❝ Apa itu kejahatan? — Segala yang bermuara dari kelemahan. ❞
F.W. Nietzsche. "Sang Antikristus"
Minerva — Chapter 1•─⸙─•
Sang dwi manik menatap datar pantulan bayangan yang menari acak di jendela mobil. Gemerisik dedaunan sesekali terdengar di telinga, mengantarkan rasa damai untuk sesaat.
Surya telah bangun beberapa menit lalu diiringi tetesan embun yang ikut hadir menghiasi pagi. Burung berkicau menyuarakan isi hati serta angin berembus menyejukkan hari. Namun tampaknya semua sambutan dari alam itu tak diindahkan sang adiratna pemilik netra sebiru langit yang tengah berdiam diri. Lantas, ia membisu dalam sunyi.
Sougetsu Nana termenung dalam dilema. Ia meremas kertas di genggaman dengan erat. Mencoba mengenyahkan gundah dalam hati.
Sorot matanya kosong. Namun terlihat guratan amarah di baliknya. Nana menyisir setiap kata dalam selembar kertas di tangan sekali lagi. Dengan enggan ia yakinkan diri bahwa setiap untaian huruf hingga menjadi kalimat berjejer itu nyata dan tak bisa diubah—sebenarnya, Nana berharap ada keajaiban dunia yang dapat melenyapkan seluruh barisan kata itu dengan singkat walau tahu itu hanyalah fantasi gilanya saja.
Nana menghela napas tatkala dirinya pasrah menerima kenyataan. Meski acap kali ia kembali bermuram durja jika mengingat serentetan memori yang mengiringi selembar kertas penuh aura horor itu—setidaknya, horor bagi Nana.
Sebenarnya, bukan si kertas malang itu yang bersalah. Namun isinya lah yang sungguh bermasalah.
Fakta bahwa Nana tak berkutik di depan selembar kertas yang bahkan tak masuk golongan makhluk hidup itu membuat ia membisu dalam kegundahan.
Sungguh, apa yang sebenarnya ditakuti sang adiratna? Apa yang sesungguhnya membuat sang puan gelisah tiada tara? Mungkinkah jika itu guratan tinta yang menoreh luka?
Hanya asa yang ciptakan ketenangan sesaat dalam dada. Namun rasanya semua itu sia-sia kala mengetahui jika harapnya hanya semu belaka.
Nana tetap membisu. Biarkan bunyi samar jalanan merayapi rungu demi menghibur hati kecil yang hancur. Lantas, puan alihkan pandang pada langit biru yang membumbung tinggi. Tanpa sadar bangkitkan kembali lintasan memori.
Sebenarnya apa yang salah dalam benak seorang Sougetsu Nana?
"... aku lelah."
Lirih. Hanya bisikan lara yang terucap begitu saja dari labium sang adiratna pemilik mahkota biru.
Hingga pada akhirnya, ucapannya menguap ditelan bisingnya waktu yang berjalan.
***
Besi berjalan berteknologi tinggi—sebut saja mobil—bercat hitam itu berhenti di depan sebuah gerbang bertahtakan tulisan SMA Koudo Ikusei di kedua sisinya. Di balik gerbang, berdiri dengan angkuh bangunan besar yang rasanya telah mewakili segala kemegahan yang ada.
Sesosok gadis bermahkota biru keluar dari sana dengan elok nan rupawan walau senandikanya dirundung kecemasan. Meski begitu, tak ada yang bisa ia lakukan selain menggerakkan tungkainya dengan segala keterpaksaan.
Ah, lupakan itu. Jangan pikirkan berbagai skenario negatif. Jadi, mari hilangkan elegi yang tersemat di hati. Untuk sekarang ayo sunggingkan senyuman percaya diri.
Nana menghela napas dalam dan menepuk-nepuk pipinya sebagai upaya menenangkan diri. Maka, ayo melangkah dengan berani.
Sudut bibir terangkat. Kemudian, senyuman pun tercipta. Ingatlah, kenangan tentang kisah bahagia yang terkubur jauh dalam benak sehingga kau dapat melupakan gundah sesaat—itu yang Nana pikirkan. Ia berusaha melakukan segala cara untuk lupakan duka-di mana ia telah ahli dalam melakukannya meski hal itu tak mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minerva [Ayanokouji Kiyotaka x OC] - On Hold
Fanfiction❝ Minerva, berarti seorang wanita yang sangat bijaksana. ❞ Ayanokouji Kiyotaka tak memahami arti kata cinta, pun tak pernah merasakannya barang sekali. Ia telah hidup tanpa emosi selama bertahun-tahun hingga tak sadar jika hatinya telah menutup sega...