Memangnya tetanggaku kenapa? (Part 2)

249 25 15
                                    

Note : Kagak ngerti cek komen

"Sudah tidak apa-apa.... Ayo kita pulang" Gempa membalas balik pelukan Hanna dan menenangkannya dengan suara yang lembut.

"Gempa!"

Tak lama terdengar suara laki-laki dari jauh memanggilnya. Dengan cepat pria itu pun melepaskan pelukannya pada gadis itu dan langsung menyembunyikan satu lengannya ke belakang tubuhnya sambil berdeham.

Hanna pun seketika terkejut menyadari tingkahnya yang asal memeluk orang di depannya karena sudah terlalu ketakutan. Gadis itu langsung memalingkan wajah menyeka air matanya.

Di saat yang sama seorang pemuda berambut pirang dan mata berwarna biru menghampiri mereka, diikuti pria berseragam-yang seperti petugas keamanan di daerah ini. "Hanna... syukurlah, kau ada di sini rupanya." Kata pemuda itu terlihat lega.

"Kalian mencariku?" tanya Hanna, agak linglung dan tak henti memandangi ketiga laki-laki itu secara bergantian.

"Tentu saja... Kau pergi tidak bilang-bilang, di malam hari begini lagi. Kalau terjadi sesuatu kami harus bilang apa pada ayahmu?" jawab Ocho.

"Itu... Ayahmu meneleponku tadi, katanya kau tidak bisa dihubungi. Saat aku mengecek ke kamar apartemenmu, tidak ada jawaban dan pintunya di kunci. Dan... mohon maaf... saat aku membuka pintunya dengan kunci duplikat kau tidak ada di kamar. Jadi kami berasumsi kau sedang keluar, tapi anehnya selarut ini kau masih belum pulang. Makanya kami mencarimu" jelas Gempa menyambung kata-kata Ocho

"Benar juga, ponselku mati..." gadis itu kembali bergumam.

Gempa dan Ocho hanya mendengus panjang. Seolah sudah mengerti seluruh kejadiannya.

"Sudahlah, yang penting kau sudah ketemu. Kalau mau cerita nanti saat di jalan, yang penting kita pulang dulu." Gempa mengulurkan tangannya dan membantu gadis itu berdiri. Kemudian ia menghampiri petugas keamanan tersebut dan membungkuk sopan. "Terima kasih atas bantuan Anda" ujarnya.

"Maaf sudah merepotkan" Hanna ikut membungkuk kepada pria berumur kepala tiga itu.

"Ah tidak. Ini memang tugas saya. Tidak perlu sungkan" Si petugas keamanan itu menggaruk kepalanya yang gatal dan balik membungkuk.

Singkat cerita mereka pun berpisah dengan petugas keamanan tersebut, ketiganya berjalan keluar menuju gerbang depan kuil dengan puluhan patung kelinci tersebut. Sambil berjalan sedari tadi Hanna terlihat celingukan dengan gelisah.

"Ada apa Hanna?" tanya Gempa padanya.

Gadis itu pun tersentak kaget. "Ah! T-Tidak apa-apa kok" jawabnya agak panik. "Anu... Kak Gempa, apa kau percaya kalau dunia ini bukan hanya dihuni manusia, seperti alien misalnya?" masih khawatir dan bingung tentang kejadian sebelumnya, gadis itu mulai membuat topik pembicaraan.

Gempa memegang dagunya. "Hmm... Kalau alien kurasa... mungkin ada. Apa kau tahu cerita penebang babu? Bukankah putri Kaguya berasal dari bulan, itu artinya dia alien bukan?" katanya.

"Bukankah itu hanya dongeng? Kau percaya hal itu, Kak Gempa?" tanya Hanna lagi.

"Tentu saja tidak. Aku hanya ingin membuatmu senang saja" ujar Gempa dengan nada sedikit bercanda.

Hanna hanya bisa terdiam dengan mulut setengah terkatup karena kata-kata mencengangkan tersebut.

"Tapi... kalau makhluk selain manusia... " Ia lanjut bicara, Hanna pun menanggapinya agak serius. "Bukankah ada hewan dan tumbuhan juga beberapa jenis makhluk bersel satu yang berdampingan dengan kita. Jadi bisa dibilang dunia ini bukan hanya dihuni manusia"

Sekali lagi Hanna diberi jawaban yang tidak memuaskannya dan terkesan seperti bercanda. Sudah jelas makhluk itu bukan manusia, apalagi hewan atau tumbuhan. Tapi kenapa sensasinya nyata sekali?

Myth ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang