01. It All Starts From Home

16 11 5
                                    

01. It All Starts From Home

Pria yang kemungkinan akan berkepala tiga itu akhirnya berpulang kerumahnya setelah seharian penuh-katanya ia bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Padahal aslinya ia hanya berleha-leha saja di Club sembari dikelilingi gadis-gadis belia nan jelita yang menunggu cuan darinya.

"Dimana makan malamnya? heh lo wanita jalang! where's my dinner?" bentaknya, yang hanya ia cari adalah sesuap nasi untuknya seorang diri.

Iya kira-kira begitu setiap kali ia pulang, di tangan kirinya selalu saja membawa sebuah botol minuman beralkohol tinggi yang ia dapati dari tempat hiburan malam yang giat ia kunjungi semenjak sang buah hati lahir di dunia fana ini yang hanya ia cari adalah sesuap nasi untuknya seorang diri.

Sebut saja wanita yang letak namanya tertera pada kartu keluarga setelah sang pria tua dihadapannya, "Eh? e-enggak ada..." lirihnya sekaligus menahan air mata dari netranya yang mulai berkaca-kaca.

Rasa perih kini telah mencakupi keseluruhan isi kalbu dari si wanita yang sedari tadi menahan rasa takut, cemas, dan sekaligus gelisah di bersamaan waktu.

Pria itu kemudian membuang nafas kasar, "Uang lo emangnya dikemanain hah?" tanyanya dengan nada intonasi tinggi dan bisa saja dalam hitungan tiga detik pria tersebut akan bangkit dengan segera ia melempari sang istri dengan botol miras tak berisi.

Lagi, lagi, dan lagi.

"Ma... maaf..." ucapnya terbata-bata dengan dipenuhi rasa kegugupan di dalam jiwa dan raga.

"Maaf-maaf, enggak ada kata lain apa selain kata maaf?" ketusnya.

Dan iya, sang buah hati satu-satunya yang mereka miliki terbangun dari tidurnya yang lelap karena terganggu dengan kebisingan di luar kamar yang sedang berlangsung. Ia, Jojo-itulah nama panggilan kesayangan dari sang ibunda tercinta. Karena ia penasaran, ia pun memutuskan untuk mencari tahu sendiri. Darimana sumber kegaduhan tersebut.

Sebuah teriakan menggema disekitaran ruangan, telinganya pun berdengung. Suara yang ia dengarkan cukup jelas, dan familliar sekali, "Ibu?" sontak lisannya berucap.

Dan tanpa banyak tingkah lagi-dengan sigap ia pun berlari terburu-buru menuruni tiap anak tangga, untuk menghampiri sang ibu. Dan iya benar dugaannya, ayahnya sudah pasti bakal berulah kembali.

Ia berdiri tepat di depan sang ibu, dengan merentangkan kedua lengannya, tak lupa kini raut wajahnya tentunya terlihat sangat jelas kalau ia sedang marah dan kesal terhadap sang ayahanda. Badannya yang mungil hanya setinggi pinggang sang ayahnya dan tak punya keahlian dalam bela diri atau semacamnya sudah pasti ia tak akan mampu melawan sang pria berkepala tiga.

"AYAH, BERHENTI! tolong jangan sakiti ibu lagi iya, Yah? ku mohon..."

Yang dilindunginya merasa tak habis fikir, "apakah dia sudah gila?" batin sang ibunda sembari menatap sendu sekaligus penuh haru. Sepertinya putra semata wayangnya tersebut hanyalah satu-satunya orang yang mungkin, bisa ia harapkan di saat-saat tak diinginkan. Seperti sekarang, tanpa ia sadari ia telah tersenyum kecil dan setetes air mata kembali jatuh namun kali ini dari sebelah kanan.

Jojo menyadari itu, tadinya ia berniat untuk menenangkan ibunya—Ratna. Namun, tiba-tiba badannya terpental ke tembok karena didorong dengan sengaja dan secara kasar oleh sang ayah-Ryan.

"Minggir lo, mau jadi pahlawan kesiangannya?" cetusnya dengan memasang kedua bola mata yang setia memandangi dirinya dengan tatapan penuh dengki.

"Punya apaan lo? you're just a coward."

"Dasar beban kehidupan," Ryan mendengus kasar dan sesekali ia memutar matanya malas.

Setelah puas mencaci sang buah hati, ia pergi begitu saja meninggalkan sang istri di tempat dengan keadaan yang sangat tidak mengkondisikan—wajah pucat, mata yang merah serta sembab, tangan dan kaki dilengkapi dengan berbagai macam luka dari yang sudah mengering bekas hari kemarin sampai yang baru saja dibuat oleh Ryan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back To DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang