Jimin terbangun melihat Jungkook yang sudah tiba di rumah mereka, penampilannya terlihat kacau dan wajah tampannya terlihat sangat lelah. Sudah tiga hari Jungkook tidak pulang dan baru hari ini Jungkook menginjakkan kaki di rumahnya.
Jimin dengan sigap membantu suaminya yang sedikit sempoyongan, aroma alkohol tercium kuat dari mulut dan pakaiannya, sepertinya Jungkook baru pulang dari klub malam mengingat ada noda Wine di kemeja kerjanya.
Brukk
"Jangan sentuh aku, Jalang!" Jungkook mendorong Jimin dengan kasar hingga tersungkur. Jimin hanya tersenyum tipis, hubungannya dengan suaminya sudah memburuk selama satu tahun ini. Cacian, makian dan tindakan kasar sudah Jimin terima selama satu tahun ini tapi ia tetap sabar dan bertahan di sisi Jungkook walaupun Jungkook sudah ribuan kali menyuruhnya pergi.
"Kau mabuk. Aku akan membantumu sampai atas"
Bugghh
Jungkook memukul wajah Jimin dengan tas kerjanya cukup keras. Lagi-lagi Jimin hanya tersenyum menguatkan dirinya untuk baik-baik saja.
"Yakk lebih baik aku mati daripada disentuh oleh Jalang tidak tau malu sepertimu!" teriak Jungkook dan mengambil tas kerjanya yang jatuh. Jimin yang sudah dipukul seperti itu masih saja mengikuti Jungkook yang naik ke tangga dengan langkah yang tidak seimbang. Jimin hanya takut Jungkook bisa saja jatuh dan celaka.
Setelah melihat Jungkook sudah masuk kamarnya, Jimin turun ke bawah dan membuatkan kopi untuk Jungkook lalu mengantarnya ke kamar Jungkook.
Jimin geleng-geleng kepala melihat kamar Jungkook yang sangat berantakan. Selagi Jungkook sedang mandi, Jimin mengganti sprei kasur Jungkook dengan yang baru, membereskan baju-baju kotor Jungkook yang berserakan dan mengambil penyedot debu untuk membersihkan abu dan puntung rokok yang mengotori karpet dan lantai kamar Jungkook.
"Jangan sentuh barang-barangku" Jungkook yang baru selesai mandi langsung menarik tangan Jimin dengan kasar dan mencengkramnya kuat seakan ingin mematahkan tangan kurus Jimin.
"Sakit" lirih Jimin.
"Aku sudah bilang kan jangan masuk kamarku apalagi menyentuh barang-barangku!"
Jungkook benar-benar marah dan meremas lengan Jimin kuat-kuat, ia bahkan menyiramkan kopi buatan Jimin yang masih panas ke tubuh Jimin.
Setelah itu ia menarik tangan Jimin dan mendorongnya sampai tersungkur di depan pintu kamarnya dan menguncinya agar Jimin tidak bisa masuk.
Jimin hanya mendesis memegangi lengannya yang membiru karena cengkraman tangan Jungkook.
Jimin pun memilih masuk ke kamarnya dan mengganti bajunya yang kotor terkena kopi lalu mengoleskan obat luar di perut dan dadanya yang panas terkena siraman kopi tadi. Diam-diam ia menangis tak bersuara saat meraba lengannya yang sedikif membengkak.
Selama ini Jimin memang tak pernah menangis di depan Jungkook karena ia tak ingin dianggap lemah oleh Jungkook. Dan kamar inilah menjadi saksi bisu setiap kali Jimin menangisi Jungkook yang selalu saja bersikap kasar dengannya.
🐥🐥🐰🐰
Jimin tersenyum melihat Jungkook yang sudah rapi dengan kemeja kerjanya, ia langsung menghampiri Jungkook yang sedang berjalan ke pintu depan.
"Ayo sarapan dulu. Aku buatkan makanan kesukaanmu" Entah Jimin yang terlalu bodoh atau bagaimana, ia sudah tau kalau Jungkook pasti akan menolak makanan buatannya tapi Jimin masih saja memasak makanan untuk Jungkook berharap hati Jungkook tergerak untuk menyantapnya.
"Makan makananmu? Kau buang-buang uangku untuk memasak sebanyak itu?"
"Anniya uang darimu masih utuh. Yuk kita makan, daripada makan di luar tidak higienis. Aku buatkan steak yang enak. Kau harus coba!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You [25K] [PDF] ✔
ФанфикJungkook benci Jimin karena ia menganggap kematian anak mereka adalah kesalahan Jimin sepenuhnya