"Lo bener, yang anak kandung papa itu lo, bukan gue."
Kini amarah Aleeza semakin memuncak, dengan kuat Aleeza menampar Angela hingga tersungkur di lantai.
"ALEEZA! Apa yang kamu lakukan?!"
Dari pintu masuk datang seorang pria paruh baya yang tak lain adalah Papanya.
"Pah, dia sebenernya..." ucap Aleeza sambil menunjuk Angela, namun belum selesai Aleeza bicara, tiba- tiba Papanya mendorong Aleeza kuat hingga terbentur tembok.
Darah segar mengalir dari kepalanya.
Dengan pandangan yang kabur dia melihat sosok Papanya yang sedang membantu Angela berdiri.
Kemudian Aleeza mengalihkan pandangannya ke arah Angela yang ternyata juga sedang menatapnya. Terlihat jelas senyuman penuh kemenangan dari perempuan tersebut.
Setelah itu semuanya gelap.
***
Aleeza terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu dan keringat yang membasahi tubuhnya.
Mengusap kasar wajahnya, mimpi itu terasa sangat nyata.
"Sstt," Aleeza meringis pelan merasakan dadanya yang berdenyut nyeri.
Lalu melihat ke arah jam dinding, ternyata sudah pukul enam pagi. Bergegas ia mandi dan bersiap untuk kuliah, hari ini Ia ada jadwal kuliah pagi.
Dengan tas punggung yang tersampir di pundak kanannya, Aleeza menuruni tangga, sesampainya di tangga terakhir ia melihat sang Papa dan Angela di meja makan sambil berbincang ria.
"Kamu ngga sarapan dulu?" Aryo, Papa Aleeza bertanya. Namun Aleeza mengabaikannya dan terus berjalan menuju pintu keluar tanpa melihat sang Papa.
"Aleeza!" Panggil Aryo.
"Ada apa? Bukankah biasanya Anda juga tidak peduli dengan saya?" Jawab Aleeza sarkas.
"Aleeza, lo kok ngga sopan sih sama Papa." Sudah tau bukan siapa yang mengatakannya?
"Caper!" Sindir Aleeza dan tentu saja Angela sangat emosi mendengarnya, terlihat dari wajahnya yang merah padam.
Aryo terkejut melihat sikap Aleeza yang tidak seperti biasanya.
***
Sesampainya di kampus, Aleeza tidak langsung menuju kelasnya, melainkan menuju kantin.Masih ada waktu satu jam sebelum kelas dimulai dan Ia harus mengisi perutnya terlebih dahulu.
Dari jauh seseorang diam-diam memperhatikan Aleeza dengan tatapan sendu.
Aleeza memesan nasi goreng dan air putih, lalu mulai memakannya.
Tiba-tiba pendengarannya terusik dengan keributan di meja yang tidak jauh darinya.
Dia melihat Angela yang tengah merengek kepada seorang laki-laki yang tentu saja Aleeza mengenal laki-laki tersebut.
"Bara, nanti pulangnya anterin aku ke mall ya, aku mau beli baju," rengek Angela dengan bergelayut manja pada laki-laki tersebut.
Bagaskara namanya dan orang-orang memanggilnya Bara, tapi Aleeza memiliki panggilan lain, yaitu Gara.
Bara adalah mantan kekasih Aleeza sewaktu SMA.
Masih teringat jelas dalam benak Aleeza tentang sosok laki-laki itu. Laki-laki yang dulu selalu ada untuknya, selalu menemaninya, dan selalu menyemangatinya.
Mereka berpisah karena suatu alasan yang tidak jelas. Bara tiba-tiba memutuskan hubungan mereka, padahal saat itu Aleeza pikir hubungan mereka sedang baik-baik saja.
Dan Ia mengetahui alasannya setelah melihat Bara dan Angela pulang bersama beberapa hari setelah mereka berpisah.
Aleeza tersadar dari lamunannya lalu saat kembali menatap dua pasangan tersebut, pandangannya dengan Bara bertemu sampai Ia mengalihkan pandangannya terlebih dahulu, kemudian dengan cepat menghabiskan makanannya.
***
Sepulang kuliah Aleeza menyempatkan diri untuk mengunjungi Mamahnya.
"Mah, Ale dateng."
"Mamah apa kabar?" ucapnya sambil mengusap nisan sang mamah.
Arumi Putri binti Galang Saputra, nama yang tertulis di nisan tersebut.
"Hari ini Ale bawa bunga lily buat Mamah."
Aleeza mengambil bunga mawar yang kemarin ia bawa lalu menggantinya dengan bunga lily.
Hampir setiap hari Aleeza datang ke makam Arumi.
"Ale kesini mau bilang ke Mamah kalo Ale mau menyerah, Ale capek Mah."
Aleeza mengusap air mata yang menetes di pipinya.
"Maafin Aleeza, Mah."
Arumi meninggal ketika Aleeza berumur 5 tahun. Tidak lama setelah kepergian Arumi, Aryo pulang membawa anak perempuan seusianya.
Sejak saat itulah sikap Aryo berupa menjadi lebih memperhatikan Angela dan mulai mengabaikan Aleeza.
***
Aleeza turun dari mobil dan melihat mobil Aryo sudah terparkir di depan rumahnya.
Aleeza melihat jam yang melingkar di tangan kanannya. Memang Aleeza memakai jam di tangan sebelah kanannya berbeda dengan orang lain yang memakai jam di tangan kiri. Entah mengapa, Ia lebih nyaman memakai jam di tangan sebelah kanan.
Jam menunjukkan pukul 17:18
"Tumben udah pulang," ucapnya dalam hati.
Baru saja membuka pintu rumah, tiba-tiba seseorang memanggilnya.
"Aleeza sini, kita nonton bareng," ajak Aryo dan tentu saja ada Angela di sebelahnya.
Aleeza hanya melirik mereka berdua lalu kembali berjalan menuju kamarnya.
Aryo hanya bisa menghela nafas melihat sikap Aleeza.
Biasanya Aleeza akan selalu mencari perhatiannya sejak dulu, tapi sekarang untuk menatapnya saja terlihat enggan.
Aryo bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan Aleeza.
Aleeza membanting tubuhnya ke atas kasur. Rasanya tubuhnya sangat lelah.
Setelah beberapa menit, dengan enggan Aleeza melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
***
Malam ini bulannya sangat terang. Aleeza berdiri di balkon kamar sambil merapatkan selimut di tubuhnya.
"Walaupun ngga punya cahaya sendiri, tapi bulan masih terlihat indah," gumamnya.
Aleeza teringat sebuah lagu yang dulu Mamahnya selalu nyanyikan sebelum ia tidur.
"Ambilkan bulan, Bu. Untuk menerangi tidurku yang lelap di malam gelap." Aleeza bersenandung dengan pelan.
Ia merindukan masa-masa saat semuanya masih baik-baik saja.
Waktu Ia masih kecil, Mamah dan Papanya akan menemaninya sampai tertidur pulas.
Aleeza menghela nafas, dadanya terasa sesak mengingat kenangan tersebut.
"Tuhan, meski semua ini terasa menyakitkan, tapi aku masih percaya akhir yang bahagia."
***
Hai Sob, balik lagi sama aku.
Btw Sob itu sobat ya, hehehe
Jadi, kali ini aku bawain cerita yang semoga aja kalian suka.
Ambil sisi baiknya dan kritisi sisi tidak baiknya. Karena bisa jadi yang kita anggap tidak baik sebenarnya bisa memberikan kita sebuah pembelajaran. Seperti mantan contohnya.
Di part ini kira-kira pelajaran apa yang bisa kalian ambil?
Jangan lupa vote, comment, share and follow.
Salam bagai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Akhir Yang Tak Bahagia
Teen FictionUntukmu jiwa yang terluka, semoga ragamu masih mampu bertahan. Please, don't copy paste my story. Karena dicopas itu sesakit ditikung temen sendiri.