Bab 3. Seperti kupu-kupu.

1 0 0
                                    


"Gue gak suka cowok kayak dia!"

Kalimat itu terus ternginang di telinga Ethan. Ethan memang tidak pernah tahu perasaan Zee padanya. Tapi mendengar langsung dengan hanya menduga-duga itu beberbeda.

"Ah! Why it is so hurt me?" tanya Ethan pada dirinya sendiri sambil memukul dadanya yang terasa amat sesak.

Ethan terus berusaha tetap tenang meski dia begitu terkejut dengan jawaban singkat dan tegas yang Zee berikan itu. Ethan kembali mendengarkan percakapan Zee dengan Elise dan menunggu alasan apa yang akan Zee berikan.

"Justru karena semua cewek suka sama dia makanya gue gak suka. Gue gak suka cowok yang terlalu tampan dan populer kayak Ethan. Cuman jadi temannya aja, gue udah kewalahan. Apalagi kalau gue sampai suka sama dia. Lo tahu, Lise? Menghadapi satu cewek yang suka sama cowok yang gue suka aja udah ribet dan menguji kesabaran, apalagi kalau sampai menghadapi cewek satu sekolah? Bisa remuk badan gue."

Ethan yang mendengar langsung alasan yang Zee berikan hanya bisa tersenyum tipis.

"Jadi, aku hanya membuatnya kesulitan, ya? Harusnya aku sadar sejak dia memintaku untuk menjauh darinya. Tapi, aku justru terus mengejarnya dan mengabaikan kesulitan yang dia alami karenaku. Mungkin, aku harus berhenti sampai di sini."

Begitulah yang Ethan renungkan setelah mendengar sendiri ungkapan hati Zee pada Elise. Entah itu sebuah kebohongan yang terdengar seperti kebenaran atau sebaliknya, tapi satu hal yang pasti, semua itu tidak sepenuhnya salah dan menyadarkan Ethan akan sesuatu yang seharusnya dia lakukan demi gadis yang sudah lama dia kagumi itu.

Semenjak hari itu. Ethan tidak pernah lagi menemui Zee. Zee sadar akan hal itu, tetapi dia justru merasa lega karena bebannya berkurang satu. Setidaknya begitulah yang Zee rasakan untuk sesaat.

"Dimana dia? Tumben, udah beberapa hari ini gue gak lihat dia ngobrol sama lo," tanya Elise yang juga menyadari perubahan itu.

"Entah! Tapi, gue bersyukur, sih. Sekarang berarti tinggal masalah si Erine aja," jawab Zee dengan santainya.

"Dia masih mempermainkan lo?" tanya Elise sambil duduk di kursi kosong di samping Zee.

"Untuk sekarang iya. Gue yakin beberapa hari lagi dia pasti bakalan bosan dan akhirnya berhenti," jawab Zee yang tidak pernah berpikir untuk membalas perbuatan Erine.

"La, lo kenapa, sih? Seharusnya lo kan, gak cuman diem aja. Lo kan, bisa bales setiap perbutannya," ucap Elise yang kesal dengan sifat ogahan milik Zee itu.

"Males, Lise! Kalau gue bergerak maka semuanya akan menjadi semakin rumit. Lagian apa yang dia lakuin masih dibatas wajar dan diterima. Gue maklum kenapa dia ngelakuin semua itu ke gue," ucap Zee tanpa merasa keberatan.

"Lo gak masul akal, Zee! Bisa dimaklumi gimana, sih? Kalau gue jadi lo, gue bakal tarik rambutnya si Erine itu sampai rontok semua."

"Yah, kenapa, ya? Sepertinya karena gue merasa sebagai pihak yang salah, sih. Mungkin lebih tepatnya karena gue tiba-tiba bilang suka sama cowok yang dia suka sejak dulu akhirnya dia pun merasa khawatir dan penuh dengan keputus asaan."

"Hah, lagian kenapa lo bisa suka Adden, sih? Kenapa harus Adden? Kan, masih ada banyak cowok yang bisa lo sukai, Zee."

Kata-kata Elise membuat Zee termenung sesaat. Di dalam benaknya, Zee pun bertanya pada dirinya sendiri.

"Iya, ya. Kenapa gue bisa suka Adden? Dan sejak kapan gue suka dia?"

Jika diputar kembali. Zee mulai menyebarkan berita perasaannya pada Adden sejak banyak siswi yang mencurigai hubungannya dengan Ethan. Mereka mengira jika Zee menyukai Ethan dan terus saja mengusiknya. Semenjak hari itu, Zee mulai membual tentang perasaannya. Zee mengatakan pada Elise dengan suara yang lantang kalau dia menyukai Adden bukannya Ethan. Dan sejak saat itu, para siswi yang mencurigainya mulai berkurang dan membiarkannya hidup tanpa terusik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang