Dirasa fisiknya makin membaik. Yang pertama kali Jimin lakukan adalah ingin membersihkan rumah karena selama hampir satu minggu ia terbaring di ranjang kamarnya, Jimin yakin pekerjaan rumahnya pasti sudah sangat menumpuk sekarang.
Tapi ternyata keadaan rumahnya tak sesuai dengan yang ia kira. Jimin pikir selama hampir satu minggu ia terbaring sakit, rumahnya pasti berantakan dan terlihat kotor karena memang Jimin tidak mempekerjakan asisten rumah tangga. Membersihkan rumah seorang diri seperti sudah kewajiban baginya.
Tapi ternyata rumahnya tidak terlalu kotor seperti baru dibersihkan. Apa Jungkook yang membersihkannya. Tapi Jimin tidak begitu yakin karena suaminya itu memang tidak mau berkutat dengan urusan membereskan rumah.
Berpikir terlalu lama tidak memberikan jawaban apapun untuknya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengecek ke belakang, siapa tau ada cucian kotor yang bisa ia cuci hari ini. Tapi ternyata tidak ada pakaian kotor sama sekali. Atau mungkin Jungkook membawanya ke penatu. Diam-diam Jimin tersenyum sendiri membayangkan Jungkook mau menggantikannya membereskan rumah selama Jimin sedang sakit.
Karena suasana hatinya membaik, Jimin pun berencana untuk memasak makanan yang banyak untuk suaminya itu, walau ia sendiri tak yakin Jungkook mau memakannya, tapi mencoba juga tidak ada salahnya bukan.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Masakan Jimin sudah hampir siap setengahnya, namun ia mendengar suara deru mesin mobil di garasi rumahnya. Tumben Jungkook sudah pulang, biasanya suaminya itu baru tiba di rumah sekitar tengah malam atau dini hari, tak jarang juga Jungkook tidak pulang karena malas bertemu dengan Jimin.
Dilihatnya Jungkook berjalan dengan wajah yang lesu dan dasinya yang sudah melonggar. Jimin ingin menghampirinya tapi masih takut dengan Jungkook.
Jimin diam saja dan buru-buru mengantarkan kopi buatannya untuk Jungkook yang sedang duduk di ruang tengah. Mungkin Jungkook kelelahan bekerja seharian dan malas naik ke kamarnya.
Jungkook diam saja saat Jimin menaruh kopi di atas meja. Tapi hal sepele itu membuat Jimin sedikit terkejut. Berbulan-bulan hubungan mereka kacau dan baru hari ini Jungkook tidak marah-marah dengannya dan bahkan mau meminum kopi buatannya. Jimin ingin menangis terharu melihatnya.
"Mau makan malam? Aku buatkan sup daging" Jimin pun berani menawarkan makanan untuk Jungkook walaupun masih sedikit trauma karena Jungkook pasti akan marah dan menolaknya.
Karena Jungkook tak merespon, Jimin berinisiatif menuangkan sup daging sapinya dan mengantarkannya di meja ruang tengah.
Tapi Jimin lagi-lagi dibuat terkejut karena Jungkook mau memakan sup daging buatannya bahkan hingga habis. Jimin tak bisa lagi membendung air matanya. Terharu dan senang disaat bersamaan karena berbulan-bulan mereka tak lagi berhubungan dengan baik, baru kali ini Jungkook mau menyentuh makanannya.
Setelah suaminya selesai makan, Jimin langsung mengemasi mangkuk dan gelas kotor itu dari hadapan Jungkook dan ingin mencucinya di dapur.
"Apa maumu?" Jimin mengernyit bingung dan menatap Jungkook takut-takut. Dari tadi Jungkook diam saja dan baru kali ini buka mulut tapi nada bicaranya begitu dingin.
"Maksudnya?"
Jungkook mendesis dan menatap Jimin yang masih kebingungan. Jujur saat Jimin sakit karena dipukuli olehnya, Jungkook seperti disengat rasa bersalah yang begitu besar. Bagaimana bisa ia tega memukuli Jimin begitu brutal padahal Jimin tidak pernah bersikap buruk padanya. Dan lihatlah, setelah sembuh Jimin masih sabar menghadapinya dan masih sudi membuatkan makanan untuknya. Kenapa Jimin tidak membencinya saja.
"Pura-pura bodoh atau benar-benar bodoh" Jimin menggenggam mangkuknya dan mundur selangkah demi selangkah saat Jungkook mendekatinya. Jimin tidak marah atas kejadian pemukulan seminggu yang lalu, tapi tentu saja itu menyerang mental Jimin dan membuatnya takut untuk berdekatan dengan Jungkook. Takut kalau Jungkook akan memukulinya lagi lebih parah dari minggu lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You [25K] [PDF] ✔
Hayran KurguJungkook benci Jimin karena ia menganggap kematian anak mereka adalah kesalahan Jimin sepenuhnya