Suara decitan sepatu dengan lantai lapangan outdoor diselingi suara dribble-an bola basket menyemarakan sore hari di lingkungan SMA Teiko.
Sepasang kaki dengan sepatu Ni*e putih bersih bergradasi biru muda bergerak lincah. Berhenti sejenak ketika sepasang kaki lain mengeblok pergerakannya. Kaki kanan mundur satu langkah, dua kali men-dribble bola, sedetik kemudian tangan lincahnya menggiring bola menyilangi kaki lawan, dan tubuh kokoh berkaos putih polos itu segera bergerak maju melewati tubuh lawannya.
Suara teriakan penonton bergemuruh di pinggir lapangan. Sama ramainya bak penonton pertandingan sungguhan, begitu bersemangat walaupun itu pertandingan basket hanya untuk mengisi waktu.
Dua orang kembali menghadang di depannya. Sepasang mata semerah rubi melirik ke arah kanan, kedua musuh bergerak cepat sesuai arah lirikan matanya. Gotcha. Seringai indah merekah, dan bola basket ia oper ke sebelah kiri dengan cepat.
"Si- sial!"
Musuh-musuhnya terbelalak panik ketika bola orange itu mendarat apik di sepasang tangan berkulit gelap di area pinggir.
"Nice pass, Akashi!"
Pemuda berambut biru gelap segera berlari cepat ke arah ring. Bebas tanpa penjagaan. Lompatannya mulus, tanpa gerakan yang sia-sia. Bola sukses melewati jaring ring. 2 point bertambah lagi tanpa ada kesulitan.
Suara gemuruh penonton di pinggir lapangan kembali terdengar. Tos penuh semangat Si Merah dan Si Biru tua mengakhiri pertandingan persahabatan sore itu. Walaupun letih dan kalah, pihak lawan pun terlihat tersenyum tipis. Tidak kecewa sedikit pun karena sudah menelan kekalahan.
"Akashi-kuuuuunnn!"
"Aomine-kuuuuunn!"Begitulah sebagian besar teriakan yang terdengar dari para penonton. Nama dari pemuda Merah dan Biru tua yang baru saja mempertontonkan permainan apik mereka. Siapa yang menyangka, penonton seberisik itu hanya untuk pertandingan two on two. Itupun tidak direncanakan, hanya kebetulan lewat setelah membeli minuman isotonik di Koprasi Sekolah.
"Masih saja pamer ya kalian," kata pemuda dengan jersey basket berwarna abu-abu pudar. Dia dan temannya memang tengah berlatih di lapangan outdoor sore itu. Akashi dan Aomine yang kebetulan lewat memutuskan untuk ikut bermain sebentar. Siapa yang akan menduga kalo permainan iseng itu bisa mendatangkan penonton sebegitu ramainya.
"Gara-gara dia, aku tidak tahu apa-apa," Aomine Daiki, pemuda tampan berkulit kecoklatan, dengan senyum lebar menunjuk pemuda lain di sampingnya, berambut merah, terlihat lebih tampan dengan hoodie cream membalut tubuh mudanya. Akashi Seijuuro.
Aomine tidak berlebihan, tapi memang sebagian besar keberadaan penonton di pinggir lapangan adalah karena pemuda merah tersebut.
Si pemuda berwajah tampan hanya mendengus cuek. Sejak permainan berakhir, matanya sudah terpaku pada satu titik.
*******
Everybody Wanna Steal My Boy
AkaKuro Fanfiction
Kuroko no Basuke © Fujimaki TadatoshiSeluruh nama tokoh dan tempat milik Fujimaki-san, author tidak mendapat keuntungan apapun dalam pembuatan fanfiction ini.
Happy reading~
*******
Duduk agak jauh dari lapangan basket. Buku di tangan kiri dan sebuah pulpen merah di tangan kanan. Sepasang mata sebiru lautan memperhatikan jalannya pertandingan basket kecil-kecilan itu sejak tadi. Rambut biru mudanya bergerak-gerak pelan mengikuti hembusan angin. Tersenyum lembut ketika si Merah dan si Biru memenangkan pertandingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everybody Wanna Steal My Boy
RomanceSusah senangnya seorang Kuroko Tetsuya untuk mempertahankan seorang Akashi Seijuuro -The Most Wanted Boy in Teiko High School- untuk tetap di sisinya. Tidak. Bukan karena Akashi mata keranjang atau tukang selingkuh! Tapi karena banyaknya makhluk pe...