Bab 2b

11.9K 1.6K 66
                                    

Hari berjalan pelan dan membosankan bagi Bianca yang terbiasa sibuk. Dulu, di panti setiap hari rasanya tidak cukup waktu 24 jam karena padatnya kesibukan. Pagi buta memasak, menyiapkan anak-anak sekolah, pergi bekerja di gudang makanan,  masak makan siang, belum lagi kalau ada  anak yang sakit dan membutuhkan perawatan. Meski capek, ia bahagia dikelilingi senyum dan wajah ceria anak-anak. Kini, ia merasa sepi. Terpenjara dalam istana Orlando yang dingin dan angkuh.

Orlando pergi pagi dan pulang larut. Meski berbagi kamar yang sama, keduanya tidur di tempat yang berbeda. Makin hari bukannya makin dekat, Bianca justru makin jauh dengan laki-laki itu. Terkadang, mereka menghabiskan waktu bersama saat sarapan justru tanpa saling bicara.

Bianca yang merasa bosan, bertanya pada Orlando apakah dirinya boleh melakukan kegiatan di luar rumah. Jawaban Orlando membuatnya terdiam.

“Lakukan sesukamu. Buatlah dirimu nyaman.”

Laki-laki itu memberinya mobil dan ia yang tidak bisa menyetir menolak. “Aku masih trauma dengan kecelakaan.” Ia berucap ingin naik taxi saja.

Orlando menatap sekilas. “Pakai sopir, jangan macam-macam. Kalau kamu perlu internet, ada banyak ponsel baru di laci ruang kerja dan komputer untuk kamu gunakan.”

“Bisakah aku gunakan komputer itu?” tanya Bianca penuh harap.

“Lalukan sesukamu, asal jangan mengangguku!”

Intonasi ucapan Orlando, ibarat paku yang menancap di hati. Dingin, keras, dan menyakitkan, Bianca bergidik setiap kali bicara dengannya.

Ia sudah memutuskan untuk mengikuti les menari. Dulu, ia pernah melakukannya dan menyukai saat tubuhnya bergerak mengikuti irama musik. Berbekal informasi yang didapat dari internet ia mendatangi tempat les menari dan ternganga gembira saat melihat banyaknya teman.

“Namaku, Franco. Aku yang akan menjadi patnermu, Cantik.”

Seorang laki-laki gondrong dengan pakaian ketat mendatanginya. Bianca menyingkirkan rasa malu, mengikuti apa perintah Franco dan membiarkan laki-laki itu membimbingnya. Ia tidak salah memilih, tarian salsa membuatnya bahagia.

“Hai, aku Danila.” Seorang gadis bertubuh mungil dengan tinggi hanya mencapai bahunya, menyapa ramah.

Bianca tersenyum. “Aku Bella.”

“Senang mengenalmu.”

Rasanya seperti menemukan teman lama, saat Danila mengajaknya bicara. Mereka menjadi akrab satu sama lain dengan cepat dan Bianca tahu kalau Danila adalah seorang MUA. Mereka berlatih menari dengan giat dan berjanji akan bertemu lain kali.

**

Suatu sore, datang telepon dari Osman. Sang papa memintanya datang ke rumah untuk mengambil barang-barang Bella yang tertinggal. Diantar sopir, ia mendatangi rumah keluarga papanya untuk pertama kali.

Bianca tertegun di depan rumah berpilar pualam kokoh warna putih. Tidak lebih besar dari rumah Orlando, tapi memang lebih tua dari rumah yang ditempatinya sekarang. Seorang pelayan membantunya membuka pintu dan membawanya melewati ruang tamu berkarpet.

“Papa Anda ada di ruang kerja, Nona Bella.”

Bianca mengangguk pada pelayan itu dan matanya mengawasi sekitar. Rumah yang megah, mewah, penuh dengan barang-barang mahal. Inikah yang membuat papanya dulu tega meninggalkan mamanya demi bersama Lidia?

“Dari mana kamu?” tanya Osman tanpa basa-basi.

“Les menari.”

“Memangnya kamu tidak punya pekerjaan yang lebih penting dari pada itu?”

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang