🌵 A 🌵

14 2 1
                                    


Tunggu aku, 

Ungkapan yang telah didengar kedua telinga sudah terekam dalam otak lalu terjun ke hati. Menghentikan gerakan tangan yang sedari tadi sibuk membolak balikkan buku.

Menolehkan kepala pada sosok tersangka yang kini berdiri di sampingku. Arah pandang yang bertemu pada genggaman tangan. Tak berani menengadah menatap matanya.

Hingga detik berlalu berganti menit. Dua menit keadaan hening. Keduanya diam tanpa kata.  Kemudian,

"Aku hanya ingin kamu tahu, itu saja." ucapnya kemudian terdengar langkah kaki menjauh dan hilang.

Apa yang harus kurasakan?  Senang? Atau sedih? 

Aku tak tahu, aku bingung. Kenapa harus secepat ini, dan kenapa harus dia? 

Kenapa dia memilihku padahal banyak yang lebih dariku? 

Kenapa harus aku? 

Aku hanyalah siswa biasa. Tidak banyak memiliki teman. Tidak terkenal. Jarang keluar kelas. Bisa dihitung jari jajan ke kantin. Datang mendekati jam masuk bahkan sering telat tapi lolos hukuman. Pulang akhir ketika sudah agak sepi. Lalu, bagaimana dia bisa kenal aku? 

Untuk media sosialku, hanya teman sekolah lama yang tahu. Teman sekelas hanya secuil saja. Lagi pula aku bukan anak yang aktif di media sosial.

Hingga saat jam pelajaran sudah selesai, aku masih memikirkan orang itu. Iya, orang itu. Bahkan namanya saja aku tidak tahu. Lucu bukan?  Oh dunia...

Kutata buku dalam mejaku. Bersiap untuk pulang karna keadaan sudah lenggang nyaris tidak ada orang yang merebut jalan keluar parkiran.

Ohya, ini posisi ku ada di dalam kelas dan di samping pas itu parkiran siswa. Ya jadi kalau jam pulang pasti bising suara motor yang ingin segera pulang.

Dan dari posisiku ini yang menghadap tempat parkir memastikan motorku masih aman dan helm tidak diambil orang. Tiba-tiba secara otomatis (kek sistem aja)  terlihat dengan jelas siswa yang sedang jalan membawa helm berhenti menatapku, mata kami terpaku. Dia memberiku senyum tipis dan lambaian tangannya.

Satu detik

Dua detik

Dia melambai-lambaikan tangannya dan berjalan mendekat. Aku masih dia ditempat. Dia terus mendekat dan sampailah dia di depanku. Dengan tembok kelas yang memisahkan aku dan dia. Tapi jendela kelas tidak.

Sekarang aku jelas tahu detail wajahnya. Mata yang besar. Hidung mancung. Bibir seksi. Wajah agak lonjong. Dan kumis tipis.

"Aku pulang dulu ya", pamitnya padaku. 

Bersambung

*24 Juli '21

TUNGGU AKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang