ALITA DAN PUTRI KUBIS

1.2K 105 2
                                    

Ditulis oleh Bebeklucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis oleh Bebeklucu

Alita senang sekali bermain boneka. Bonekanya berbentuk anak perempuan berambut merah. Dia biasa bermain boneka itu sepanjang hari.

Orang tua Alita adalah seorang petani kubis. Sering kali, Ibu mengingatkan Alita untuk berhenti bermain boneka dan membantunya di ladang. Alita sering jengkel kalau ibunya sudah memerintahnya bekerja di ladang.

"Ibu saja yang membantu Ayah. Aku tidak mau mengotori tanganku," tolak Alita saat Ibu mengajak ke ladang.

"Alita, uhuk ... Ibu tidak bisa memanen kubis hari ini. Uhuk! Tolong bantu Ayah," mohon Ibu. Pagi itu Ibu terserang flu. Dia tidak bisa berangkat membantu Ayah yang akan memanen kubis.

Alita tidak suka berada di ladang yang panas. Dia juga tidak mau berkeringat dan kotor akibat memanen kubis. Karena kesal, dia kabur dari rumah bersama bonekanya. Ibu berteriak memanggilnya, tetapi Alita terus berlari.

Alita berlari ke bukit di belakang rumah. Dia letih dan beristirahat di bawah pohon yang rindang. "Aku tidak mau pulang ke rumah kalau masih disuruh membantu memanen kubis," gumamnya sambil mendekap bonekanya erat-erat.

Angin berembus lembut. Suasana yang tenang dan sejuk menyebabkan Alita tertidur di bawah pohon.

Cip! Cip! Cip!

Alita terbangun oleh suara burung di dahan pohon. Matahari mulai terbenam. Langit berwarna kemerahan. Alita segera bangun dan berlari pulang. Dia sudah tertidur lama.

Setibanya di rumah, Alita terkejut melihat ada anak perempuan di meja makan. Anak itu mempunyai rambut berwarna hijau dan mengenakan gaun yang sama hijaunya.

"Siapa dia?" tanya Alita pada sang Ibu.

"Dia adalah Putri Kubis. Putri Kubis membantu Ayah di ladang. Dia juga yang membuatkan Ibu bubur supaya lekas sembuh," jawab Ibu.

"Nama yang aneh," ejek Alita.

"Kamu tidak boleh menghina nama orang lain. Itu tidak baik," Ayah menasihati.

"Sebaiknya kamu bersikap baik dengan Putri Kubis sebab mulai sekarang Putri Kubis akan tinggal bersama kita," kata Ibu.

"Kenapa Putri Kubis harus tinggal bersama kita? Memangnya dia tidak punya rumah?" Alita melirik Putri Kubis dengan jengkel.

"Aku tidak mempunyai rumah," jawab Putri Kubis dengan tenang.

"Ayah dan Ibu yang memberikan izin pada Putri Kubis untuk tinggal bersama kita. Kamu harus menerimanya. Nah, sekarang kamu mandi, lalu makan malam," kata Ayah tegas.

Alita tidak suka akan kedatangan Putri Kubis. Dia bertambah kesal saat makan malam. Ayah dan ibunya terus saja mencurahkan perhatian kepada Putri Kubis.

Putri Kubis diberikan kamar di ujung lorong. Alita senang karena kamar Putri Kubis jauh dari kamarnya dan kamar orang tuanya. Namun, Alita kembali jengkel saat Ibu menyuruhnya membantu Putri Kubis membereskan kamar itu.

Esok harinya, Alita bangun kesiangan. Dia terkejut mengetahui Ayah dan Ibu sudah berangkat ke ladang bersama Putri Kubis, padahal semalam dia sudah membuat rencana akan membantu orang tuanya. Alita segera pergi menuju ladang. Tidak lupa dia membawa bonekanya.

Alita terkejut melihat Ayah, Ibu, dan Putri Kubis sedang beristirahat di tepi ladang. Mereka bercengkerama dengan akrab. Ibu menyuapi Putri Kubis. Ayah mengelap keringat di dahi Putri Kubis, sementara Putri Kubis tampak bahagia di antara orang tua Alita.

"Ayah! Ibu!" Alita berteriak. Sayangnya Ayah dan Ibu tidak mendengarnya. Alita berlari mendekat supaya terdengar, tetapi kakinya tergelincir, lantas dia terjatuh ke dalam lumpur. Badannya tersedot lumpur itu. Astaga, itu adalah lumpur hidup yang berbahaya. Alita meronta-ronta meminta tolong. "Ayah! Tolong aku! Ibu! Aku terjatuh! Ibu! Ayah! Tolong aku!"

Badan Alita semakin tenggelam. Dia takut. Bonekanya ada di tepian, akan tetapi bonekanya adalah benda mati yang tidak bisa menolongnya. Alita menangis meraung-raung dan tidak seorang pun yang datang menolongnya.

"Apakah kamu menyesal karena tidak pernah membantu orang tuamu?"

Alita membelalak. Putri Kubis tahu-tahu sudah ada di dekatnya.

"Tolong aku!" pinta Alita.

"Aku akan menolongmu asalkan kau mau menyadari kesalahanmu selama ini. Apakah kau tahu apa kesalahan terbesarmu?" balas Putri Kubis.

Alita teringat perbuatan nakalnya yang menolak membantu orang tua. Dia menangis dan menyesal. "Aku telah menolak permintaan tolong orang tuaku. Aku sangat menyesal," dia mengakui kesalahannya.

"Baguslah kau sudah menyadari kesalahanmu. Apakah kau akan mengubah sikapmu jika aku menyelamatkanmu?" tanya Putri Kubis.

"Iya, aku akan berubah. Aku sangat menyesal dan aku tidak mau orang tuaku tidak mengacuhkanku lagi," sahut Alita.

Putri Kubis tersenyum. Dia mengambil boneka milik Alita, kemudian melemparnya ke dekat Alita. "Ambil boneka itu dan peluk erat-erat. Aku akan menolongmu." Alita menurut. Dia mengambil bonekanya, lalu memeluknya erat-erat.

"Ingat baik-baik untuk meminta maaf dan membantu orang tuamu begitu kau selamat. Sekarang tutup matamu dan hitung sampai sepuluh, setelah itu buka matamu perlahan," lanjut Putri Kubis.

Alita menutup matanya dan berhitung keras-keras, "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh." Dia membuka matanya perlahan. Alita terkejut melihat dia tidak lagi tenggelam lumpur, melainkan sedang duduk di bawah pohon yang ada di atas bukit.

"Aku harus menemui Ibu," gumam Alita. Dia segera pulang ke rumah.

"Ibu! Ibu!" Alita berteriak.

"Ada apa, Nak?" tanya Ibu keheranan.

Alita memeluk Ibu. "Aku meminta maaf karena tidak mau membantu di ladang. Aku berjanji akan membantu kalian mulai sekarang. Putri Kubis telah mengingatkanku untuk berbuat baik pada orang tua."

Di balik jendela, diam-diam Putri Kubis mengintip. Dia mendekatkan telunjuknya ke dekat bibir, memberikan pesan pada Alita untuk tidak memberi tahu Ibu soal dirinya. Alita mengangguk sambil tersenyum.

"Putri Kubis? Siapa dia?" tanya Ibu. Dia bertambah bingung.

"Seorang teman. Temanku, Bu," jawab Alita.

Sejak saat itu, Alita tidak pernah lagi menolak permintaan untuk membantu orang tuanya. Putri Kubis juga tidak pernah datang lagi. Alita tidak pernah memberi tahu siapa pun soal Putri Kubis.

 Alita tidak pernah memberi tahu siapa pun soal Putri Kubis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Catatan Penulis:

Tahukah kamu? Kubis memiliki 400 varietas di seluruh dunia. 

Dongeng para BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang