Bagian 1

84 16 7
                                    

Pecahan kaca berserakan di mana-mana, pot pecah bahkan tanah gambut dengan tanaman anggrek sudah memenuhi halaman.

Keadaan dalam rumah juga tak kalah mengerikan, setiap sudut tak didapati pemandangan rapih sebuah rumah yang ada hanya barang-barang berserakan entah dimana.

Seorang gadis kecil meringkuk memeluk lutut, sudah tak ada lagi isak, tak ada lagi air mata, yang ada hanya bibir pucat dan mata sayu yang memilukan.

"Nggak papa, Sayang. Mama di sini," bisik wanita dengan penampilan berantakan memeluk gadis tersebut.

***

Tak ada cinta, tak ada kebahagiaan, yang ada hanya dendam yang harus terbalaskan.

Sorot mata itu terluka melihat sebuah keluarga tengah bercanda tawa di halaman rumah, merasa gerah dengan pemandangan tersebut gadis cantik dengan balutan dress hitam melangkah menjauhi rumah bertingkat dengan orang-orang biadab yang berhasil menghancurkan hidupnya.

Alcie adalah seorang sekretaris di perusahaan Vanendra yang dirintis oleh CEO muda berbakat, pintar dan tampan. Sebuah laptop dan sebuah buku adalah senjatanya.

Meski pernah hidup luntang-lantung di jalan, kesana-kemari mencari pekerjaan, sangat menderita, tapi ia berhasil mengubah hidupnya. Berkat otak cerdas yang ia miliki, sekarang ia berhasil menjadi orang yang sangat berpengaruh terhadap Vanendra Corporation yang dipimpin Aldo Vanendra Pratama.

Setiap hari berhadapan dengan orang yang sangat ia benci tak membuatnya mundur dari pekerjaan tersebut.

Jessica Adibarta adalah pimpinan dari Adibarta Corporation sekaligus pacar Aldo merupakan orang yang sangat Alcie benci. Kehidupan sempurna yang Jessica miliki harusnya Alcie yang berada di sana.

Dendam kesumat yang tumbuh sejak lama kini semakin membulatkan tekat Alcie untuk membalaskan semua dendam almarhum mamanya.

"Apa saja jadwal Aldo hari ini?" Tanya Jessica mendekati Alcie.

Alcie membuka catatannya dan membacakan satu persatu jadwal Aldo kepada Jessica, senyum palsu menutup hatinya yang panas. Tanpa mengucapkan terimakasih, Jessica berlalu begitu saja.

Hal tersebut sudah biasa Alcie terima, lagipula orang yang ia hadapi sudah terbiasa dengan hidup yang sempurna mana mau ia sedikit menghormati orang dengan posisi jauh lebih rendah seperti Alcie.

Rutinitas yang sama setiap hari, mengatur jadwal, mencatat segala keperluan Aldo dan menjadi "ekor" Aldo adalah kegiatan sehari-hari Alcie.

Hari ini ia bertugas menemani dinas luar kota pimpinan perusahaan tersebut untuk menghadiri grand opening salah satu cabang Vanendra Corporation yang berada di luar kota.

"I am very honored for our achievements, so that today we can together witness the celebration of the opening of a branch of the Vanendra company. Give applause for all of us!" tutup Aldo berwibawa, khariama dalam dirinya berhasil menghipnotis seluruh tamu undangan yang menghadiri peresmian cabang Vanendra Corporation.

Memang tak bisa dipungkiri, Aldo adalah sosok yang sempurna dan begitu didambakan banyak wanita tapi Alcie bukan diantaranya.

Alcie memiliki luka lama terhadap lelaki yang rasanya ingin ia bunuh dengan tangannya sendiri sayangnya ia tak bisa melakukan hal tersebut, jauh di dalam hati Alcie yang paling dalam ia sangat sangat dan sangat membenci ayahnya—rasanya aneh menyebut "orang itu" sebagai ayah Alcie.

Malam semakin pekat tidak memungkinkan mereka untuk pulang malam ini, dan akhirnya mereka memilih menginap di salah satu penginapan yang tak jauh dari tempat acara berlangsung. 

Tepat tengah malam Aldo yang setengah sadar karena kebanyakan meminum minuman beralkohol sehingga membuat kesadarannya tak utuh, berjalan menunju kamar Alcie setelah mendengar sebuah teriakan.

Dengan sempoyongan ia menarik gagang pintu yang ternyata tidak dikunci, mata Aldo semakin berat, ia hanya bisa melihat sesosok gadis tengah berlutut entah lama kelamaan pandangannya semakin buram hingga tertidur di kamar tersebut.

Alcie merasakan badanya akan rontok seketika setelah melalui hari yang sangat panjang, teriakan melengkingnya seakan memberikan kekuatan sepuluh kali lipat padanya saat seekor hewan mungil mulai berjalan bak ratu catwalk membuat Alcie ketakutan.

See apa saja yang para pegawai hotel tersebut lakukan, apa hanya memakan gaji buta atau hanya sebatas formalitas saja mengisi lowongan kerja? Bagaimana mungkin seekor tikus berukuran jumbo bisa berkeliaran di dalam ruangan, pastinya pegawai tak becus membersihkannya. 

Mata Alcie terus mengawasi pergerakan hewan tersebut hingga menghilang di balik lemari. Perasaan was-was dan ketakutannya seketika berubah mendapati pemandangan pimpinan perusahaan tengah berjalan terseok-seok dengan mata yang mengerjap ngantuk hingga benar-benar terjatuh dan ping... Entah tidur.

Semalaman Alcie tak bisa memejamkan mata karena kehadiran orang tak di undang, semalaman juga ia berpikir keras mengenai pikiran buruk yang sedari tadi berteriak di kepalanya. Dengan kesadaran penuh, Alcie mendekati tubuh yang terbaring kemudian membuat penampilan Aldo yang semula acakan semakin berantakan, tak hanya itu Alcie juga mengacak penampilannya bahkan hingga rambutnya.

***

Aldo mengerjapkan mata, kepalanya benar-benar terasa pening, tapi tubuhnya benar-benar terasa dingin dan pantas saja ia mendapati dirinya ternyata semalaman tidur di lantai.

Lalu apa gunyanya menyewa kamar jika dirinya malah tidur di lantai? Aldo terkekeh sejenak namun matanya langsung menelisik tempat tersebut tampak berbeda atau hanya halusinasi saja yang membuat tampak berbeda? Mata Aldo membulat sempurna ketika mendapati seorang gadis tengah memeluk lutut dengan kondisi yang sangat berantakan lalu mata Aldo bergerak cepat mendapati dirinya sendiri yang sangat berantakan.

Tubuh Aldo bergetar, apa yang baru saja ia lakukan?

Alcie tidak tidur semalaman, ia jelas mendengar pergerakan Aldo. Perlahan ia menyibakkan rambut yang tadinya menutupi sebagian besar wajah, matanya yang telah ia buat menghitam dengam polesan make up tampak natural bak gadis yang habis menangis semalaman.

Wajah Aldo pasi, tubuhnya semakin lemas, tidak mungkin ia melakukan hal kotor kepada sekretarisnya sendiri 'kan?

Tanpa berkata apapun, Aldo langsung keluar kamar tersebut yang ia sadari bukan kamarnya. Apa yang akan Jessica katakan jika ia mengetahui semua ini? Aldo merasa sangat takut kehilangan perempuan yang sudah lama ia cintai, sudah ia kenal sejak SMA dan sangat ia yakini akan menjadi oendamping hidupnya. Tapi, dirinya sendiri yang menghancurkan segaralanya.

Alcie tersenyum penuh kemenangan, meski Aldo tak berkata apa-apa tapi raut wajahnya menggambarkan keterkejutan besar. Alcie semakin tak sabar akan memulai aksinya untuk masuk paksa dalam hubungan Aldo dan Jessica.

***

"Saya akan menikah," sorot mata Aldo sangat serius.

Keluarga Vanendra begitu senang mendengar perkataan anak tertua dari keluarga tersebut, apalagi di umur Aldo yang terbilang matang tentunya pekerjaan yang pasti sudah bisa membuatnya menjadi kepala keluarga dan menjadi seorang suami membuat keluarga tersebut tidak menaruh sedikitpun keraguan pada Aldo.

Belum sempat Aldo melanjutkan perkataannya, Talia yang merupakan adik dari Aldo membuka pintu.

Wajah Jessica tersenyum senang, dia memang sudah menjadi orang yang sangat dekat dengan keluarga Vanendra meski hubungannya dengan Talia kadang naik turun karena keduanya sering terlibat pertengkaran.

Tapi sebagai adik yang baik, Talia tentu akan senang jika kakaknya bahagia dan kebahagiaan Aldo ada bersama Jessica itulah yang membuat ia perlahan menerima sosok menyebalkan tersebut.

"Sempurna, baru dibahas pengantinnya langsung datang," senyum Talia menyambut Jessica.

~BELUM USAI

[END] Revenge of Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang