.
.
.*please, play the song while you're reading this chapter
Like i need you - keshi :
https://open.spotify.com/track/7ivYWXqrPLs66YwakDuSim?si=MmK3C3KvReOc6jBU3-jvRg&utm_source=copy-link&dl_branch=1
.
.
.Derit pintu terbuka dan tertutup berteriak mengisi malam. Suara langkah kaki terdengar bergaung memenuhi telinga. undakan menurun berubin pastel lusuh ditapaki oleh dua pasang sepatu yang melangkah dengan langkah tak sinkron. yang bersurai senja menuruni jajakan anak tangga tak ber-teralis dengan pijakan kaki kanan-kiri yang menunggu giliran menumpukan beban tubuh seraya berjalan turun. memasukan tangan kanan ke saku jeans biru langit yang melekat pas di setiap inci tungkai kakinya, sementara tangan kanan mengukir abu dengan telunjuk pada tembok putih usang di sampingnya, membuat bekas lintangan garis yang akan bertambah panjang setiap kali ia membawa diri menuruni tangga.
Bilah iris coklatnya menerawang ke depan. Kanta masif yang membentang gantikan peran tembok di depannya menampilkan panorama kota yang senantiasa temani hari dan hatinya. Bulan, yang terpaku kokoh di panggung angkasa, bersinar sendirian diantara kelamnya hamparan udara. Terlihat seperti sedang mengawasinya, memeriksa dan memastikan bahwa sang kasih tak berada dalam situasi berat. Mengganti fokus netranya, Hinata kini menatap jendela kaca di depannya, tetap dengan langkah kaki yang tak ada niat untuk diberhentikan. Melihat bayangan tubuhnya yang terperangkap di sisi lain.
Baby, I call in the dead of night
But you don't need me like I need you
Pray that I won't be alone
Bunyi halus terdengar mengiringi langkah kaki temani perjalanannya menuruni gedung. Nyanyi lagu menyapa lembut telinga nya sendiri sebarkan afeksi fiktif yang tersalur dan mendayu masuk indra pendengarnya. Menghayati dengan santai untaian lirik yang tersaji secara otomatis di kepalanya yang terlampau penuh dengan memori, aspirasi, serta melodi dan segala yang dipendam mulai dini hingga membusuk di pojok pikir dan hati. Hinata bernyanyi menyuarakan satu-satu nya sisi pikiran yang ia sukai, melodi, sisi candu yang membuatnya berada di ruangan tempat ia dapat menjadi apapun dalam mimpi diri. Tempat dimana ia dapat menyuarakan dan mewujudkan segala bentuk imajinatif jiwanya sendiri.
Kakinya sampai pada bagian lantai yang cukup lebar, membentuk pola segi yang merupakan landasan dimana ia harus membalikkan badan belakangi malam. Mengambil langkah selanjutnya menuruni undakan di bawah kakinya.
Menarik nafas, ia melanjutkan lagu yang ia senandungkan.
We're better on our own
Tonight I'm gettin' throwed
"...she never comin' home.."
Lebih berat, namun juga halus menelusup ke gendang telinganya. Hinata hendak melanjutkan bait terakhir dari lagunya, langkahnya terhenti di anakan tangga ke delapan, memutar kepalanya searah jarum jam, terus menoleh hingga nayamnya dapat melihat laki-laki bersurai malam di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes
Fanfiction"kasih gue 30 hari buat nunjukin alasan kenapa lo harus tetep hidup" - Kageyama Tobio to Hinata Shoyo Di rooftop tempatnya berada saat ini, kepulan asap putih melayang ke udara, perlahan menghilang terkikis angin, namun bau tajam asap rokok pun tak...