Kak Nur dan Dek Ti yang sebelumnya memimpin jalan kini pindah ke tengah, bertukar posisi dengan Tama dan Stan. Senjata-senjata disiagakan, termasuk spidol permanen Tama.
"Kalau kalian tanya apa gunanya spidol permanen di sini," Tama membuat tanda silang besar di kedua punggung telapak tangannya. "Nanti juga kalian akan tahu sendiri. Kita berjaga-jaga,"
"Kau benar, Tama," kata Kak Nur. "Dari semua penyandera, adalah Arjo yang paling harus diwaspadai,"
"Kenapa?" tanya Rien.
"Dia punya kemampuan luar biasa dalam menyamar dan menyerupai orang," jawab Dek Ti. "Tapi tanda seperti ini, dia tidak mungkin bisa tirukan,"
"Itu artinya, misalkan di antara kita ada yang tanda silangnya hilang, sudah barang tentu kalau dia penyusup?" tanya Rien.
"Habisi dengan pentung pengadon roti, lalu ikat dengan tali. Selesai," Lusi mengurutkan prosedur penanganan.
Tidak lama kemudian, parkiran truk di seberang Pertigaan Telesonik sudah berada dalam jarak panjang.
"Semuanya berhenti sebentar, ambil posisi menunduk," perintah Kak Nur. "Beritahu aku kalau jalan benar-benar sepi,"
"Kak Nur mau apa?" Lusi bertanya pada Dek Ti. "Melancarkan serangan?"
"Kurang lebih begitu," jawab Dek Ti. "Kak Nur punya kemampuan untuk memasuki pikiran orang lain dan memanipulasinya,"
"Menilai perintah Kak Nur untuk beri aba-aba jika jalanan benar-benar sepi," Lusi tengok kanan-kiri. "Maka rencana Kak Nur adalah membuat orang-orang dalam radius tertentu di atas kepalanya,"
"Atau dengan kata lain, para penyandera yang mungkin berjaga di sekitar parkiran," tandas Tama.
Lusi menatap intens pada lengan Dek Ti, memberi perintah agar menepuk punggung Kak Nur.
Jalanan sudah sepi.
Perintah tidur serentak dikirimkan Kak Nur dalam radius 100 meter pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah.
"Oke, sekarang parkiran aman, hoahm!" Kak Nur ikut mengantuk sedikit, efek samping dari kuasa yang digunakannya. "Bagaimanapun, tetap hati-hati,"
"Persangkaanku benar, Rien," kata Lusi. "Yang memberi perintah naik angkot dan ambil ongkos, adalah Kak Nur,"
"Awasi satu sama lain," pesan Tama. "Jangan ngomong kalau tidak perlu. Ingat, kawan pakai tanda silang di punggung telapak tangan. Lainnya lawan,"
"Kita harus cari apa di sini?" tanya Lusi. "Tidak ada orang pun, ada juga pada tidur,"
"Kalau orang itu Asro, Endro, atau Arjo, pasti Kak Nur dan Dek Ti bisa langsung mengenalinya," kata Rien. "Ya, kan?"
"Kecuali mereka menyamar," Dek Ti memberi satu batasan.
"Ini dia tempatnya," Stan menunjuk benda mencurigakan yang tadi dikatakan sopir angkot. "Anomali peti kemas,"
"Kita harus masuk?" Tama menyiagakan spidol permanennya. "Sekali lagi, ini akan berguna. Percayalah,"
"Sepertinya kita harus berpencar," Stan membagi regi pencar di mana perempuan berjaga di luar peti kemas dan laki-laki menerobos ke dalam.
"Perasaanku tidak enak," kata Dek Ti yang membawa peti kayu. "Seseorang seperti bersembunyi di sekitar sini,"
Pandangan Dek Ti tertuju pada pokok pohon terdekat. Benar saja, suara orang terdengar dari arah sana.
"Sekarang kau lihat aku," katanya. "Sekarang kau tidak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Lingkaran Hening Side Story : Lucitama Rineford.
AdventureBerawal dari sepucuk surat, tidak ada yang tahu, ke mana petunjuk selanjutnya akan membawa mereka pergi. Contrast Rulerlined Master Cover, presents. KLH SS LR. Kota Lingkaran Hening Side Story : Lucitama Rineford.