Bagian 1

23 1 0
                                    

"Papa!" aku memanggil papaku sesaat sebelum ia beranjak dari bangku makan.
"Ada apa nak?"
"Aku sudah memutuskan ingin kuliah di Roma." kata itu meluncur begitu saja dari bibirku. Aku berujar singkat namun dapat menyita perhatian papa dan mama. Papa mengernyitkan dahi.
"Roma?" aku mengangguk meyakinkan "Roma is a big city. Are you sure."
"Yes i am" sekali lagi aku meyakinkan papa.
"Kenapa kau ingin kuliah di Roma?" inilah saatnya aku meyakinkan papa untuk memberikanku ijin kuliah di Roma.
"Aku ingin hidup mandiri. Aku ingin beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Memulai hidup di Roma bukanlah hal yang burukkan?"
"Asalkan kau kuliah bisnis aku akan mengijinkan."
"Benarkah? Aku janji akan kuliah bisnis!" pada saat itulah ada suatu kelegaan hebat yang menembus dadaku. Meringankan semua beban yang ada di hatiku. Tak apa harus kuliah bisnis, yang terpenting aku pergi ke Roma dulu. Aku menghela nafas, berharap inilah langkah pertamaku untuk mewujudkan impian.
"Grazie pa."
"You're welcome"
"Mama harus segera herangkat" mama yang sedari terfokus pada ponselnya mulai bicara. "Ada seseorang yang berminat mengisi apartemennya dengan properti kita."

Sementara itu di salah satu sudut Kota Roma

"Halo"
"Halo Kevin"
"Kenapa kau menghubungiku Tom?"
"Kau masih bekerja di Hotel Colosseum?"
"Ya, kenapa?"
"Aku mempunyai teman seorang reporter"
"Lalu?"
"Dia dan dua orang kameraman ingin meliput Roma. Mereka membutuhkan kamar selama kurang lebih seminggu. Apa kau bisa mengaturnya?"
"Ya. Tentu saja"
"Apa kau bisa memberi harga kekeluargaan?"
"Tentu saja jika adikku yang memintanya."
"Thank you brother!"
"You're welcome.." Tut.. Tuut... Tuuut.. Sambungan telepon terputus.

°°°

Belina telah sampai di bandara lima belas menit yang lalu. Ia telah menaiki pesawat dari Venice kota kelahirannya. Kebahagiaannya telah membuncah. Ia sudah tidak sabar memulai hidup di Roma. Beberapa detik yang lalu ia keluar dari toilet bandara. Tak tunggu lama, ia pergi ke pangkalan taksi. Tubuh mungil Belina tampak tenggelam diantara ribuan orang disana.
"Ada yang bisa saya bantu?" seorang pria gagah berkulit putih dengan usia kurang lebih tiga puluh tahun memakai seragam sopir taksi menyapa Belina.
"Kau bisa mengantarkanku ke flat di depan Hotel Edera?"
"Tentu saja. Silahkan masuk, kopermu akan kubawa ke bagasi"
"Grazie."

Aku telah sampai di flat. Sebenarnya papa sudah memintaku tinggal di apartemen. Tetapi aku menolak. Aku diam-diam merencanakan tinggal di flat agar mudah bersosialisasi dengan banyak orang. Setidaknya mempermudahku untuk mendapatkan informasi.

Bersambung...

Thanks for reading :*

Post: 12 Maret 2015 20.13

a RomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang