Prolog

3 0 0
                                    

    Ini adalah hari pertama kami masuk sekolah setelah seminggu menjalankan MOS. Dari daftar pembagian kelas yang disebarkan lewat grup angkatan, aku ditempatkan di kelas X MIPA 4 dengan lintas minat ekonomi dan sastra inggris.
    Aku berjalan di koridor lantai tiga sendirian setelah Lia, sohibku mulai TeKa, menemukan kelasnya, X IPS 2. Baru kali ini kami berbeda kelas, 'Biar nggak saingan sama kamu Ty.' jawabnya saat kutanya kenapa mengambil jurusan yang berbeda.
    Aku mendongak mencari papan bertuliskan X MIPA 4 yang digantung di atas pintu kelas, ternyata di koridor sebelah utara ini hanya ada kelas IPS dan Bahasa. Tapi, hey! Itukan Septi, teman MOS-ku yang saat kulihat daftar ternyata satu kelas denganku. Aku berjalan mendekatinya yang dikerumuni teman-temannya. Niatku sih mengajaknya ke kelas bareng, tapi melihatnya asyik ngobrol dengan teman-temannya membuatku mengurungkan niat itu dan mulai mencari kelasku lagi.
    Aku pikir kelasku ada di sebelah selatan, tapi ternyata saat aku melewati koridor yang menghubungkan bagian utara dan selatan, aku menemukan kelasku. Aku  pun masuk dan ternyata kelasku sudah ramai. Sialnya, bangku-bangku bagian belakang, bangku favoritku, sudah penuh semua, membuatku hanya berdiri celingak-celinguk di depan kelas sambil memegang erat tas punggung hitamku.
"Loh Tya!" Cewek keturunan cina yang baru-baru ini kuketahui namanya Myra, kaget dengan kehadiranku. Aku sendiri bingung kenapa dia terlihat kaget, padahal kan kami alumni sekolah yang sama, bahkan dia sebangku denganku waktu tes PPDB.
"Ini bener kelas X MIPA 4 kan?" Aku tahu ini pertanyaan yang bodoh, tapi aku tidak tahu lagi harus bicara apa.
"Iya, cepetan gih kamu cari tempat duduk."
"Sampean duduk sama?" Tanyaku.
"Sama Mayang." Jawabnya dengan muka seperti minta maaf.
"O." Aku manggut-manggut, Mayang ya? Dia satu TeKa denganku, dengan Lia juga tentunya. Eh tunggu tunggu... Aku mengedarkan pandangan, ada Myra, Mayang, Ashfa, Lala dan banyak lagi alumni dari sekolah yang sama denganku, 9, 10, 11, 12 jika aku dihitung juga! Ya ampun, aku masuk sekolah ini karena kupikir tidak ada yang akan mengenaliku disini, ternyata aku salah!
    Saking kalutnya pikiranku, aku mondar-mandir dari depan ke belakang, belakang ke depan.
"Hei, duduk disini aja loo..." Kata cewek putih berbehel, dengan muka seakan-akan bilang 'Kamu bingung cari tempat duduk kan?', padahal aku tidak bingung sama sekali tentang tempat duduk, eh ralat, maksudku kebingunganku tentang tempat duduk terkalahkan oleh kebingunganku tentang banyaknya alumni dari sekolah yang sama denganku dan parahnya sekelas!
"Eh iya makasih..." Dia menunjuk bangku didepannya, bangku kedua dari depan, not bad lah! Setiap bangku yang dideret sebelah kanan ini berisi tiga kursi. Aku lalu meletakkan tas punggung hitamku di bangku paling luar membiarkan bangku yang tengah kosong, sedangkan di bangku yang mepet tembok terdapat tas berwarna biru dongker dengan logo berbentuk belah ketupat di tengah yang digencet cewek yang bingung sendiri dengan kerudung miliknya.
"Di sini lo nggak papa, kosong kok!" Tawarnya setelah melihatku meletakkan tas di pinggir.
"Mm oke makasih." Aslinya aku mau menolaknya karena aku agak kurang bisa akrab dengan cepat dan merasa canggung, tapi daripada aku duduk di pinggir dan di bagian depan (menurutku walaupun kedua dari depan, itu sudah termasuk 'bagian depan') yang membuat teman yang duduk di belakangku jadi tidak kelihatan saat guru menerangkan, jadi aku menerima tawarannya.

XSCIFOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang