Rayuan Manis Mulut Penipu

61 7 5
                                    


Namaku Aini Darmawati, aku seorang janda tanpa anak. Usiaku saat ini menginjak 37 tahun. Aku tinggal di suatu daerah wilayah Jawa Barat.

Walaupun usiaku sudah hampir kepala empat, tetapi tubuhku masih terlihat berisi dan padat, tidak kalah dengan mereka yang masih gadis.

Wajar saja, karena aku belum pernah merasakan kehamilan dan melahirkan, sehingga badanku tetap seperti ini.

Hanya saja, untuk masalah umur tidak dapat dibohongi. Di kampungku bagi mereka yang kehidupannya harmonis, dan tidak ada masalah, untuk wanita seusiaku, sudah memiliki cucu.

Bagiku menyandang status seorang janda bukanlah suatu aib. Sebab, semua ini bukan karena keinginanku, tapi karena Allah belum memberikan kepercayaan kepadaku untuk memiliki pendamping hidup yang benar-benar mau menerima aku apa adanya.

Aku sudah menyandang 3 kali status janda. Banyak sekali alasan mantan- mantan suami menceraikanku.

Namun, yang paling menyakitkan adalah, mantan suamiku yang pertama. Satu keluarga mereka seolah membenciku dan mencibirku hanya gara-gara aku tidak kunjung memiliki keturunan.

Begitupun yang kedua, dan ketiga, semua mantan suamiku alasan menceraikanku karena aku tidak bisa memiliki keturunan.

Selain itu karena suamiku kedua dan ketiga adalah brondong alias lebih muda dariku, jadi terlalu banyak tuntutan ini itu yang ujung-ujungnya lebih baik berpisah dari pada tetap bertahan.

Aku masih normal seperti para wanita lainnya. Ingin memilki suami sampai akhir hayat nanti dan memiliki keturunan dari rahimku sendiri.

Sulit memang untuk mencari suami yang mengerti keadaanku saat ini. Bahkan bisa di hitung lelaki yang benar-benar mau menerimaku dengan kondisiku sekarang.

Mungkin para lelaki akan berpikir berkali-kali ketika akan menikahiku yang seorang janda, sebab, di luar sana yang masih gadis pun banyak.

Tapi, Aku masih punya Allah. Aku percaya sama Allah. Allah pasti akan mendatangkan jodoh untukku. Biarkan Allah yang akan memberikan yang terbaik untukku, bukan yang terbaik menurutku. Tugasku hanya berusaha dan berdoa.

Saat ini aku tidak terlalu berharap ingin mendapatkan jodoh yang lebih muda dariku. Mau muda, sepadan, tua, lajang atau duda pun tidak masalah bagiku.

Termasuk jika memang aku ditakdirkan untuk menjadi yang kedua atau yang ketiga. Jika memang itu kehendak-Nya, aku tidak akan menolaknya. Seperti apa jodohku dan dengan status apa, yang terpenting bagiku dia seiman.

Aku hanya menginginkan lelaki yang mau menerimaku apa adanya.

Jika nantinya ada lelaki yang kuanggap baik dalam hal agama ingin menjadikan aku istrinya, walau aku hanya menjadi istri siri atau sitri mudanya, seketika aku tidak akan banyak berpikir lagi, aku akan langsung mengiyakan, yang penting sah secara agama dan tidak melanggar aturan apapun.

Inilah yang aku alami saat ini. Ketika aku di lamar oleh seseorang yang tak lain adalah majikanku sendiri, akupun tidak menolaknya dan hanya butuh beberpa hari saja untuk mengiyakan tawaran untuk menjadi istrinya.

Walaupun menjadi istri mudanya. Silahkan orang mengejek, menghina dan menuduh tentang keputusanku ini.

Namun, ini semua ada alasan yang jelas dan dapat di pertanggung jawabkan. Kenapa aku tega dan menerima ajakan untuk menikah disaat istri calon suamiku yang sedang kurawat, sakit keras.

Mungkin saat itu sedang menghadapi sakaratul maut. Tapi, itulah keadaanya. Nyata dan terjadi padaku.

*****

Berawal dari urusan bisnis kecil-kecilan yang ditawarkan kepadaku oleh teman alumni SMP, akhirnya aku mulai sering komunikasi dengan dia melalui facebook. Karena seringnya aku dan dia saling komentar di beranda, lama-lama dia meminta nomor whatsappku.

Mulai dari situ aku lambat laun pun akrab kembali dengan dia. Oh ya, nama dia Roni, orangnya dulu saat masih SMP enggak hafal seperti apa postur tubuhnya, tapi sekarang postur tubuh dia agak gemuk dan tinggi.

Setelah itu hubunganku dengan dia mulai dekat lagi saling sapa lewat facebook ataupun whatsapp. Hingga pada akhirnya dia mengajakku untuk bisnis kecil-kecilan.

Pertamanya, aku masih ragu terhadap dia saat mengajaknya kerjasama usaha, sebab semenjak dari lulus sekolah, aku dengan dia tidak ada komunikasi sama sekali. Ini pun aku bisa kembali akrab bukan karena pertemuan reuni, melainkan melalui facebook yang tadi aku ceritakan sebelumnya.

Nah, sebelum aku mengiyakan ajakan bisnisnya, aku mencari informasi ke teman-teman sesama alumni juga tentang dia.

Sebab, walaupun kita satu alumni, pertemanan aku sama dia saat sekolah tidak begitu dekat, hanya kenal seperti teman pada umumnya.

Dari beberapa teman alumni yang aku mintai informasi tentang si Roni, tidak ada satu pun yang merekomendasikan aku berbisnis dengan dia. Begitu pun teman-teman dekatku yang mengenal si Roni, aku di sarankan untuk mempertimbangkan kembali jika ingin memuli bisnis dengannya.

Sebab, banyak riwayat kurang bagus terkait bisnis yang dilakukan oleh si Roni dengan mitra bisnis lainnya.

Di sini awal kesalahanku, aku tidak mengikuti semua saran orang-orang yang aku mintai informasi. Aku tetap mempercayai dia untuk tetap mengikuti kerjasama bisnisnya. Aku percaya pada si Roni, karena dia menginformasikan padaku, sudah memiliki toko sendiri.

Dengan iming-iming toko miliknya, akupun semakin percaya. Sebab katanya dia, jika bisnis ini berjalan, nantinya aku yang akan menjaga toko dia, dan dia yang akan melakukan drop barang dari toko ke para konsumen.

Karena uang yang diminta untuk modal kerjasama ini lumayan besar untuk ukuran dompetku di kampung, aku pun di sarankan oleh dia untuk menggadaikan BPKB motor yang aku punya, agar modal yang dibutuhkan dapat tercukupi.

Karena ini adalah aset satu-satunya yang aku miliki, jadi untuk urusan ini aku harus jelas dan pasti dulu seperti apa nanti kedepannya.

Setelah obrolan yang sangat panjang dengan dia, akhirnya sepakat dia memberikan janji padaku, akan bertanggung jawab terkait setoran cicilan gadai BPKB tersebut.

Dengan bualan dan permainan kata yang dia sampaikan kepadaku, akhirnya aku pun luluh dan mengikuti apa yang akan dia jalani nantinya.

Sebenarnya masih ada sedikit keraguan, sebab aku belum yakin dengan bisnis ini. Toko atau usaha yang dia tawarkan padaku saja, baru dirintis, belum lama berjalan. Sehingga untuk melihat hasilnya seberapa setiap bulan yang didapatkan, menurut dia belum ketahuan.

Tapi dia yakin, jika usahanya akan berkembang.

Akhirnya aku menggadaikan BPKB-ku atas namaku sendiri, tapi uang hasil gadainya, 80% aku serahkan ke dia sebagai modal kerjasama, dan 20% nya, aku yang pegang, dan aku kembangkan untuk usaha jual isi ulang pulsa dan token PLN.

Walaupun uang kerjasama sudah kusetorkan, tetapi aku masih belum di ajak untuk menjaga tokonya yang dia janjikan sebelumnya. Namun, aku percayakan sama dia, walaupun aku hanya di rumah dan dia sendiri yang mengerjakan usaha tersebut.

Bulan pertama setoran ke pegadaian, tidak ada kendala dalam pembayaran cicilannya. Akupun mulai percaya, sebab sebelum jatuh tempo dia sudah membayar cicilan pertamanya.

Tetapi, dalam perjalanan cicilan kedua, dia tidak menyetorkan kepadaku uang harian yang nantinya akan disetorkan ke pegadian setiap akhir bulan.

Padahal hanya dua puluh ribu rupiah perharinya, dia berikan padaku untuk setoran cicilan.

Tapi baru berjalan setoran kesepuluh, dia sudah mengeluh tidak ada uang untuk disetorkan. Padahal saat itu dia harus setor untuk hari kesebelas, tapi dia menghindar saat aku hubungi teleponnya. Bahkan whatsapp aku pun tidak di balasnya, padahal aktif.

Sampai tiba tanggal setoran cicilan ke pegadaian, dia masih tidak merespon whatsapp ku dan tidak mau menerima panggilanku.

Deg .... !

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DILEMA ISTRI SIRI ( Kbm App tamat bab 30)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang