Memangnya tetanggaku kenapa? (Part 1)

359 29 8
                                    

Note : Kalo ora ngerti cek komen

13 Maret 20XX

Alarm dari sebuah ponsel berbunyi dengan keras, membangunkan gadis yang saat itu tengah tertidur lelap

Si gadis mendengus dan dengan agak malas mematikan alarm itu. Dia menggeliat bangun dan merenggangkan otot-otot tubuhnya.

Gadis itu turun tangga dari kamarnya sambil menguap. Dan di meja ruang makan itu sudah ada ayahnya yang asyik menyeruput secangkir kopi sambil membaca koran. Sementara itu di dapur ibunya terlihat sibuk merebus air untuk menyeduh teh.

"Pagi Mak" gadis itu menyapa kedua orang tuanya.

"Pagi Hanna" sahut ibunya. "Ayo sarapan dulu" lanjut wanita itu.

Gadis itu pun langsung duduk di kursi meja makan, berhadapan langsung dengan ayahnya. "Pagi papa" ujar gadis itu seraya mengambil selembar roti dan mengoleskannya dengan selai.

Ayahnya hanya berdeham sambil melipat koran di tangannya. "Hari ini pesawatnya berangkat jam berapa?" tanya pria paruh baya itu.

"Jam setengah sepuluh" jawab gadis itu, ayahnya dia dan hanya mengeluarkan suara "hmm" yang panjang.

"Semuanya yang diperlukan sudah masuk koper?" ganti ibunya bertanya.

"Sudah" jawab Hanna.

"Jaket tebal? Sepatu? Buku? Obat-obat? Dokumen-dokumen?" ibunya memastikan.

"Sudah semua kok mak" gadis itu menyahut lagi.

Perkenalkan namaku Hanna Yah

Sejak setengah tahun lalu aku diterima sebagai Mahasiswi baru di Universitas Saitama, Jepang,

Sebenarnya masa perkuliahanku masih 2 minggu lagi. Dan alasanku memutuskan pindah lebih awal sebelum masa perkuliahan dimulai...

Tentu saja untuk mempersiapkan semuanya.

Mulai dari tempat tinggal hingga membiasakan diri dengan rutinitas dari orang-orang Jepang yang katanya budaya tepat waktunya tinggi sekali.

Walaupun sepertinya urusan tempat tinggal sudah ada kenalan ayahku di sana yang mengaturnya

 ~MA~

Malam hari tiba. Kedua orang tuanya pun mengantarkan putri mereka itu menuju bandara. Kira-kira satu setengah jam lebih awal dari waktu penerbangan.

Sampai di gerbang terminal keberangkatan, Hanna pun berpamitan dengan kedua orang tuanya.

"Papa, mak. Hanna berangkat dulu" ujar gadis itu.

Ibunya mengernyit agak khawatir. "Kamu masih yakin mau berangkat sekarang, padahal masih ada 2 minggu waktu persiapan"

"Lho... Kok sudah sampai sini baru tanya mak? Hanna kan sudah bilang dia pergi lebih awal untuk bersiap-siap. Lagi pula di sana sudah ada temanku yang akan menjaganya." Ujar ayahnya membantu menjawabkan

"Iya mak. Tambah lagi ada Otoy juga di sana" timpal Hanna.

"Tapi..."

Ayahnya merangkul bahu ibunya untuk menenangkannya. "Putri kita sudah bukan anak kecil lagi, sudah seharusnya kita membiarkannya belajar mandiri."

Mendengar ucapan suaminya, wanita itu menghela nafas panjang. "Paspor dan visamu tidak ketinggalan kan? Sebelum masuk nanti keluarkan dulu supaya tidak repot saat melewati pemeriksaan."

"Iya Mak!"

"Hati-hati ya nak. Jangan lupa berdoa. Mak doakan kamu selamat sampai tujuan"

"Baik mak! Hanna pergi dulu ya!"

Myth ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang