2

917 165 8
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Haechan menghentakkan kakinya gusar. Menatap kearah pintu terus menerus dengah gelisah. Menggigiti kukunya karena rasa gugup yang sedari tadi melandanya.

'Kenapasih lama banget? Nana ngapain sih?'

Haechan menghela nafas keras. Meraih sebotol air mineral yang sedari tadi ada dimeja di hadapannya dan meminumnya hingga tandas. Entah kenapa dia gugup sekali saat ini.

klik

Haechan menoleh cepat kearah pintu ruang tunggunya. Dan setelah melihat siapa yang datang dia pun berdiri, menyambut Jaemin serta pemuda yang berjalan dibelakangnya.

"Lah yang lain kemana, Chan?"

Jaemin menatap heran sekeliling ruang tunggu Haechan karena begitu sepi. Kemana semua stylist noona dan kru managemen pergi?

"Gw suruh pergi semua beli makan di kantin. Soalnya yang mau gue bicarain sama dia kan rahasia, Na." Haechan menatap gugup pemuda yang tadi dibawa oleh Jaemin. Sedangkan yang ditatap bersikap tak peduli.

"Oh gitu. Yaudah lu duduk dulu aja. Mau minum apa?" Jaemin beralih pada pemuda yang tadi bersamanya.

"Gaperlu repot-repot. Gue gak perlu minum." sahut pemuda itu.

"Hmm... okay. Chan, ngomong gih. Agak cepet aja soalnya managernya bilang dia bentar lagi mau tampil."

Haechan mengangguk pelan, sebelum pandangannya kembali tertuju pada pemuda didepannya.

"Kenapa? Mau tanya soal Mark?" tembak pemuda itu.

Tepat sasaran. Haechan kembali mengatup mulutnya dan mengangguk pelan. Pemuda didepannya terkekeh pelan.

"Kok sekarang lu tanyain? Gak takut jadi skandal?"

Haechan terdiam. Astaga kenapa sih Haechan merasa seperti dia sedang dipojokkan saat ini? Pemuda didepannya ini sedang tersenyum lebar, tapi kenapa malah terlihat seram dimata Haechan?

"Hahahahaha kenapa sih? Ayo buruan waktu gue gak banyak. Gue kudu tampil bentar lagi."

Haechan menghela nafas.

"Gue... mau minta kontaknya Kak Minhyung..."

Senyuman yang semula sangat lebar itu perlahan menghilang. Berganti dengan segaris lurus dan tatapan yang mengintimidasi.

"Dalam rangka apa? Setelah belasan tahun, kenapa baru sekarang?"

Haechan telah menduga ini. Reaksi ini sudah ia duga sebelumnya. Karena orang didepannya ini memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Mark.

"Gue... mau memperbaiki keadaan... Gue mau memperbaiki rumah tangga gue..."

Pemuda itu tertawa sarkas. "Astaga.... rumah tangga? Gak pernah lu disamping Mark, gak pernah lu ngurus anak lu. Dan lu masih bisa bilang rumah tangga?"

Haechan bergetar. Dia sadar kalau dia amat sangat bersalah. Keadaannya saat ini akibat dari pilihannya sendiri. Tapi rasanya sangat sakit saat kesalahan itu terungkit dri mulut orang lain.

Jaemin yang melihat Haechan hampir menangis pun merasa harus ikut campur saat ini.

"Tolong jaga bicara lu. Haechan minta baik-baik. Kedepannya gimana biar itu jadi urusan mereka. Jadi gue minta lu kasih aja apa yang diminta sama Haechan. Ntar kalo Mark marah karena lu kasih kontak dia, biar kami yang tanggung jawab."

Pemuda itupun menghela nafas, merasa bahwa beberapa saat lalu dia memang telah melewati batas. Dia pun mengambil sebuat sticky note diatas meja dan sebuah pulpen yang memang ada disampingnya. Menuliskan beberapa angka dan menyerahkannya pada Haechan.

Haechan menerima note itu dan menggumamkan terimakasih dengan pelan.

Pemuda tersebut mengangguk seraya bangkit dari duduknya. "Udah kan? Gw pergi kalo gitu."

Haechan dan Jaemin mengangguk. menatap punggung pemuda itu yang hampir mencapai pintu ruang tunggu Haechan. Namun saat telah mencapai kenop pintu, pemuda itu membalikkan tubuhnya. Menatap Haechan yang juga menatapnya dengan tanya.

"Dia masih sering nanya kabar lu lewat Xiaojun. Karena dia gak pernah mau lihat lu dari TV ataupun internet. Kali aja fakta ini bisa naikin semangat lu buat baikin keadaan."

Haechan terkesiap. Entah kenapa mengetahui Mark masih ingin tahu tentang keadaannya membuatnya senang. Namun disaat yang sama menamparnya. Suaminya masih memikirkannya setelah apa yang terjadi. Sedangkan diirinya sendiri terlalu lama larut dan melupakan keluarganya.

Namun, ada satu hal yang menarik perhatiannya.

"Kenapa dia gak mau tau soal gue dari media atau internet, kak Lucas?"

Pemuda yang dipanggil Lucas itu tersenyum tipis.

"Karena yang dia mau dengar itu kabar Lee Donghyuck suaminya, bukan Haechan si artis terkenal."

Lucas pun keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Haechan yang sesaat setelahnya terisak hebat dan Jaemin yang panik menenangkannya.

'Kak Minhyung... Maaf'


To Be Continue

Gak usah diingatkan lagi, kalian tau kan cara supaya author semangat nulis?
Yeah feedback 💖

Regret [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang