II

38 0 0
                                    

Sabtu siang itu, Risa dan Vania sudah ada di Ancol. Disana sedang diadakan lomba band, dan mereka berdua berencana menemui Dimas yang bandnya siang itu akan ikut lomba juga.

"Mana Dimas?" Tanya Risa tidak sabar.

" ehh tenang buu!" Vania tertawa melihat Risa yang terlihat sangat semangat dan tidak sabaran. Risa melompat-lompat mencari sosok Domas diantara kerumunan dan hal itu membuat Vania semakin tertawa. " lo kayak kelinci tau gak loncat-loncat gitu"

Risa tertawa balik. Dia benar-benar ingin bertemu dengan Dimas, karena hanya dengan Dimasnya untuk sejenak dia bisa melupakan Josua. Dia benar-benar merasa dia perlu berpindah hati. Semua semata-mata demi persahabatannya yang jauh lebih berharga dengan Josua.

Risa memasang matanya dan mengamari sekelilingnya dengan saksama. Dan tak lama setelah itu, sepasang matanya menangkap sosok seorang pria dengan jaket baseball putih-biru dengan sneakers hitam dan jeans biru tua. 'That's him' ujarnya dalam hati. Josua terlihat sangat tampan siang itu.

" sa sa itu Dimas sa!" Vania menegur Risa. Dia melirik Risa yang sedang tersenyum simpul dan tidak menggubris omongan Vania sama sekali. " Ternyata dia udah liat duluan" Gumamnya.

" Van dia ganteng banget deh kayak gitu!"

" Ya menurut lo dia pake celana pendek aja ganteng!" Vania mencibir keras lalu tertawa. Risa segera membekap mulut sahabatnya itu agar tidak tertawa lebih keras.

" jangan kenceng- kenceng dong Van! Nanti dia liat!" Kata Risa setengah panik " kan malu!". Risa membetulkn poninya lalu mengecek penampilannya dengan kamera depan hpnya. " how do I look?" Tanyanya pada sahabatnya.

" cute"

" I need to look pretty"

" you already are! Now go!" Vania mendorong Risa agar dia segera mendekatk Dimas. Risa sendiri memang pemalu jika berhadapan dengan pria yang dia sukai. Dia agak minder karena dibandingkan perempuan lain, tubuhnya tergolong gempal. Kasarnya, gendut.

Dimas kini ada di depan Risa. Tubuh pria yang ada di depannya ini tergolong tinggi. Bahkan tinggi Risa hanya sebahu Dimas. " Dim?" Risa menyapa pria itu sambil menepuk bahunya. Dimas pun segera membalikkan badannya dan tersenyum ke arah Risa.

" oh hey!" Sapa Dimas ramah.

" masih inget gak? Gue Risa" Sapa Risa ramah. Dimas mengangguk cepat. " kirain lupa kan" kata Risa tertawa gugup.

" gak lah masa lupa!" Dimas tersenyum, " Risa kesini sama siapa?"

" sama Vania dong, itu dia lagi sama Edgar kayaknya" jawab Risa sambil menunjuk Vania yang sedang bersama dengan teman Dimas, Edgar. Risa memang mengenal Dimas karena beberapa bulan yang lalu Vania mengajak Risa untuk menonton Edgar. Dan saat itulah Risa bertemu dengan Dimas.

" ooh, ga kejauhan sa dari Pondok Indah ke Ancol?" Dimas menyebutkan daerah rumah Risa.

" gak lah kan sekalian refreshing!" Jawab Risa cepat. Padahal, sebenarnya dia malas sekali ada di Ancol. Panas, pikirnya.

" nah ini dia si tuan putri!" Tiba-tiba terdengar suara Edgar dari belakang Risa. Risa membalikkan badan lalu tersenyum.

" kok tuan putri?" Tanya Risa bingung.

" modus itu dia," Josua tertawa.

" Gak lah Jo! Emang lo gak tau apa kalo ..."

Edgar hendak melanjutkan kalimatnya, tetapi Vania segera menutup mulut pria itu.

" Lupain aja ya Edgar ngomong apa, dia emang suka ngaco" kata Josua pada Risa. Risa pun hanya mengangguk mengerti.

" Dim, nanti perform jam berapa?" Tanya Vania yang segera mencari topik baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang