Kayak Penguin

42 4 12
                                    

"Yohan," Haikal menganggukkan kepalanya. "Yohan namanya. Pucet, tinggi, dia jarang masuk sekolah."

Haidar memungut mie gorengnya yang sedikit tumpah, "Jadi ghibah."

"Setau gue bapaknya bandar," Haikal meneguk minumannya lagi.

"Tuh, kan, ngegibah."

Kalimat terakhir Haikal membuat Juan, Haidar dan Shaka membulatkan mata. Haidar meletakkan kembali sendok yang baru saja akan dia masukkan ke dalam mulutnya. Menjadi tidak selera dengan mie instan yang ia pesan. Haikal yang berhasil membungkam mulut teman-temannya hanya bisa menerima tatapan kaget dari mereka.

"Narkoboy?" Suara Shaka memelan. Pertanyaan singkatnya berhasil dibalas anggukkan oleh Haikal.

"Kaget banget lo, kayak habis denger apa aja!"

"Tapi mukanya alim, Kal." ucap Shaka tidak percaya.

Juan mendengus pelan. Laki-laki dengan rahang tegas itu mulai percaya. "Yaelah Shaka, penampilan luar itu bisa bikin sesat. Muka alimnya itu udah pasti cuma topeng."

Di sisi lain Yohan melangkah besar menuju kelasnya. Melewati koridor panjang yang cukup sepi, napas Yohan tidak beraturan karena jantungnya berpacu cukup kencang. Langkah Yohan yang semakin cepat membuatnya menjadi pusat perhatian ketika memasuki kelas. Tepat sekali Yohan masuk setelah guru mata pelajaran pertama keluar beberapa menit yang lalu.

Pemilik mata yang tidak mau menatap lurus itu membuat perhatian Naya berpusat padanya. Sudah lama gadis itu tidak melihat Yohan yang selalu diam di pojok kelas. Naya melirik jari jemari Yohan yang dibalut oleh plester luka yang sudah tidak terlihat bagus lagi. Tanpa ragu tangan Naya menyodorkan satu plester yang ia bawa dari rumah.

"Gue cuma punya satu," ucapnya cengengesan.

Posisi tempat duduk mereka bersebelahan di jejeran meja paling belakang. Entah mengapa Naya merasa aman duduk di bangku paling belakang. Aman dari pertanyaan guru, lebih tepatnya.

Sodoran tangan Naya membuat Yohan melirik sebentar ke arahnya, lalu menggeleng sebagai tanda penolakan.

"Ambil aja, gue masih punya di rumah. Luka lo agak parah, kalau ngga ganti plester nanti bisa infeksi." Tangan Naya kembali terjulur, meletakkan plester hello kitty berwarna merah muda di atas meja Yohan.

Yohan mengangguk paham, lalu mau tidak mau menerima pemberian kecil dari Naya. Laki-laki dengan luka hampir di setiap jarinya itu membolak-balikkan plester yang ia terima. Merasa sedikit terhibur dengan gambar hello kitty yang menjadi motif plesternya.

Naya masih memperhatikan wajah Yohan. "Ah, gue tau kenapa lo ngga mau nerima plesternya." Ucapannya membuat Yohan kembali menatapnya. "Gara-gara gambarnya hello kitty, ya? Nanti lain kali gue kasih yang polos deh. Sekarang ganti dulu plesternya, bahaya tau!"

Selama jam pembelajaran kedua dimulai, mata Naya sering kali melirik tangan Yohan yang sedang menulis. Laki-laki itu sepertinya sangat kesusahan karena jarinya susah untuk ditekuk. Baik tangan kiri atau tangan kanannya sama-sama mempunyai luka di tempat yang sama pula. Entah apa penyebab lukanya, namun yang pasti itu sangat perih.

Kenapa lukanya bisa di setiap jari?

Naya tersenyum ketika Yohan meliriknya karena gadis itu terus-terusan memperhatikan tangannya. Apakah tangannya terlalu mengganggu karena terlihat kasar?

Setiap beberapa menit sekali Yohan melepas alat tulisnya, meringis sembari memegangi jari jemarinya yang terluka. Naya yang duduk di sebelahnya merasa sedikit khawatir dan merasa kasihan karena terus-terusan merasakan perih.

"Yohan," bisiknya sembari mempertipis jarak diantara mereka. "Lo ngga usah nulis dulu, nanti gue fotoin yang punya gue, oke?"

Yohan mengangguk, terlihat pasrah dan menurut dengan apa yang Naya katakan. Jarinya benar-benar tidak bisa diajak kerja sama. Luka di bagian jarinya semakin terasa perih dan mengeluarkan darah karena dipaksa untuk terus bergerak. Merasa tidak sanggup, akhirnya Yohan hanya diam dan menyembunyikan jarinya di bawah meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Harmony [KIM YOUNGHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang