さつ

675 80 13
                                    

Haruto terus melihat ke arah pemuda manis yang saat ini berjalan sambil membawa nampan setelah mengambil makan siangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruto terus melihat ke arah pemuda manis yang saat ini berjalan sambil membawa nampan setelah mengambil makan siangnya. Tatapannya tajam bahkan ia akan menghajar siapa saja yang rela menghalangi pandangannya terhadap pemuda itu.

Satu tepukan dibahu membuat Haruto berkedip setelah sekian lama menatap objek yang sama.

"Awas kerasukan!" Mashiho duduk dan langsung menyerbu potongan kentang goreng dinampan Haruto. "Bagaimana, huh?" Mashiho meletakkan sikunya dibahu pria dengan tinggi 184cm itu. "Kau sudah diterima?"

Haruto berat untuk menjawab. Tetapi ia tidak punya pilihan selain menggeleng.

"Benarkah!?" Mashiho tentu saja terkejut. Pasalnya baru saja ia kemarin melihat dua sejoli yang dimaksudnya pangku-pangkuan di tribun lapangan basket indoor yang sepi. "Jangan bercanda! Atau kau memang sengaja ya tidak mau memberitahu supaya kau bisa dekat juga dengan perempuan lain?!"

Haruto berdecak kesal. "Untuk apa aku menyembunyikannya?" desisnya kemudian. Ia melanjutkan makan siangnya dengan tidak berselera. Tidak menyadari Mashiho yang melambaikan tangannya pada seseorang dari kejauhan.

"Hai, semuanya. Kami bergabung ya,"

Mashiho tentu saja mengangguk antusias. Memangnya pacar kurang ajar mana yang tega menolak permintaan pacarnya untuk duduk bareng dikantin?

Haruto tertegun saat mengalihkan tatapan dari makanannya dan langsung beradu dengan kedua mata Junghwan.

Pemuda itu tersenyum, membuat Haruto mau tidak mau ikut membalas senyuman manis itu.

"Kita agak berjauhan ya. Soalnya Junkyu dan Mashiho mau bicara sesuatu yang serius," bisik Junghwan. Haruto mengangguk pelan.

Junghwan meletakkan sendoknya. Ia mengangkat ibu jarinya untuk membersihkan krim jagung yang ada disudut bibir Haruto.

Tentu saja sebagai laki-laki yang masih normal, Haruto salah tingkah. Tetapi Junghwan hanya tersenyum tanpa berdosa seolah perlakuannya bukan sesuatu yang berbahaya untuk jantung Haruto.

"Haruto makannya jangan berantakan. Malu, tau! Kau kan sudah besar,"

Yang dibicarakan hanya mengedipkan matanya gugup. Siapa juga yang tidak gugup kalau diperhatikan begitu manis oleh pemuda cantik seperti Junghwan?! Ya walaupun Haruto sudah sering bermesraan tapi tetap saja dia masih suka salah tingkah kalau dikasih perhatian oleh Junghwan. Bagaimana tidak? Dia ini bukan pacarnya Junghwan! Mereka belum resmi pacaran!!

"Oh ya, setelah pulang sekolah nanti kau ada acara tidak?"

Haruto berpikir sejenak. Nanti sore dia ada latihan basket dengan Mashiho dan teman-teman timnya yang lain. Tapi dia akan absen untuk hari ini saja. Demi Junghwan.

Junghwan tersenyum ketika Haruto menggeleng. Ia langsung mengambil kedua tangan Haruto dan mengucapkan terima kasih.

Oh, lord! Nikmat Tuhan mana yang Haruto dustakan? Dia merasa tidak melakukan kebaikan apapun dimasa lalu, tetapi mengapa Tuhan mengirimkannya malaikat sebaik Junghwan?

はるふぁん。


Haruto masuk kedalam mobil setelah membuka pintu untuk Junghwan. Hari ini dia meminjam mobil kakaknya, Yuta yang harusnya berada di tempat pencucian mobil dan harus langsung ia antarkan setelah selesai dicuci. Tetapi ia akan memakainya sebentar untuk membawa Junghwan jalan-jalan.

"Haruto, tadi aku dimarahi Kim sonsengnim karena PR ku ketinggalan," Junghwan mengerucutkan bibirnya, ia suka mengadu hal-hal kecil pada Haruto hanya untuk melihat reaksi pemuda bermarga Jepang itu yang berlebihan seperti ingin menghajar orang-orang yang menyebalkan untuk Junghwan.

Haruto mengangkat alisnya sambil tetap fokus pada jalanan. "Kenapa tidak bilang? Kau kan bisa menelpon dan menyuruhku mengambilnya dirumahmu?"

Junghwan melihat ke jendela sebentar, takut melewatkan tempat tujuan mereka. "Tidak apa-apa. Lagipula hukumannya hanya berdiri sampai jam pelajaran selesai," Junghwan tersenyum seolah hukuman yang dia jalani tadi siang sama sekali tak membebaninya.

"Hanya?" Haruto mengulang perkataan Junghwan. "Ya ampun.. perempuan itu benar-benar tidak punya hati nurani ya? Pasti kakimu sakit sekali sekarang. Harusnya kau istirahat.. jangan jalan-jalan dulu.." ucap Haruto cemas. "Mana sini aku lihat," ia menoleh sebentar ke kaki Junghwan.

Pemuda disebelah kanannya itu menggulung sedikit celananya dan memperlihatkan betisnya. "Tidak apa-apa kan?"

"Tetap saja mengerikan membayangkannya," komentar Haruto kemudian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PHP [HaruHwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang