Nana sudah melakukan banyak sekali proses pendaftaran untuk masuk kuliah, ia mendaftarkannya di seluruh universitas yang Nana tau. Sebenarnya Nana sudah tidak ingin dan tidak memiliki niat untuk mendaftar di universitas yang sama dengan Arka, tapi kemarin Ara memberitahukan banyak hal mengenai kampus itu, Ara juga berharap Nana bisa kuliah disana supaya mereka lebih akrab walau sisa kuliahnya sudah tidak banyak.
Maka demi Ara, Nana juga turut mendaftar di kampus itu. Hanya demi Ara bukan Arka.
"Jadi kamu ngambil jurusan arsitektur?" tanya Rissa setelah meletakkan segelas susu di samping Nana yang sibuk menatap layar laptopnya
Nana mengangguk, Nana cukup tertarik menuangkan ide, konsep ,dan desain diatas kertas. Makanya Nana memilih jurusan itu. Bersyukurnya karna Rissa atau pun Bagas tidak melarang.
"Mungkin seru ya kalo kamu satu kampus sama Arka" pancing Rissa lagi, ia sudah tau kalau Arka dan Nana tidak seperti dulu lagi. Penyebab Nana jadi tidak banyak omong seperti biasanya adalah Arka. Intan juga mengatakan hal yang sama, ia sudah curiga karna Nana jarang lagi kerumah dan merecoki Arka. Padahal Intan suka setiap kali Nana main kerumahnya yang sepi.
Nana hanya melirik Rissa sekilas, seru apanya? Yang ada kuliah Nana tidak akan tenang.
"Kamu sama Arka lagi berantem?" Nana sudah tau kalau Rissa pasti akan bertanya, sebagai orang tua Rissa pasti cepat sadar kalau ada sedikit saja perubahan pada anaknya. Apalagi Rissa termasuk orang tua yang sangat perhatian. Segala detail soal Nana, Rissa orang yang paling tau
"Gak" memang tidak kan? Kenapa juga mereka harus bertengkar?
"Terus kenapa kamu gak pernah ke rumah Arka lagi?" meski Rissa awalnya kesal karna Nana datang kesana untuk menganggu Arka, ia tidak pernah melarang. Apalagi Rissa tau Nana sejak pindah kesini jadi jarang keluar rumah dan bisa di bilang hampir tidak punya teman.
"Lagi gak pengen aja" jawaban yang tidak memuaskan, tapi kan tidak mungkin kalau Rissa memaksa.
"Yaudah, dari pada sekarang kamu liat laptop mulu, mending kamu temenin ibu" Nana sampai lupa kapan terakhir kali ia keluar.
Sampai tetangga pernah baru sadar kalau ternyata Rissa punya anak. Miris memang.
"Kemana?" kalau ke supermarket Nana tidak mau, soalnya Rissa lama kalau urusan belanja.
"Arisan, dirumah bu RT. Ayo temenin ibu, acaranya gak lama kok" gak lama versi Rissa itu beda, bisa jadi katanya satu jam tapi nyatanya dua jam. Tapi kalau di pikir-pikir, mau apa juga Nana dirumah sendirian? Biasanya dulu Nana memang sering ikut Rissa arisan, itu mengapa teman-teman Rissa banyak yang kenal dengan Nana
Ikut satu kali di hari ini mungkin tidak apa-apa
"Yaudah, aku ganti baju dulu"
Setengah jam kemudian, Nana dan Rissa sudah duduk manis diatas karpet bulu rumah bu Shania ketua RT yang ramahnya luar biasa.
"Nana udah lulus sekolah? ambil jurusan apa?" Nana tidak keberatan menjawab pertanyaan kalau yang bertanya juga seperti bu Shania. Pelan, ramah, sopan dan seperti bicara pada anaknya sendiri.
"Ambil arsitektur bu" jawab Nana lalu senyum lebar
"Wah bagus tuh, yang desain-desain itu kan?" Nana mengangguk, respon bu Shania tidak mengecewakan. Nana takut jurusan yang ia ambil di remehkan. Kalau biasanya perempuan memilih mengambil jurusan komunikasi lah, kedokteran lah, atau apalah, Nana merasa jurusan yang itu sudah biasa.
"Semoga lancar ya, semoga kamu di terima di kampus impian kamu" Nana mengaminkan dan mengucapkan terima kasih. Ibu-ibu lain sudah mulai saling bercerita membahas apa saja, dan pada saat seperti inilah Nana mulai merasa sedikit jengah. Jadi dia menyingkir sedikit dari berisiknya ibu-ibu komplek yang entah sedang menggosipkan siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?