Aphelion.

198 28 2
                                    

# Aphelion

Katamu, aku seperti bumi. Tapi kenapa, Kakak memilih jadi Betelgeuse? Apakah ada bumi lain di luar sana?

"Udah dua hari ini Bang Baji ilang. Kemana ya dia?" Gumam Chifuyu.

Benar, sudah dua hari, kami bertiga tidak berkumpul seperti biasanya. Sekarang hanya aku dan Chifuyu di sini, kebingungan. Biasanya Kak Baji akan mengabari Chifuyu atau aku jika tidak bisa datang, namun kali ini tidak. Bahkan tadi sepulang sekolah, ia tampak terburu-buru pergi ke suatu tempat.

"Jangan-jangan mati di begal ... " Racau Chifuyu.

Jelas-jelas aku melotot dan *menoyor* kepalanya, "Kalo ngomong yang bagus dong!"

Chifuyu meringis. Aku tahu dia bicara begitu karena pirang satu ini benar-benar clueless.

"Mau tunggu di sini aja atau nyari?" Tanya Chifuyu, aku menggeleng.

"Pulang aja deh." Ujarku.

Untuk apa juga menunggu di sana, aku sangat yakin Kak Baji tidak akan datang. Sekarang sudah pukul lima sore, matahari sudah mulai terbenam. Tidak mungkin ia akan datang di saat benda langit raksasa itu sudah meredup dan tidak berada di pandangannya.

Chifuyu mengantarku pulang, tidak biasanya. Ternyata ia benar-benar takut ada begal di sini, jadi ia mengantarku dan memastikan aku sampai rumah dengan selamat.

"Tenang aja, mungkin nanti Kak Baji nyamperin kita satu-satu." Ujarku menenangkan Chifuyu.

Ia hanya mengangguk pasrah, "Yaudah deh, gue pulang ya."

Aku tersenyum, "Hati-hati, Puy."

---
Esoknya

Benar, Kak Baji benar-benar datang ke rumahku. Kali ini ia hanya menggunakan kaus oblong hitam sambil menenteng jaket berwarna krem. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya.

Dia menepati janjinya, selalu tersenyum, meski ini yang pertama kulihat setelah dua hari.

"Kenapa, Kak? Kok dua hari nggak ke bukit?"

Ia menggeleng, "Gak papa, banyak tugas soalnya."

Aku diam, tidak membalas. Hanya ber-oh-ria dan mengangguk.

Bohong? Kurasa...

Meski Kak Baji satu tingkat di atasku, setiap ia mendapat PR yang banyak atau sulit, ia akan membawa PR itu ke bukit dan mengerjakannya bersama aku dan Chifuyu. Sudah pasti bukan itu penyebab ia menghilang, namun aku hanya diam.

"Y/n, iketin rambut gue dong."

Aku memiringkan kepala, "tumben? biasanya ngiket sendiri."

Ia menaikkan kedua bahunya dan menyerahkan karet gelang yang selalu dibawanya.

"Ih jorok, ini kan Kakak gigit terus." Ujarku.

Kak Baji hanya tertawa pelan, "Nggak papa, buat kenang-kenangan."

Aku menerima karet itu dan mulai menyentuh rambutnya. Lembut dan halus, rambut Kak Baji lebih terawat dibanding rambutku. Aku meringis dan mulai menyisir rambutnya menggunakan tangan. Kulihat dari cermin, ia memejamkan matanya, membiarkan tanganku mengatur rambutnya.

Dengan jantung berdegup, aku mengusap kepala Kak Baji,

"Y/n."

Aku terkesiap ketika ia memanggil namaku dan segera menjauhkan tanganku dari puncak kepalanya. Kembali menyisir dengan canggung. Kak Baji tertawa,

"Nggak papa, santai aja."

Aku meringis lagi.

"Lo inget gak, pas itu gue mau searching tentang matahari?"

Betelgeuse ; Baji Keisuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang