Bagian 1: Perkenalan

9.6K 48 0
                                    

          Hiii namaku mila,
Aku adalah seorang pahlawan devisa negara yang kini sedang bekerja di Jepang. Sudah 2 tahun aku bekerja dengan salah seorang fotografer ternama di sana. Dia bukan asli orang Jepang, melainkan pendatang yang sukses mengadu nasib di negara orang.

Majikanku bernama Paul, ia seorang yang amat sangat aku hormati karena kebaikannya. Ketika aku melakukan kesalahan, ia tak pernah marah. Ia selalu memberitahu dan mengarahkan sesuatu akan hal yang aku belum tahu atau aku belum bisa.
Wajah yang rupawan dan selalu tersenyum itu berhasil membuatku terpukau. Aku selalu berandai andai bagaimana jikalau Paul bisa jadi milikku. Sungguh bahagianya diriku ini.
*Aduh aduhh asyiknya melamun disiang bolong sambil ngepel lantai, senyum-senyum sendiri sambil memeluk gagang pel-pelan.

Pekerjaanku mulai sibuk saat matahari mulai muncul. Menyiapkan sarapan kemudian beberes seluruh ruangan di dalam rumah. Rumah Paul terhitung sangat besar untuk ditinggalinya sendiri. Terdapat 1 kamar tidur tamu, ruang tamu, ruang makan, dapur dan 1 studio besar di lantai bawah. Di laintai atas terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang baca, ruang kerja dan 1 ruang santai. O iya,  ada juga kolam renang dengan taman yang lebar di bawah. Setiap hari aku membersihkan seluruh area rumah mulai dari menyapu, mengepel, membersihkan debu dan lain-lain. Tentu saja seharian rasanya seperti kurang, tapi semakin lama aku bekerja aku semakin bisa menyesuaikan dengan cepat. Ada pekerjaan yang aku lakukan 1 minggu sekali,  4 hari sekali,  2 hari sekali dan setiap hari.

Hari itu aku sedang membersihkan ruang kerja di lantai atas. Aku melihat meja kerjanya yang berantakan berisi banyak sekali foto-foto perempuan telanjang dengan berbagai angel dan pose. Aku hendak membereskannya tapi berakhir dengan melihat foto-foto itu dengan perasaan campur aduk.
Perasaan apa ini? Jantungku berdetak semakin kencang. Kulihat foto satu persatu dengan sesekali menelan ludah dan mengelap keringat.
Foto-foto terakhir membuatku kaget bukan kepalang. Foto apa ini? Perempuan-perempuan telanjang dengan tubuh terikat menunjukkan dadanya yang mencuat serta bagian lain yang terikat dimana-mana. Melihat ekspresi foto yang kesakitan tidak membuatku kasian, melainkan timbul gejolak yang luar biasa dalam diri ini. Jantungku berdegup makin kencang lagi. Aku mengusap foto itu dari muka hingga bagian kewanitaannya dan membayangkan kalau aku ada di posisi itu. Selain jantung yang berdegup makin kencang, bagian lain ternyata juga ikut berdenyut tak karuan.

"Sedang apa kau Mila?" Paul masuk dan mengagetkanku.

"Eeehh sorry sir. A a a aku sedang membereskan foto-foto ini" jawabku kelabakan.

"Oooh kebetulan, bisa kau bantu aku memasukkan semua foto itu ke album" suruhnya tanpa curiga.

"Iya sir" aku mengambil album yang diberikannya dan mulai memasukkan foto-foto itu ke album.

"Bukankah wanita-wanita itu cantik?" tanya Paul.

"Iya, mereka semua model" jawabku datar.

"Bukan, banyak dari mereka yang bukan model. Kamu juga bisa seperti mereka"

Eh, aku langsung terdiam. "Saya sir?"

"Iya, siapa lagi. Asalkan kalau kamu mau"

Aku tak merespon ucapan Paul. "Ini sir, saya sudah memasukkan semua. Maaf saya harus menyelesaikan pekerjaan saya" kuserahkan album foto itu lalu bergegas pergi.

"Mila.. "

"Iya sir" aku berhenti dan membalikkan badanku.

"Kalau kamu mau, tinggal bilang saja. Aku akan membuat mimpimu jadi nyata". Ia tersenyum

Aku hanya mengangguk dan berlekas pergi.

***

Dunia MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang