1 - Hanya Omong Kosong Belaka

26 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semuanya berawal dari festival Halloween itu. Mona, seorang gadis realistis yang tak pernah percaya sekalipun dengan sihir, terpaksa mengulurkan tangan ketika seseorang yang mengaku sebagai "peramal" muncul di sebuah kios, bertepatan dengan permainan 'truth or dare' yang sedang ia jalani bersama teman-temannya.

"Benar... aura ini... penuh keberanian, haus akan tantangan."

Mona mengangguk-angguk tak peduli. Jika bukan karena dare yang ia dapatkan dari temannya, sudah pasti gadis itu jauh-jauh dari peramal dihadapannya.

"Ahahah Mona banget, demen lakuin hal yang nekat."

"Lihat kan, peramal itu emang beneran sakti tau!"

"Pfft, muka lo kayak lagi nahan berak Mon."

Bisa dia lihat dengan jelas kalau Jeff, Cindy, dan Kevin tengah berusaha keras menahan tawa menikmati penderitaannya. 'Teman-teman minim akhlak, besok gue jual online aja kali, ya?' batin Mona kesal.

"Masa depanmu memang terlihat cerah, tapi..." Sang peramal mengangkat wajah menatap mata Mona lekat. "Apa kau berminat dengan 'sedikit' petualangan?" tanyanya penuh misteri.

Ck, menyebalkan. "Hm, mungkin iya?" jawabnya asal, berniat membuat semua ini cepat selesai.

"Hoho, jawaban yang menakjubkan."

Selesai memberi uang, akhirnya keempat remaja itu pergi meninggalkan kios si peramal sembari saling meledek. Saat itu, Mona kira semuanya akan berjalan normal karena ia percaya 'sihir' itu cuma omong kosong belaka. Satu yang tidak ia sadari, sang peramal sempat tersenyum licik ketika mendengar jawaban terakhir Mona.


∘˚˳*.✧°


"Briar, astaga bangun nak... kumohon, jangan tinggalkan kami, hiks..."

Netra Mona mulai menangkap gambar seorang wanita paruh baya yang tengah duduk bersimpuh di tepi ranjang sembari memegang erat kedua tangannya.

HAH?

"Ugh, k-kau... uhuk!" tenggorokannya tercekat, merasa sulit berbicara meskipun seluruh badan Mona terasa baik-baik saja.

"ASTAGA! MINUMLAH DULU NAK!" panik wanita paruh baya tersebut sembari mengambilkan air dari seorang dayang.

Mona tak punya pilihan lain selain meneguk air itu dengan cepat sementara otaknya bekerja dengan keras. Dimana dia sekarang? Kenapa pakaian orang-orang disekitarnya sangat kuno? Jelas sekali ada banyak pertanyaan yang harus ia utarakan.

"Oh terima kasih Tuhan, Briar kami baik-baik saja."

APALAGI INI YA GUSTI???

Briar siapa anjir? Kagak jelas bang–

Villain's LogicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang