Marrisa mengambil langkah kecil menuju kamar tidurnya. Badannya yang agak gempal menggigil kedinginan karena udara dingin pagi itu. Jam dinding di kamarnya menunjukkan waktu pukul 6 pagi dan dia pun segera memakai seragam sekolahnya yaitu kemeja putih dan rok berwarna putih.
" Risaa!" suara mamanya terdengar dari kamarnya yang ada di lantai dua. Marissa tau panggilan ibunya adalah panggilan untuk sarapan, dan juga menandakan bahwa dia agak terlambat ke sekolah. Marissa pun segera turun ke bawah membawa tasnya. Dia melihat papanya yang sibuk membolak-balik halaman koran pagi itu.
" morning" Marissa menyapa papa dan mamanya. Kedua orang tuanya memberikan senyum manis padanya.
" sarapan ra, nanti kamu terlambat, ayo cepet dimakan nasi gorengnya"
" aduh roti aja ya ma, terlambat" dia mengetuk-ngetukan jarinya pada jam tangannya. Mamanya hanya bisa menghela nafas pelan sambil mengangguk. Marissa sendiri hanya tersenyum lalu mengambil roti dan segera memasukkan roti itu ke mulutnya. Se,nari mengunyah roti, dia ,elirik jam tangan fossilnya yang berwarna silver. Matanya terbelalak kaget.
" okay, I am really late, aku berangkat dulu ya mam! Pa! bye!" Marissa berlari menuju pintu keluar rumahnya.
" anak itu..." papanya hanya bergumam dari belakang koran yang dibacanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Risa berlari ke luar rumah dan segera masuk ke mobil accord hitamnya. di dalam mobilnya, supirnya sudah siap menunggunya. " Jalan pak" gumamnya. Dan mombil itu pun mulai melaju keluar pekarangan rumah menuju sekolahnya. Marissa memegang hpnya di tangannya dan melirik lock screen touch screen smart phonenya itu. Berharap orang yang ada di pikirannya saat itu mengirim pesan padanya.
Tring! Tring!
Senyumnya merekah saat mendengar bunyi hp yang menandakan sebuah pesan masuk. Dia pun segera membuka pesan itu.
Josua Artanegara : Hei mbem! I will see you at school!
Dia merengut dan segera membalasnya.
Marissa Adelia: apaan sih -_- oke! See you!
Risa membetulkan kaca matanya yang agak turun ke hidungnya. Dia melirik jalanan di depannya. ' mungkin 5 menit lagi sampai' katanya dalam hati. Dia menutup pesan dari salah satu sahabatnya, Josua, dan kembali menatap jalan.
Josua adalah sahabatnya sedari kecil. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama karena kedua orang tua mereka saling kenal dekat, sehingga mereka pun terlihat seperti saudara. Ada yang mengira bahwa mereka punya hubungan khusus, tapi menanggapi hal itu, Josua dan Marissa hanya tertawa saja.
5 menit berlalu dan seperti perkiraannya, dia sampai di parkiran sekolahnya. Tanpa ragu, dia keluar dari accord hitamnya. Matanya focus ke depan dan dia pun mulai berjalan memasuki gerbang sekolahnya. Beberapa mata mulai memandanginya dan tersenyum padanya. Ada rasa segan saat pelajar lain melihatnya. Dia memang tidak terlalu cantik, tetapi semua orang di sekolah tau bahwa dia adalah anak yang pintar, supel, dan bijak. Belum lagi predikat juara umum yang tiap tahunnya dia pegang membuat para pelajar semakin segan padanya.
" Pagi Marissa!" Seorang perempuan mendekatinya dan memeluknya. Marissa tersenyum dan memeluk perempuan itu juga, " I miss you!"
" I miss you too!" Marissa tertawa. Perempuan yang memeluknya ini bernama Vania. Perempuan yang cantik dengan bentuk tubuh yang indah bak model ini adalah sahabatnya sejak SMP. " gimana liburan lo van?" Tanya Marissa pada Vania. Mengingat hari itu adalah hari pertamanya sekolah setelah liburan panjang.
" lumayan lah" Vania mencibir. Jika Vania mencibir seperti itu, tandanya dia tidak terlalu puas. Dan sebaiknya, tidak membicarakan hal itu lebih lanjut. " Lo gimana sa? Liburan sama siapa?"
" Sama..."
" SA!"
Marissa mengalihkan pandangannya ke arah suara yang memanggilnya itu. Marissa tersenyum. " JO!" Marissa memanggil pria itu. Josua mendekatinya dan merangkulnya.
" lo liburan sama Jo?" Tanya Vania. Marissa dan Josua mengangguk bersamaan. " makin deket aja" Goda Vania pada keduanya, " pacarannya kapan sih?"
" kita gak pacaran!" Marissa dan Josua teriak bersamaan.
" ih bareng lagi!" Vania semakin tertawa, " kalian serasi banget"
" Vania.." Marissa berusaha menjelaskan bahwa memang tidak ada apapun diantara Josua dan Marissa. Mereka memang sahabat yang memang sudah terlalu dekat.
" iyaiya gue paham kok" Vania mengangkat tangannya menyerah. " tapi hati-hati loh! Kalo kata orang aja, benci sama cinta itu bedanya tipis, jadi, kali sahabat sama Cinta, pasti bedanya tipiiiiiiis banget!" Vania tertawa lalu berlari menjauh dari Marissa sebelum dia dipukul oleh Marissa.
Marissa melirik Josua, " maaf ya Jo" Marissa merasa tidak enak.
" tenang aja," Josua tertawa lagi, " kan udah biasa juga sa! Gua masuk kelas dulu ya! Nanti kita ketemu pas istirahat, oke?". Marissa mengangguk dan melihat Josua yang berlari meninggalkannya. Marissa sadar dia sudah SMA. Dan sudah 3 tahun juga dia menyukai Josua. Walaupun Josua 1 tahun lebih muda darinya, hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa dia memang sangat menyukai sahabatnya itu.
Rahasia itu Marissa simpan dalam-dalam di hatinya. Karena Josua pun tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa pria itu juga balas menyukainya. Sehingga pun Marissa memilih untuk diam.
Setelah terbangun dari lamunannya, dia hanya tersenyum simpul lalu berjalan menuju kelasnya dan siap memulai harinya pagi itu.
***
Malam itu, Marissa sampai di rumahnya agak malam. Dia baru saja menyelesaikan les tambahannya untuk ujian sekolahnya. Sesampainya di kamar, Marissa segera mengehempaskan badannya ke tempat tidurnya. Badannya serasa remuk karena kegiatannya yang padat hari itu. Dia lalu membuka HP-nya dan melihat beberapa pesan yang masuk ke hpnya. Salah satunya datang dari Josua.
Josua : Sa, Besok kemana? Temenin gua besok tanding basket!"
Marissa : Ga bisa besok :(
Josua : Kenapa?
Marissa : Mau nonton music fest nih!
Josua : nonton dimana?
Marissa : Kepo kan :p mau nonton Dimas :3
Josua : gitaris yang lo suka beberapa bulan ini itu? Masih suka?
Marissa : iyapp! Yang itu! Masih suka dong!
Josua : ooh
Maria tertawa melihat respon sahabatnya itu. Risa memang besok sudah berencana untuk melihat Dimas. Seorang gitaris yang dia temui di pensi sekolahnya beberapa bulan lalu. Dia memang menyukai Dimas, namun berbeda dengan perasaannya pada Josua. Semua terasa sangat benar saat dia bersama dengan sahabatnya itu. Sebuah pesan lalu kembali masuk ke hp-nya.
Josua : Yaudah sa! have fun ya. Kapan-kapan aja kita jalan lagi
Marissa : Sipp!
Jawaban Risa di read begitu saja oleh Josua. Risa benar-benar bingung dengan sahabatnya yang satu ini. Tapi apapun yang terjadi, Risa harus mulai membuang perasaan itu dari harinya dan mulai membuka hatinya untuk pria lain.
Karena Risa tau dan sadar, bahwa perasaannya tidak mungkin terbalas. Sebelum dia menyakiti dirinya sendiri semakin dalam, akan lebih baik jika dia cepat-cepat menghapusnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Confession
ChickLitMeet Marissa Adelia Sastrawijaya! Anak tunggal dari bapak Dodi Sastrawijaya, pemilik bisnis penerbangan yang cukup terkenal di Indonesia, Paperworld Airlines. Hidup Marissa normal-normal saja seperti anak lain. Wajahnya bulat dengan kacamata menutu...