Siang ini seorang perempuan berumur 26 tahun tengah mempersiapkan diri untuk melakukan pemotretan nanti siang. Ia bisa dikatakan sebagai model yang memang mempunyai postur tubuh yang ideal nan indah. Banyak majalah ternama yang sudah menggaet dirinya dengan segala bayaran tinggi atas kinerja dan profesionalitasnya. Sebut saja Jung Yerin.
Tapi Jung Yerin atau biasa dipanggil Yerin sedikit gugup tanpa alasan yang jelas untuk pemotretan hari ini. Apa yang membuatnya begitu?
"Kak Miri, jadwal pemotretan nanti jam berapa?" Tanya Yerin pada sang manajer yang tengah mempersiapkan beberapa aksesoris yang akan dipakai Yerin.
"Lho kenapa kamu tidak tanyakan saja padanya? Setahuku sekitar jam dua." Jawab manajer itu melihat Yerin heran.
"Aku tidak mau. Ahh, aku tidak siap pemotretan nanti. Pasti dia mempersiapkan konsep yang aneh untuk ku. Lagian kenapa kau mengambil tawaran ini sih? Aku benci dia." Ucap Yerin belum jelas merasa resah pada seseorang.
"Siapa bilang? Justru dia sangat terkenal sekali sebagai photografer majalah dan dia punya nama besar karna ide konsepnya yang cemerlang Rin. Kau sangat tahu tentang itu dan aku tahu kau punya alasan lain untuk tidak menyukainya karena waktu itu kau-"
"Sudahlah jangan dibahas!" Sela Yerin sangsi, memotong ucapan Miri. Yang disela hanya tersenyum tak bersalah.
Menurut Miri, jika untuk pekerjaan seharusnya Yerin bisa bersikap profesionalitas terlepas siapa rekan kerjanya. Jadi, ia percaya jika Yerin dapat melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa melihat seseorang yang saat ini Yerin hindari untuk sesi pemotretan nanti.
••••••
Yerin beserta beberapa staff dan manajer sudah sampai di gedung lokasi pemotretan. Gedung tinggi menjulang itu adalah tempat dimana majalah ternama yang isi pekerjanya adalah orang - orang yang handal di bidangnya. Kebetulan Yerin mengenal beberapa orang di gedung ini termasuk orang yang sangat ia hindari.
Walau begitu, ia akan tetap menunjukkan manner nya sebagai model dan membuktikan bahwa ia adalah model yang profesional dan menarik seperti yang dibicarakan banyak orang. Ia harus percaya diri sekarang.
"Oh? Jung Yerin kan? Wah lama tidak bertemu!" Sapa seorang laki - laki tinggi dengan beberapa kumpulan kertas ditangannya.
"Yak Kim Mingyu! Sudah aku katakan berkali - kali, aku ini lebih tua dari mu. Sudah lama tak bertemu masih saja tidak sopan." Ucap Yerin menyipitkan mata pada seseorang di depannya yang berprofesi sebagai asisten photografer.
"Hahaha. Kau masih sama saja ya Kak Yerin. Kalau begitu silahkan keatas. Uhm, dia menunggu mu loh Kak. Pasti sudah rindu dengannya bukan?" Ucap Mingyu mencoba menggoda Yerin sesekali tersenyum tengil.
"Bicara apa sih. Ya sudah aku keatas duluan ya, ayo kita berbincang sedikit setelah usai pemotretan nanti." Ajak Yerin pada Mingyu yang sudah terlihat akrab sebelumnya.
Lalu Mingyu menyetujuinya dan berpamitan pada Yerin serta beberapa rekan Yerin disana.
Ucapan Mingyu tadi membuat Yerin mual sendiri. Kenapa ia menjadi tidak siap untuk bertemu sang- ah untuk menyebutkan namanya saja ia tidak siap. Yerin hanya berdoa, semoga pemotretan hari ini berjalan lancar tanpa ada hal yang tidak diinginkan Yerin terjadi.
Saat sampai ruangan, beberapa staff terlihat beralih keruangan lain untuk mempersiapkan dibalik layar. Sehingga tersisalah Yerin dan Miri.
"Jung Yerin? Wah selamat datang ya! Semoga hari ini lancar, mari aku antar ke tempatnya." Ucap seorang perempuan sambil berjabat tangan dengan Yerin dan Miri.
"Terima Kasih, Yena." Ucap Miri yang sudah kenal dengan beberapa orang disini sebab sebelumnya ia datang untuk mengkonfirmasi kontrak kerja Yerin.
Saat sudah di depan ruangan orang tersebut setelah berbincang sebentar antara Miri dan Yena. Pintu terbuka menunjukkan wujud seorang lelaki tampan dewasa dengan coat panjang berwarna cokelat yang melekat pada tubuhnya.
"Silahkan masuk." Sahut orang tersebut dari dalam.
Yerin yang terdiam terlihat seperti ragu dan berujung menarik tangan Miri untuk ikut masuk kedalam.
"Tidak Yerin. Hanya untukmu, karena ini akan membahas ide dan konsep tentang pemotretan majalah nanti. Jadi yang bersangkutan hanya dirimu." Jelas Yena menahan Yerin.
Mendengar hal itu membuat Yerin makin pusing. Bagaimana bisa ia dibiarkan berdua dengan lelaki itu?
Baiklah tetap tenang dan profesional Yerin. Batin Yerin meyakinkan.
Setelahnya ia masuk dan melihat lelaki itu sudah duduk dimeja kebesarannya. Menatap Yerin penuh makna.
"Lama tidak bertemu... Jung Yerin." Sapa lelaki itu.
"Ya... lama tidak bertemu Jeon Wonwoo." Sapa Yerin balik yang pada akhirnya mengucapkan nama sang pemilik didepannya.
Cut.
Fairy Note :
Hai readers, aku kembali bawa story baru hehe. Book kali ini isinya cuma beberapa oneshoot fairbi aja ya, konfliknya juga gak berat-berat karna hidupku sendiri udah berat *curhat.Happy reading <3
[220709]
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT ; Wonwoo - Yerin
FanfictionKumpulan oneshoot wonwoo x yerin dari berbagai genre.