Chapter 6: Someone Staring At Me

372 52 0
                                    

Enjoy!
-----

Merindukan Julian bukanlah sebuah pilihan. Itu adalah pil pahit sekaligus manis yang harus Starley rasakan selama ini. Seperti biasa, Starley memiliki pereda sementara, pelampiasan atau apa pun itu istilahnya.

Seperti saat ini, bibir Starley tengah perperang bersama dengan seorang pria yang ia kencani dua hari yang lalu. Lidah keduanya saling membelit dan menjelajah. Sementara tangan mereka berlarian, menjejaki tubuh yang masih berbalut pakaian lengkap.

"Kau sangat wangi. Kau benar-benar membuatku mabuk," racau pria itu bersama bibirnya yang menuruni leher Starley.

Mereka sedang berada di private room sebuah restoran Prancis di Midtown Manhattan. Kali ini pria yang Starley kencani adalah CEO dari sebuah perusahaan pertambangan. Tuan muda yang meneruskan bisnis sang ayah. Ia berusia lebih tua dari Julian, tetapi rasa bibirnya tak mengecewakan.

Starley menggigit bibir, menahan kenikmatan yang menggoda. Starley akui, pria ini begitu pandai membawanya melayang dan sudah dipastikan pula dari mana semua kepandaiannya itu berasal.

Berkencan bersama pria berengsek untuk tujuan mencari kesenangan memang tak pernah salah bagi Starley. Dengan pengalaman para pria itu, mereka dapat mengerti bagaimana menyenangkan dan memperlakukan Starley dengan tepat.

"Aku ingin membawamu ke yatch-ku," bisik pria itu dengan napas panas di telinga Starley, sedang tangannya menyusup masuk pada kemeja putih Starley yang memang didesain tak berkancing di bagian dada. Kemeja itu terangkapi oleh sebuah outer berwarna senada dengan motif rumit yang berkelas berwarna keemasan. Sedang bagian bawah, Starley mengenakan celana serupa hot pants dari bahan kain hitam yang mencapai atas pinggang dengan sabuk berkepala emas yang cukup besar.

Setiap hari harus selalu stylish bagi Starley, bagaimana tidak? Ia adalah wajah dari brand Glow's itu sendiri.

"Buat aku terkesan," balas Starley seraya mengacak rambut pria itu yang sebelumnya tertata begitu rapi. Membiarkan pria tersebut menghirup serakah wangi parfumnya di leher.

"Kita bisa menikmati malam dengan segelas wine Romanee Conti tahun 1945 dengan berbaring di sofa hangat berlangitkan bintang, diiringi musik klasik dan angin laut."

"Hmm, kau berpikir aku wanita seperti itu?" Jemari Starley menyapu rahang berbulu tipis di sana, membayangkan itu adalah wajah Julian.

"Yeah, kau wanita yang berhak diperlakukan hangat dan mahal."

"Lanjutkan." Bibir mereka kembali saling mengisi. Pria itu memiliki selera wine yang bagus, pikir Starley.

"Atau kita bisa terbang ke Paris sepuluh menit lagi menggunakan private jet-ku untuk berendam di bathup hotel dengan pemandangan malam menara eiffel."

"Kau yakin dengan itu?"

"Yeah. Bagaimana menurutmu? Apa yang kau inginkan?"

Tangan pria itu hendak membuka outer Starley, tetapi dengan cepat jemari lentik itu menahannya. "Terdengar tak terlalu membosankan. Namun, aku harus pergi sekarang."

"Apa?" sentak pria tanpa sadar. Keningnya berkerut dan segala aktivitas tangannya di tubuh Starley terhenti.

"Ya, aku memiliki janji dengan para sahabatku sekarang." Starley melirik jam tangannya, lalu membenahi pakaiannya yang berantakan.

"Jadi kita akan mengatur waktu atau?"

Pria berambut brunette seperti rambut Julian itu kini semakin mengerutkan keningnya. Kian tak mengerti bercampur sedikit kesal, ia sudah sangat-sangat berhasrat.

Something Between Us [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang