8*

128 15 0
                                    

Hari ketiga sejak Mas Jagat mendapat panggilan dari perempuan bernama Diana. Dia sama sekali tidak mengajakku bicara. Bukan itu saja, suara bising yang sering kudengar dari ruangannya juga ikut menghilang bagai ditelan bumi. Parahnya, kami sampai tidak makan bersama di ruang makan. Dia memilih untuk makan di balkon sambil bercanda dengan kucing piaraannya.

Rasanya aku seperti kalah dari kucing peliharaannya.

Jujur saja, sikap Mas Jagat sangat tidak menyenangkan untukku. Laki-laki yang biasanya hangat malah bersikap seolah aku ini tidak ada dalam jangkauannya.  Jangankan menjawab pertanyaanku, melihatku saja dia seperti enggan. Apa Mas Jagat semarah itu denganku?  Harusnya di sini aku yang marah, bukan dia. Kalau sikapnya seperti ini terus, dia lebih kekanakan dari anak SMP yang sedang marah.

Aku memerhatikan dia yang tampak asik dengan ponselnya di balkon. Tersenyum sendiri, tertawa, lalu berbicara sendiri. Tingkahnya seperti anak ABG yang baru jatuh cinta.

Tunggu, jatih cinta? Ya Tuhan, masa Mas Jagat main belakang.

Aku ingin mendekat, tapi rasanya canggung, dia pasti akan menghindar seperti kemarin. Namun, sikapnya itu membuatku teringat dengan perempuan yang beberapa hari lalu menelpon Mas Jagat. Apakah Mas Jagat sedang berkomunikasi dengan Diana?

Tidak mungkin. Tenang Raya, jangan termakan cemburu buta. Dia suamimu, kamu harus lebih percaya sama dia.

Aku beranjak ke dapur untuk membuatkan jus jeruk kesukaan Mas Jagat.  Setidaknya dengan perantara ini aku bisa sedikit mendekat dan mengajaknya bicara. Perkara dia menghindar atau mengabaikan biarlah itu menjadi urusan nanti, yang penting saat ini aku ingin tau siapa yang membuat Mas Jagat tertawa seperti itu. Kalau memang itu adalah perempuan, aku tidak mau diam saja. Enak saja chattingan dengan perempuan lain sedangkan istrinya dicuekin.

Jus jeruk sudah jadi, aku mengantarnya ke Mas Jagat dan ikut duduk di sampingnya. "Diminum, Mas."

Mas Jagat menoleh ke arahku sekilas sambil tersenyum, "Terima kasih." Namun perhatiannya kembali ke ponsel yang saat itu sedang digenggamnya, "kalau kamu masih ada kegiatan lain, kerjakan dulu, Ra."

"Enggak ada yang kukerjakan lagi, semuanya sudah selesai," ujarku.

Keheningan menyelimuti kami, Mas Jagat kembai asik dengan ponselnya. Bahkan senyumnya mengembang, entah apa yang mencuri perhatiannya sampai dia tersenyum seperti itu.  Mas Jagat menoleh ke arahku dan berkata, "Nanti malam aku ada war sama squad, jadi kamu enggak usah repot-repot manggil aku dan nunggu aku makan. Selesai main nanti aku makan sendiri."

Selesai bicara Mas Jagat masuk ke dalam ruangannya. Sikapnya benar-benar berubah. Padahal tidak perlu sampai seperti ini. Mana ada istri yang mau diabaikan suaminya.

***

Malam menjelang, aku tidak memanggil Mas Jagat saat makan malam sesuai permintaannya, tapi tidak sedikit pun aku melangkah pergi sampai Mas Jagat keluar. Hampir sejam aku menunggu tapi dia tidak kunjung keluar, sampai akhirnya aku memutuskan untuk duduk di sofa ruang tamu. Menonton tv sambil berbaring di sana.

Malam sudah menunjukkan pukul delapan malam, mataku terasa kantuk. Enggak ada jaminan kalau Mas Jagat akan keluar dari kamarnya. Daripada aku menunggu sampai jumuran, lebih baik kutinggal tidur saja sampai dia makan sendiri. Menunggu sesuatu yang tidak pasti itu sangat tidak menyenangkan. Lagi pula dia sudah dewasa, kalau lapar pasti akan mencari makanan, tidak perlu kuingatkan seperti anak kecil, kan?

Niat awal memang ingin tidur, tapi suara bising dari ruang kerja Mas Jagat menarik perhatianku. Dia mulai berisik dengan suara tetiakan yang sering kudengar. Kebiasaan!

"Up! Up! Kanan, ah bego!" teriak Mas Jagat.

Aku menghampiri Mas Jagat di ruang kerjanya. Waktu kubuka, ternyata pintunya tidak dikunci. Aku masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati Mas Jagat yang sedang duduk di depan komputernya.

"Mas Jagat," panggilku seraya memeluk lehernya, "sudah malam, jangan berisik."

Dia meletakkan jari telunjukkan di depan bibir, membeti isyarat agar aku diam dan jangan mengganggunya. Aku sedikit merengut, fokus Mas Jagat masih pada komputernya. Kulihat dia sedang bermain dengan timnya. Aku melihat user name yang ada di sana perempuan semua.

Tunggu!
Perempuan?

Tanganku reflek mencubit pipi Mas Jagat, "Ih, kok sama perempuan semua, sih!"

"Sshhh, jangan berisik, Raya. Kalau mau ngobrol tunggu sebentar lagi! Tanggung nih!" jelas Mas Jagat, nada bicaranya terdengar sedikit kesal.

"Habisnya kamu on sama perempuan mulu, memangnya engga punya tim laki-laki?"

Tidak ada jawaban. Mas Jagat mematikan micnya dan lebih fokus pada gamenya. Dia sama sekali tidak bersuara dan terus menyelesaikan war itu sampai tuntas. Namun, saat usai sebuah chat grup masuk.

[Yu : Bang Jagat, kok ada suara perempuan?]

[Jeny : Wah, lagi sama doi, ya?]

[Rara : Anjir, gagal fokus gue tadi pas dengar Mas Jagat sama perempuan.]

[Yu : Duh, yang jomlo bisa apa nih? Cemburu nih aku.]

[Jeny : Pepet, Yu. Setau gue Bang Jagat belom nikah.]

Apa? Mas Jagat ini main sama anak usia berapa tahun sih? Terus apa maksudnya ini? Mas Jagat belom nikah? Aku langsung melepas pelukanku dan berjalan ke arahnya.

"Apa maksudnya ini mas? Kok mereka bilang kalau Mas Jagat belom nikah?" tanyaku.

Mas Jagat hanya bertopang dagu sambil memperhatikanku. Dia tidak memberi penjelasan sama sekali soal pertanyaan tadi dan chat yang barusan kubaca di grup gamenya.

"Mas Jagat! Jawab dong! Jangan diam saja! Kenapa mereka bilang kalau Mas Jagat belom nikah? Jelas-jelas kita pernah makan bareng dan mereka tau kalau aku ini istrimu!"

Akan tetapi, tiba-tiba saja Mas Jagat tergelak dan menarikku sampai aku duduk di pangkuannya. Aku memasang wajah masam sembari menatapnya, tapi suara tawanya kini berubah menjadi senyuman yang belakangan ini enggak pernah kulihat karena dia lebih banyak diam. Tangannya menarik hidungku dengan pelan dan berkata, "Apa sekarang istriku lagi cemburu?"

"Hah? Cemburu?"

"Iya."

Cemburu dari mana coba. Aku cuma bertanya, kenapa Mas Jagat malah mengira aku cemburu? Apa orang ini tidak bisa membedakan antara orang bertanya dan orang sedang cemburu?

Bersambung ....

Wife's AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang