“Sebuah cinta hanya ada di dalam setiap penerimaan. Dan cinta tetap ada, selama saling percaya.”
***
“Pah, James hari ini ulang tahun.”
“Masa bodoh, saya tidak peduli!”
**
“Mah, James jadi siswa terbaik 1 hari ini.”
“Terbaik di kelas kan, bukan satu sekolah?”
**
“Mah, Pah, James juara 1 lomba bela diri.”
“Kami tidak peduli. Mau menang, mau tidak! Apa urusannya dengan kami?”
**
S
ebuah kalimat yang membisu, hanya ratapan pilu yang mencari. Tanpa menilik serta merta setiap perjalanan. Jejaknya membiru bagai sebuah paku yang tajam, ia berkelana seperti satria heroik.
Tidak! Tidak! Tidak!
Kalimat yang selalu membuatnya terdiam. Walaupun terasa begitu sakit, namun hatinya tetap kuat.
Brengsek! Mau jadi apa nanti kalau sudah besar?
Kalimat itu masih teringang-ingang di pikirannya.
Apakah aku berbeda?
Apakah aku salah?
Pah, Mah, kenapa aku selalu dimarahi?
Apakah kalian tak sayang aku?
Bagaimana bisa seorang anak kecil yang masih berusia empat tahun harus menanggung kebengisan kedua orang tuanya?
Apa itu benar?
Tentu saja tidak!
James terduduk di pojokkan dapur, tubuhnya mengigil, dan matanya merah. Bocah itu butuh pelukan hangat, agar dirinya lebih tenang.
Namun, semua itu tak akan ia dapatkan. Hanya akan ada kegelapan di setiap perjalanan hidupnya.
Pah, Mah, aku sayang kalian semua.
Bocah yang polos, hanya mengharap sesuatu yang tak mungkin bisa terjadi.
***
To be continuedBogor, 26 Juli 2021
- Giovanno Alexandria -
-A/N :
Hai, ini cerita pertama aku. Mohon kritik dan sarannya. Bantu aku kembangin cerita ini ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I m January
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Menurut James, cinta hanyalah omong kosong belaka. Ia tak mempercayai bentuk cinta. Hanya ada sebuah guratan takdir yang hanya bisa mengubah semuanya. Seperti Camelia, yang selalu diam ketika semua orang menertawakannya. Ki...