otot yang terpahat indah. Tuhan sangat sayang pada laki-laki itu, hanya memberika bagian yang terbaik untuk dimiliki. Kaki yang panjang, pinggul kokoh, punggung indah. Bianca menutup mata, berusaha menutupi pikirannya dari kesibukan menilai tubuh laki-laki di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)
RomanceBianca, datang ke rumah besar milik Miliarder Orlando, untuk berpura-pura menjadi istri laki-laki itu, menggantikan saudara kembarnya yang meninggal karena dibunuh. Bianca melakukan karena tekanan yang papa, dan juga niat untuk mencari pembunuh sau...