Part 21

4.3K 511 36
                                    

   Chenle mengajak Jisung berbicara empat mata diluar ruangan, meninggalkan tatapan penasaran banyak orang di dalam ruangan Jaemin. Hubungan keduanya disambut baik oleh banyak orang kecuali Jeno. Chenle bisa merasakannya hanya dengan tatapan marah yang ia lempar kepada Jisung.

   "Maafin gue Chenle"ujar Jisung, membawa badan Chenle ke dalam pelukannya. Sang kekasih tak berujar apa-apa. Sibuk memikirkan kebodohan nya, sejak awal harusnya dia tidak membuka hati lebar-lebar untuk sang kekasih.

   "Chenle.."

  "Harusnya lo minta maaf buat calon tunangan lo, Ji"Chenle melepaskan pelukan Jisung dengan lembut. "Lo udah nyakitin dia."

   "Le.."

   "Oh tepatnya, kita berdua yang nyakitin dia kan? soalnya disini kita sama-sama salah."Ujar Chenle dingin, dengan tatapan yang menusuk membuat Jisung tertegun, untuk pertama kalinya Chenle melempar tatapan seperti itu kepadanya.

   "Jadi, kita putus aja ya?" Chenle mendengus "padahal baru 4 hari pacaran kita udah banyak masalah kayak gini, kata gue mending gak usah di lanjut"

   "Le, gue nggak mau."Jisung menahan lengan Chenle yang  ingin pergi.

   "Jangan egois Ji, jangan pikirin kebahagiaan lo sendiri. Disini, lo nyakitin banyak pihak."

***

   Perkara kejadian di rumah sakit, Haechan masih diam sedari tadi. Mark selepas mandi terlihat bingung karena melihat sang istri yang hanya melamun di depan meja rias. Mark menghampiri Haechan, memeluk sang istri dari belakang lalu meletakkan dagu nya diatas bahu Haechan.

   "Ada yang kamu pikirin?"Haechan tersentak, memutar tubuhnya menghadap Mark, dengan refleks kedua tangan Mark memeluk pinggang ramping milik Haechan.

   "Lagi banyak pikiran aja.."

   "Kenapa gak cerita ke aku? Aku kan suami kamu. Kamu bisa bagi beban pikiran kamu ke aku juga, yang"Tangan Mark beralih mengelus perut milik Haechan, yang didalamnya terdapat sang buah hati hasil kerja kerasnya bersama Haechan.

   "Ada baby disini. Kalau kamu banyak pikiran kan bisa ngaruh ke dia juga, sayaang."

   Merasa sang pujaan tak akan menjawab, Mark dengan refleks menggendong Haechan ke ranjang.

   "E-eh kakak!"

   "Kamu diem mulu daritadi, mending tidur aja ya? capek kan?"Haechan mengangguk. Merapatkan tubuh seksinya ke arah Mark, lalu mendusal di dadanya. Mark terkekeh, padahal kemarin malam ia ingat sekali bahwa Haechan membatasi tidur mereka dengan guling.

   "Kakak harus peluk adek sampe pagi ya"ucap Haechan manja. Tangan nya menggambar pola abstrak di dada Mark.

   "Tanpa adek minta kan kakak peluk adek terus sampe pagi"tangan Mark menepuk nepuk pantat Haechan. Bibirnya sibuk menciumi dahi Haechan.

   "Adek gak tau deh kok bisa sayang banget sama kakak"

   "kakak yang lebih sayang adek.."

   "mana ada, adek kok yang lebih sayang"

   "gak, kakak yang lebih sayang adek"Mark masih kukuh menolak. Haechan merengut, lalu membalik badannya membelakangi Mark.

   "tau ah, males gue sama lo"ketus Haechan.

   "loh kenapa sih?"

    "gak usah deket-deket"tolak Haechan saat merasa badan Mark mulai mendekat padanya.

   "ya ampun, ngambek ya?"

   "adek..."

   "padahal tadi lagi manis-manisnya loh dek,"

mh family (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang