Aku berlari, mengejar siluet tubuh Ibuku. Aku berteriak memanggilnya namun dia tak kunjung menoleh ke arahku. Ibu terus berjalan menembus cahaya terang yang menyilaukan mataku.
Aku hampir menggapainya sebelum cahaya menelan Ibuku sepenuhnya. Dia menghilang.
Hilang bersama cahaya.
Dan hanya gelap yang tersisa. Gelap menemaniku yang merintih, memohon, dan menjerit agar Ibu kembali.
Aku terbangun dengan perasaan aneh. Jantungku berdebar. Ada beberapa bulir keringat di dahiku. Aku memejamkan mataku, mencerna gambaran yang baru saja menghampiri tempurung kepalaku.
Mimpi apa itu tadi?
Jam masih menunjukkan pukul tiga pagi. Tapi tidak mungkin bagiku untuk tidur kembali. Aku memutuskan untuk beranjak dan meraih laptop. Memeriksa email.
Aku hendak membaca sebuah email yang dikirim oleh salah satu adik tingkatku, sebelum ponselku berbunyi nyaring. Ketika kulihat, itu adalah panggilan dari nomor tidak dikenal. Aku mengernyit.
Siapa sih yang menelepon pada jam tiga dini hari seperti ini?
Sebenarnya aku malas untuk menjawabnya, tapi aku juga penasaran siapa orang tidak sopan ini.
"Assalamualaikum, Kak. Saya mohon maaf telah mengganggu waktu istirahat Kakak. Tapi saya sangat butuh bantuan Kakak."
Aku semakin mengernyit mendengar suara panik dari perempuan yang tengah bicara diseberang sana. Aku bahkan belum sempat mengucapkan sepatah kata pun. Bicaranya seperti laju kereta api listrik yang tidak bisa berhenti jika belum sampai pada tujuannya.
"Kak? Kakak masih di sana?"
"Ya, apa?" tanyaku kesal. Apa-apaan sih ini?
"Saya sangat membutuhkan alamat rumah Kak Rendi yang baru. Saya mendatangi rumah lamanya tetapi beliau tidak ada. Dan semua teman-teman Kakak yang saya tanya mengatakan hanya Kakak yang tahu alamat baru rumahnya. Tolong, bisakah saya mendapatkan alamat itu? Ini sungguh penting. Saya dalam keadaan genting."
Samar-samar aku mendengar suara seseorang yang tengah merintih. Siapa perempuan ini? Kenapa dia mencari Rendi?
Rendi adalah sahabatku. Dia baru pindahan kemarin dan memang hanya aku yang membantunya. Dia banyak berurusan dengan perempuan di kampus. Entah masalah apa lagi yang sudah dia perbuat hingga membuatku mendapat telepon dari orang asing pada pagi buta seperti ini. Sekian lama aku bersahabat dengan Rendi, tidak pernah aku dapat telepon dari perempuan asing seperti kali ini.
"Saya kirim lewat pesan." kataku dengan malas.
"Terima kasih banyak, Kak. Sekali lagi maaf saya telah mengganggu. Saya tutup teleponnya, assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAJ
Romance"Aku ragu kegelapan milikmu mampu menenggelamkan cahaya yang di kirim Tuhan. Sang Pencipta kegelapan itu sendiri." - Kaffasya Aruba Hamra Copyright by ©andirashin Cover Source: Pinterest