Jimin baru bisa sampai Seoul sekitar pukul sembilan malam karena bis yang hendak ditumpanginya mengalami masalah kerusakan mesin dan menunggu sampai dua jam untuk memperbaikinya. Jimin sengaja memilih transportasi bis jika bepergian dari Busan ke Seoul atau sebaliknya karena stasiun kereta berjarak cukup jauh dari rumahnya sehingga Jimin memilih menggunakan bis saja.
Sepanjang perjalanan Jimin memeluk tasnya sambil menyandarkan kepalanya di jendela bis. Pikirannya tengah melanglang mengingat perkataan ibunya sebelum ia kembali ke Seoul.
"Kalau kau sudah merasa lelah dan tidak kuat lagi dengan pernikahanmu. Kembalilah Minie. Ayo kita berkumpul bersama lagi"
Jimin tersenyum dalam tangisnya. Di satu sisi ia juga lelah dengan semuanya tapi di sisi lainnya Jimin masih berharap ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Jungkook dan menata kembali semuanya dari awal.
Tapi mengingat sikap Jungkook yang acuh dan kasar kepadanya, membuat Jimin merasa pesimis dengan perjuangannya.
"Eomma harus bagaimana, Junghye?" Jimin menangis sekali lagi dan meremat tasnya. Menangisi kembali putri kecilnya yang sudah pergi mendahuluinya dan merubah hidup Jimin seperti di neraka.
🐥🐥🐰🐰
R
umahnya terasa sangat sepi dan gelap gulita tanpa ada penerangan. Sepertinya Jungkook belum pulang mengingat lampu rumah tak ada yang menyala satupun.
Jimin membungkuk membereskan pakaian-pakaian kotor yang berserakan di ruang tengah dan memasukkannya ke dalam mesin cuci, mengambil vacum cleaner membersihkan sofa dan karpet bulu yang kotor terkena abu rokok. Sepertinya se malam Jungkook tidur di ruang tengah karena ada satu botol Wine tergeletak di dekat sofa.
Setelahnya, Jimin pergi ke dapur untuk membersihkan gelas dan piring kotor yang menumpuk di wastafel lalu mengambil kain pel untuk mengepel lantai rumahnya.
Dirasa rumahnya sudah bersih dan rapi. Jimin dengan sabarnya menunggu Jungkook pulang kerja. Jimin melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, biasanya Jungkook kembali ke rumah sekitar pukul dua belas atau bisa lebih awal.
Senyumnya terukir mendengar suara mobil terparkir di garasi, pertanda Jungkook sudah sampai ke rumah.
Tapi senyumnya pudar seketika saat melihat Jungkook masuk tidak seorang diri melainkan membawa seorang wanita jalang yang tentunya ia bawa dari klub malam. Mereka berdua bercumbu di ruang depan seolah tak sadar Jimin sudah kembali dari Busan.
"Jeon Jungkook!" Tentu saja Jimin marah melihat suaminya sendiri bercumbu dengan orang lain di depan matanya.
Dengan kasar, Jimin menarik wanita yang setengah mabuk itu keluar dari rumahnya dan mengunci pintu tanpa peduli wanita itu kedinginan di luar sana.
"Yakk apa-apaan kau?"
Plak!
"Kita belum bercerai dan kau membawa jalang sialan itu ke rumah kita?" Jimin menatap Jungkook tak suka. Mereka masih terikat pernikahan yang sah walaupun hubungan mereka sudah di ujung tanduk, seharusnya Jungkook bisa melakukannya di tempat lain, bukan membawanya ke rumah saat Jimin masih berada di atap yang sama.
Plak!
Jungkook menampar Jimin balik tapi jauh lebih keras dari tamparan Jimin tadi. Bagaimana mungkin Jimin masih percaya diri mengakui mereka masih suami istri sedangkan mereka sudah tidak lagi tidur satu kamar sekitar delapan bulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You [25K] [PDF] ✔
FanficJungkook benci Jimin karena ia menganggap kematian anak mereka adalah kesalahan Jimin sepenuhnya